Harga Bitcoin Tembus Rekor, Ini Faktor Pengereknya

- Pada Selasa, (7/10/2025) lalu, harga Bitcoin melampaui 126 ribu dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp2,1 miliar.
- Kenaikan harga Bitcoin turut mengerek harga aset kripto lainnya seperti Ethereum dan XRP.
- Kenaikan harga didorong oleh arus masuk dana institusional, melemahnya dolar AS, dan penurunan cadangan Bitcoin di bursa global.
Jakarta, IDN Times - Pekan ini harga Bitcoin (BTC) kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa alias all time high (ATH).
Pada Selasa, (7/10/2025) lalu, harga Bitcoin melampaui 126 ribu dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp2,1 miliar. Pada hari ini, Jumat (10/10/2025), platform Indodax menunjukkan harga Bitcoin masih bertahan di atas Rp2 miliar, tepatnya Rp2,02 miliar.
1. Harga aset kripto lainnya terkerek

Berdasarkan analisis Indodax, kenaikan harga Bitcoin turut mengerek harga aset kripto lainnya. Misalnya Ethereum turut menguat ke level 4.600 dolar AS, sementara XRP juga mencatatkan kenaikan di 2,9 dolar AS.
Pergerakan itu menunjukkan kepercayaan pasar terhadap aset kripto utama terus meningkat setelah periode konsolidasi selama beberapa bulan terakhir.
2. Faktor pengerek harga Bitcoin

Kenaikan harga Bitcoin pekan ini didorong oleh meningkatnya arus masuk dana institusional dan melemahnya dolar AS, yang mendorong investor mencari alternatif aset pelindung nilai.
ETF Bitcoin yang diterbitkan oleh sejumlah manajer investasi global seperti BlackRock dan Fidelity juga mencatat arus masuk miliaran dolar dalam sepekan terakhir, mempersempit suplai di pasar spot.
Penurunan cadangan Bitcoin di bursa global ke titik terendah dalam enam tahun turut memperkuat tekanan kenaikan harga. Kondisi itu menandakan banyak investor yang memilih menyimpan Bitcoin di dompet pribadi untuk jangka panjang, memperlihatkan keyakinan bahwa harga masih berpotensi naik.
Vice President Indodax, Antony Kusuma menilai rekor harga Bitcoin itu tidak hanya mencerminkan euforia pasar, tetapi juga menjadi sinyal kuat bahwa aset digital semakin diakui dalam sistem keuangan global.
“Pencapaian harga 126 ribu dolar AS merupakan bukti nyata bahwa Bitcoin telah memasuki fase kematangan baru. Saat ini, Bitcoin tidak lagi sekadar instrumen spekulatif, melainkan bagian dari strategi diversifikasi aset yang diakui oleh lembaga keuangan besar di seluruh dunia,” ujar Antony dikutip dari keterangannya.
Menurutnya, reli harga ini turut didorong oleh meningkatnya partisipasi institusi, bukan hanya investor ritel.
“Ketika arus dana besar masuk ke produk-produk berbasis Bitcoin, seperti ETF dan treasury korporasi, meski porsi kepemilikan institusi masih relatif kecil dibanding total suplai, arus dana yang masuk menandakan meningkatnya kepercayaan terhadap infrastruktur aset digital global," ucap dia.
3. Bitcoin dinilai jadi instrumen yang terlindung dari inflasi

Antony mengatakan, karakteristik pasar saat ini berbeda dibandingkan siklus-siklus sebelumnya.
“Pada 2021, euforia Bitcoin lebih banyak digerakkan oleh faktor emosional dan partisipasi ritel. Namun kini, penurunan cadangan bursa, hingga permintaan institusional yang stabil,” ucap Antony.
Dia menekankan faktor-faktor tersebut menciptakan fondasi yang jauh lebih sehat bagi pertumbuhan jangka panjang.
“Kita tidak lagi melihat kenaikan berbasis hype. Kali ini, kenaikan Bitcoin dibangun atas dasar kepercayaan dan penerapan nyata di berbagai sektor, termasuk pembayaran lintas negara, aset treasury, hingga instrumen lindung nilai terhadap inflasi,” ucap Antony.
Dari sisi pasar domestik, Antony mencatat peningkatan signifikan dalam aktivitas perdagangan di Indodax, seiring dengan rekor harga baru ini.
“Volume transaksi di platform kami melonjak dalam beberapa hari terakhir, dalam 7 hari terakhir, volume transaksi Indodax meningkat hampir 50 persen, dibandingkan periode sebelumnya. Bahkan dalam satu hari terakhir, bertepatan dengan Bitcoin ATH, volume trading Indodax mencapai Rp1 triliun," tutur dia.
Antony menilai momentum ini juga menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperkuat peran di ekosistem kripto global. “Dengan regulasi yang semakin matang dan dukungan pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri aset kripto Indonesia berpotensi menjadi salah satu yang paling progresif di Asia Tenggara,” ujar Antony.
Mengenai potensi pergerakan harga ke depan, Antony menyebut bahwa selama Bitcoin mampu bertahan di atas level psikologis 120 ribu dolar AS, tren bullish masih sangat kuat.
“Secara teknikal dan fundamental, kondisi pasar saat ini mendukung kenaikan lanjutan. Namun, investor kripto perlu tetap disiplin dan tidak terjebak pada euforia jangka pendek,” tutur Antony.