4 Investasi Terburuk Menurut Kreator Finansial Populer

- Timeshare adalah investasi terburuk menurut Yang karena biaya besar dan kewajiban tahunan yang sulit keluar.
- Membeli mobil baru dianggap risiko karena nilai mobil turun 10-20 persen begitu keluar dari dealer, bukan investasi menguntungkan.
- Triple-Leveraged ETFs berisiko tinggi dan mahal, bisa memperbesar kerugian jika pasar turun, tidak disarankan bagi investor yang tidak memahami cara kerjanya.
Humphrey Yang, seorang kreator konten sekaligus pengusaha yang dikenal karena edukasi finansialnya, telah mengumpulkan lebih dari 5 juta pengikut di Instagram, TikTok, dan YouTube. Dalam salah satu unggahan terbarunya di Instagram, Yang membagikan pandangannya tentang empat jenis investasi terburuk yang sebaiknya dihindari.
Berikut empat jenis investasi terburuk menurut Yang, dengan penjelasannya!
1. Timeshare (Kepemilikan properti liburan bersama)

Menurut Yang, timeshare adalah sistem di mana seseorang membeli sebagian kepemilikan atas properti liburan dan hanya bisa menggunakannya pada waktu tertentu setiap tahun. Namun, di balik kemewahan tinggal di tempat eksklusif, ada biaya besar dan kewajiban tahunan yang tidak sedikit.
“Banyak orang berpikir mereka memiliki properti, padahal sebenarnya tidak. Selain itu, keluar dari kontrak timeshare sangat sulit,” ujar Yang.
Berbeda dengan properti biasa, nilai timeshare tidak meningkat seiring waktu. Sepuluh tahun kemudian, properti tersebut akan bersaing dengan banyak proyek baru yang lebih menarik. Akibatnya, menjual kembali timeshare sering kali hampir mustahil dan tidak menguntungkan.
2. Membeli mobil baru

Humphrey Yang juga memperingatkan risiko membeli mobil baru.
“Begitu mobil keluar dari dealer, nilainya langsung turun 10 hingga 20 persen,” ujarnya.
Mobil termasuk aset yang mengalami depresiasi cepat, bukan investasi yang menghasilkan keuntungan.
Faktanya, menurut CNBC, nilai mobil rata-rata hanya tinggal 50 persrn dari harga awal setelah tiga tahun. Jadi, meskipun mobil adalah kebutuhan, jangan menganggapnya sebagai instrumen investasi.
3. Triple-Leveraged ETFs

Selanjutnya, Yang menyoroti risiko dari triple-leveraged ETFs (Exchange-Traded Funds). Instrumen ini dirancang untuk memperbanyak keuntungan, tetapi juga memperbesar kerugian.
“Jika pasar naik 1 persen, nilainya bisa naik 3 persen. Tapi kalau pasar turun 1 persen, kamu bisa rugi 3 persen,” kata Yang.
ETF jenis ini menggunakan strategi derivatif yang kompleks dan berisiko tinggi. Selain itu, biaya pengelolaannya juga lebih mahal, yakni sekitar 0,95 persen per tahun, hampir dua kali lipat dari ETF konvensional (0,45 persen).
Bagi investor yang tidak memahami cara kerjanya, triple-leveraged ETF bisa menjadi jebakan yang mahal.
4. Berinvestasi pada sesuatu yang tidak kamu pahami

Yang menekankan ini adalah kesalahan terbesar yang sering dilakukan banyak orang.
“Hanya karena temanmu bilang suatu investasi bagus, bukan berarti kamu harus ikut-ikutan,” ujarnya.
Saran ini juga sejalan dengan prinsip Warren Buffett dan Peter Lynch. Buffett terkenal berhati-hati dan tidak berinvestasi di perusahaan teknologi selama bertahun-tahun karena tidak memahaminya.
Lynch pun mengatakan, “Buy what you know (beli hanya yang kamu pahami)". Intinya, hindari investasi yang tidak kamu mengerti sepenuhnya, karena kurangnya pemahaman sering kali berujung pada kerugian besar.
Investasi bisa menjadi alat luar biasa untuk membangun kekayaan, tetapi keputusan yang salah dapat menimbulkan kerugian besar. Yang mengingatkan ada banyak peluang investasi bagus di luar sana, jadi tidak perlu terjebak dalam empat kesalahan umum di atas.

















