Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jenis Investasi yang Kuat Hadapi Inflasi

Ini Aset yang Diramal sebagai Korban Inflasi, Apakah Kamu Punya?
Ilustrasi inflasi (freepik.com)
Intinya sih...
  • Morgan Stanley merekomendasikan portofolio baru: 60 persen saham, 20 persen obligasi, dan 20 persen emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
  • Alternatif investasi meliputi saham berkualitas tinggi, emas sebagai aset anti-fragile, dan real estate crowdfunding untuk diversifikasi portofolio.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Selama puluhan tahun, strategi investasi klasik 60 persen saham dan 40 persen obligasi menjadi andalan investor dalam menjaga keseimbangan risiko dan imbal hasil. Logikanya sederhana: saat pasar saham turun, obligasi akan menstabilkan portofolio.

Namun, menurut ekonom Peter Schiff, resep lama itu kini tak lagi manjur. Inflasi yang terus meningkat telah mengguncang fondasi utama dari strategi tersebut.

“Obligasi adalah korban terbesar inflasi. Jika kamu memegang obligasi, inflasi akan menghancurkan nilai investasinya — tidak ada perlindungan,” ujar Schiff dalam video terbarunya di YouTube.

Masalahnya, pembayaran tetap dari obligasi tidak menyesuaikan dengan kenaikan harga. Nilainya justru tergerus ketika daya beli dolar menurun. Saat suku bunga naik untuk menekan inflasi, harga obligasi lama pun jatuh karena investor lebih memilih obligasi baru dengan imbal hasil lebih tinggi.

Dampaknya, banyak investor mendapati portofolio mereka menurun nilainya meski terlihat aman di atas kertas.

1. Morgan Stanley rombak strategi: emas jadi pelindung baru

ilustrasi logam emas (pexels.com/Michael Steinberg)
ilustrasi logam emas (pexels.com/Michael Steinberg)

Melihat kondisi ini, Wall Street mulai melakukan perombakan besar. Morgan Stanley kini merekomendasikan formula baru: 60 persen saham, 20 persen obligasi, dan 20 persen emas.

“Emas kini menjadi aset anti-fragile — pelindung utama melawan inflasi. Kombinasi saham berkualitas tinggi dan emas adalah lindung nilai terbaik,” kata CIO Morgan Stanley, Mike Wilson.

Emas telah terbukti menjaga kekayaan selama ribuan tahun. Nilainya tak bergantung pada mata uang atau kebijakan bank sentral. Ketika gejolak ekonomi atau geopolitik meningkat, harga emas biasanya melonjak, dan itulah yang terjadi sekarang.

Dalam setahun terakhir, harga emas melonjak lebih dari 50 persen, dengan proyeksi Goldman Sachs menargetkan harga mencapai 4.900 dolar AS per ounce pada Desember 2026.

2. Alternatif investasi: saham, emas, dan real estate

Ini Aset yang Diramal sebagai Korban Inflasi, Apakah Kamu Punya?
Ilustrasi investasi (freepik.com)

Selain emas, saham dari perusahaan dengan fundamental kuat juga menjadi pilihan utama menghadapi inflasi. Menurut Schiff, saham dapat menjadi lindung nilai terhadap inflasi, asalkan perusahaan mampu menaikkan harga seiring meningkatnya biaya produksi.

Investor legendaris Warren Buffett bahkan menegaskan, "Bagi kebanyakan orang, strategi terbaik adalah berinvestasi di dana indeks S&P 500".

Melalui platform seperti Acorns, investor pemula kini bisa mulai berinvestasi di ETF S&P 500 hanya dengan 5 dolar AS. Platform ini otomatis menginvestasikan uang receh dari transaksi harian ke portofolio terdiversifikasi — solusi cerdas dan mudah bagi generasi muda.

Selain itu, investasi properti tetap menjadi salah satu cara terbaik untuk melindungi kekayaan dari inflasi. Platform seperti Arrived dan Homeshares memungkinkan investor berpartisipasi di pasar properti AS mulai dari 100 dolar AS, tanpa perlu membeli rumah fisik atau menjadi tuan tanah.

Dengan potensi imbal hasil 14–17 persen per tahun, investasi berbasis real estate crowdfunding ini memberikan alternatif modern bagi investor yang ingin diversifikasi di luar pasar saham dan obligasi tradisional.

3. Saatnya berpikir di luar 60/40

Ini Aset yang Diramal sebagai Korban Inflasi, Apakah Kamu Punya?
Ilustrasi investasi (freepik.com)

Formula lama 60/40 mungkin dulu berhasil, tapi dunia kini berbeda. Inflasi tinggi, suku bunga fluktuatif, dan ketidakpastian global menuntut strategi yang lebih tangguh.

Mengombinasikan saham unggulan, emas, dan real estate bisa menjadi solusi modern untuk menjaga nilai kekayaan dan menghadapi masa depan ekonomi yang tak menentu. Karena di era ini, bukan hanya tentang berinvestasi, tapi bagaimana menjaga agar uangmu tidak kalah oleh waktu dan inflasi.

Peringatan Schiff seharusnya menjadi sinyal bagi investor untuk tidak lengah. Di tengah inflasi yang belum mereda, mempertahankan aset yang salah bisa berakibat fatal bagi keuangan pribadi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

Seaside Market di Mawatu, Ruang Baru Ekonomi Kreatif Labuan Bajo

19 Nov 2025, 02:47 WIBBusiness