Literasi Keuangan Penting untuk Hindari Jeratan Pinjol Ilegal

- Risiko keterlambatan bayar pinjaman, bahkan sehari saja sudah menjadi "lampu kuning" yang merugikan.
- Rentan terjebak karena impulsivitas dan tekanan sosial, perlu pendekatan empatik dan edukatif dalam membantu masyarakat mengelola masalah keuangan dan emosinya.
- Pentingnya peningkatan kapasitas konselor Satyagatra dalam memberikan konsultasi terkait fenomena ekonomi digital, termasuk masalah keuangan akibat maraknya layanan digital seperti e-wallet, bank digital, paylater, hingga pinjol.
Jakarta, IDN Times - Penguasaan literasi keuangan dan kewaspadaan terhadap penawaran digital yang terlihat mudah tetapi berisiko tinggi menjadi hal yang penting, ini diungkapkan oleh konsultan keuangan Reni K. Ashuri. Pesan itu ia sampaikan agar masyarakat terhindar dari jeratan pinjaman online (pinjol) ilegal.
“Hati-hati teman-teman, saat ini sudah ada yang namanya SLIK, Sistem Layanan Informasi Keuangan. Perlu melakukan perencanaan keuangan dan dipertimbangkan dengan baik apabila ingin mengambil pinjaman," ujarnya dikutip Jumat (5/9/2025).
Hal ini diungkapkan dalam acara Penguatan Kompetensi Pelaksana (Konselor) Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (Satyagatra) Series 3 bertema “Paylater, Pinjol: Solusi atau Ancaman Finansial?” pada Kamis (4/9/2025), secara daring.
1. Risiko keterlambatan bayar pinjaman

Dia mengingatkan risiko keterlambatan bayar pinjaman, bahkan sehari saja sudah menjadi “lampu kuning” yang bisa merugikan saat masyarakat membutuhkan akses pembiayaan untuk usaha maupun kebutuhan lain.
Diskusi ini digelar Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lanjut Usia dan Rentan (Dithanlan), Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN.
2. Rentan terjebak karena impulsivitas dan tekanan sosial.

Psikolog klinis PPKS Satyagatra Universitas YARSI, Dilfa Juniar, menambahkan perspektif psikologis. Menurutnya, konselor perlu memahami kondisi klien yang rentan terjebak karena impulsivitas dan tekanan sosial.
Di mendorong pendekatan empatik, edukatif, serta teknik sederhana seperti Psychological First Aid (PFA) dalam membantu masyarakat mengelola masalah keuangan dan emosinya.
3. Tekankan peran konselor hadapi tantangan ekonomi digital

Hartatik Sulistyoningsih dari Dithanlan menekankan pentingnya peningkatan kapasitas konselor Satyagatra dalam memberikan konsultasi terkait fenomena ekonomi digital. Mengingat salah satu pelayanan Satyagatra adalah pemberdayaan ekonomi keluarga.
“Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera merupakan wadah terpadu yang mudah diakses masyarakat. Konselor perlu dibekali pengetahuan terkini agar mampu membantu keluarga mengelola tantangan. Termasuk masalah keuangan akibat maraknya layanan digital seperti e-wallet, bank digital, paylater, hingga pinjol,” ujarnya