Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal EBITDA, Penting dalam Dunia Bisnis

ilustrasi anggaran (pexels.com/Olia Danilevich)
ilustrasi anggaran (pexels.com/Olia Danilevich)

Apakah kamu pernah mendengar istilah EBITDA? Mungkin kamu belum mengenal arti dari istilah tersebut. EBITDA merupakan singkatan dari Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization, yang menjadi salah satu indikator penting dalam analisis keuangan perusahaan. 

Metrik ini biasanya digunakan oleh pemilik bisnis, akuntan, atau seseorang yang bekerja di bidang keuangan. Penggunaan EBITDA juga semakin umum dalam penilaian perusahaan, merger, dan akuisisi, karena memberikan pandangan yang lebih realistis tentang profitabilitas inti perusahaan. 

Di bawah ini sudah IDN Times rangkum tentang EBITDA dan bagaimana cara menghitungnya. Simak, yuk!

1. Pengertian EBITDA

ilustrasi menghitung uang (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi menghitung uang (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

EBITDA dapat diartikan sebagai pendapatan sebelum bunga, pajak, dan amortisasi, yang menjadi indikator finansial penting untuk melihat profitabilitas perusahaan. Nilai ini dihasilkan dari pendapatan kotor tanpa memperhitungkan biaya bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi.

Melansir Klik Pajak, meskipun EBITDA bukanlah laporan keuangan yang lengkap dan tidak menunjukkan arus kas secara langsung, metrik ini tetap penting untuk menilai kinerja operasional dan kesehatan finansial perusahaan. Banyak investor dan lembaga pemeringkat menggunakannya sebagai indikator untuk memahami hasil pendapatan dan kinerja usaha.

Namun, perlu diingat bahwa EBITDA tidak menggantikan analisis menyeluruh terhadap laporan keuangan, dan harus digunakan bersama dengan metrik lainnya untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang kondisi perusahaan.

2. Elemen penyusun EBITDA

ilustrasi menghitung pajak (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)
ilustrasi menghitung pajak (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Setelah tahu kepanjangan EBITDA, ini beberapa elemen penyusunnya, ada:

  • Earnings. Elemen pertama penyusun EBITDA adalah penghasilan. Penghasilan ini bukan hanya dari hasil penjualan, tetapi berbagai hal yang diperoleh dari hasil usaha sebuah perusahaan bisa dikategorikan sebagai penghasilan.
  • Bunga (Interest). Biaya bunga yang dibayarkan perusahaan atas utang yang dimiliki. Biaya bunga tidak termasuk dalam perhitungan EBITDA. Dengan kata lain, EBITDA memberikan gambaran tentang profitabilitas operasional perusahaan tanpa mempertimbangkan dampak dari biaya utang dan pajak. Biaya bunga biasanya dihitung setelah EBITDA dalam laporan keuangan untuk menunjukkan laba bersih setelah semua biaya tersebut diperhitungkan.
  • Pajak (Tax). Pajak adalah pengeluaran bisnis yang disebabkan oleh tarif pajak yang dikenakan atau dipungut oleh negara dan pemerintah secara keseluruhan.
  • Depreciation. Penyusutan adalah jenis biaya non tunai yang mengacu pada penurunan nilai aset secara bertahap dari sebuah perusahaan dimana nilai depresiasi ini akan muncul secara historis dari aset perusahaan tersebut.
  • Amortization. Hampir sama dengan depresiasi, di mana amortisasi merupakan pengeluaran non-tunai yang mengacu pada biaya aset tidak berwujud dari waktu ke waktu.

3. Fungsi EBITDA dalam sebuah perusahaan

Ilustrasi Uang (Pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
Ilustrasi Uang (Pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Berikut ini adalah beberapa fungsi perhitungan EBITDA:

  1. Membandingkan tingkat keuntungan. Dengan perhitungan ini, perusahaan dapat menganalisis dan membandingkan tingkat keuntungan antar perusahaan dan industri. Karena menghitung tingkat keuntungan dengan rumus EBITDA dapat mengeliminasi dampak dari keputusan keuangan dan akuntansi.
  2. Menyusun laporan keuangan dengan leluasa. Dengan perhitungan ini, perusahaan dapat membuat laporan keuangan lebih leluasa dengan perhitungan ini. EBITDA ini merupakan catatan non-GAAP (Generally Accepted Accounting Principles)  atau non kombinasi yang merupakan standar otoritatif dewan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan. Dengan kata lain, perhitungan ini merupakan perhitungan yang tidak terikat dengan aturan perusahaan. Sehingga, akuntan bisa mendapatkan keleluasaan dalam membuat laporan keuangan.
  3. Melihat keuntungan. Perhitungan dengan rumus ini bisa perusahaan jadikan matriks yang berguna untuk melihat dan mengevaluasi keuntungan perusahaan. Hanya saja, EBITDA tidak dapat digunakan untuk melihat arus kas.

4. Kekurangan dalam perhitungan EBITDA

ilustrasi mengatur keuangan (pexels.com/Kaboompics.com)
ilustrasi mengatur keuangan (pexels.com/Kaboompics.com)

Dalam praktiknya, penghitungan EBITDA tidak mempertimbangkan beberapa faktor penting dalam laporan keuangan, seperti bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Hal ini menjadi salah satu kekurangan utama EBITDA, karena meskipun memberikan gambaran tentang profitabilitas operasional, ia tidak mencerminkan keseluruhan kesehatan keuangan perusahaan.

Misalnya, tanpa memperhitungkan bunga dan pajak, EBITDA dapat memberikan kesan yang lebih positif tentang arus kas dan profitabilitas dibandingkan kenyataan yang dihadapi perusahaan.

Selain itu, karena EBITDA tidak memperhitungkan perubahan modal kerja, perusahaan dapat menghadapi masalah likuiditas meskipun memiliki angka EBITDA yang mengesankan. Hal ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kewajiban pembayaran tagihan dan komitmen finansial lainnya.

Dalam konteks ini, EBITDA tidak dapat dijadikan satu-satunya ukuran untuk menilai kinerja keuangan, dan sebaiknya digunakan bersamaan dengan metrik lain yang lebih komprehensif untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat mengenai posisi keuangan perusahaan.

5. Cara menghitung EBITDA

ilustrasi perjanjian (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi perjanjian (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ini cara menghitung EBITDA, dengan rumus berikut:

EBITDA = Laba perusahaan + Biaya depresiasi + Biaya amortasi

Atau

EBITDA = Laba bersih + Bunga + Pajak + Depresiasi + Amortisasi

Contohnya ada sebuah perusahaan yang bernama PT ABCD, memperoleh laba dalam operasionalnya sebesar Rp500 juta. Selain laba, biaya amortasi perusahaannya sebanyak Rp50 juta ditambah beban depresiasinya yang mencapai Rp30 juta. Maka perhitungan EBITDA adalah sebagai berikut :

EBITDA = Rp500 juta + Rp50 juta + Rp30 juta = Rp580 juta

Hasil perhitungan EBITDA tidak bersifat final, karena masih ada banyak komponen usaha yang belum dipertimbangkan. Secara umum, EBITDA merupakan metode yang tidak diakui dalam praktik akuntansi standar yang dikenal sebagai Generally Accepted Accounting Principles (GAAP).

Meskipun demikian, angka EBITDA tetap dapat digunakan sebagai alat pembanding sementara untuk menilai kinerja perusahaan, terutama ketika dibandingkan dengan kompetitornya.

 

Penulis: Syifa Putri Naomi

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Putri Ambar
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us