US Mint Cetak Penny Terakhir, Era Koin 1 Sen Berakhir

- Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan pada Februari bahwa dirinya memerintahkan U.S. Mint menghentikan produksi penny.
- Secara resmi dikenal dengan nama sen, penny pertama kali dicetak pada 1787 dengan desain jam matahari karya Benjamin Franklin.
- Bentuk penny yang digunakan saat ini pertama kali muncul pada 1909.
Jakarta, IDN Times – US Mint mencetak koin satu sen (penny) terakhir yang masih berlaku sebagai alat pembayaran sah pada Rabu (12/11/2025). Langkah itu dilakukan enam bulan setelah pemerintahan Amerika Serikat (AS) mengumumkan penghentian produksi penny karena biaya pembuatannya hampir empat kali lipat dari nilai aslinya. Mulai sekarang, Mint hanya akan memproduksi penny versi kolektor dalam jumlah terbatas dan tidak lagi untuk sirkulasi umum.
Sekretaris Keuangan Scott Bessent dan Bendahara Brandon Beach menghadiri prosesi pencetakan terakhir di fasilitas US Mint Philadelphia. Mesin cetak resmi menghasilkan penny bersejarah terakhir yang menjadi simbol berakhirnya masa pakai koin tersebut. Lembaga itu mengonfirmasi bahwa produksi berhenti sepenuhnya setelah acara tersebut.
“Kami mengucapkan selamat tinggal pada penny hari ini, tapi biar saya jelaskan dengan sangat jelas, seperti yang saya katakan, penny tetap menjadi alat pembayaran yang sah,” kata Beach, dikutip dari NBC News.
Beach menambahkan bahwa pihaknya berencana melelang penny terakhir bersama satu koin yang dicetak sebelumnya untuk tujuan koleksi.
1. Trump perintahkan penghentian produksi karena biaya membengkak

Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan pada Februari bahwa dirinya memerintahkan U.S. Mint menghentikan produksi penny. Ia menilai biaya mencetak satu koin satu sen sudah tidak masuk akal karena mencapai hampir empat sen per unit. Laporan lembaga menunjukkan biaya produksi penny naik hampir 20 persen selama tahun fiskal 2024 menjadi 3,69 sen per koin, atau lebih dari tiga kali nilai nominalnya.
“Selama ini AS telah mencetak penny yang secara harfiah biayanya lebih dari 2 sen. Ini sangat boros! Saya telah memerintahkan Menteri Keuangan AS untuk menghentikan produksi penny baru,” tulis Trump dalam unggahan online.
Menurut perhitungan Mint, kebijakan ini akan menghemat sekitar 56 juta dolar AS (setara Rp937,4 miliar) per tahun dari anggaran pembayar pajak.
Dilansir dari CNN, Departemen Keuangan AS memperkirakan masih ada sekitar 300 miliar penny yang beredar di masyarakat. Jumlah itu setara dengan kurang dari 9 dolar AS (sekitar Rp150,6 ribu) per penduduk Amerika. Namun sebagian besar koin tersebut jarang digunakan karena dianggap tidak praktis dalam transaksi sehari-hari.
2. Perjalanan panjang penny sejak 1787 hingga kini

Secara resmi dikenal dengan nama sen, penny pertama kali dicetak pada 1787 dengan desain jam matahari karya Benjamin Franklin, salah satu Pendiri Bangsa Amerika. Setahun kemudian, pada 1793, U.S. Mint mengambil alih produksi setelah Kongres mengesahkan Undang-Undang Mata Uang. Desain awal yang disebut sen Fugio itu menjadi dasar identitas koin satu sen Amerika.
Bentuk penny yang digunakan saat ini pertama kali muncul pada 1909 untuk memperingati seratus tahun kelahiran Abraham Lincoln. Saat itu, penny menjadi koin AS pertama yang menampilkan wajah presiden. Koin ini bertahan lebih dari satu abad, bahkan 168 tahun lebih lama dibandingkan setengah penny yang sudah lama dihentikan. Saat ini, koin yang masih beredar meliputi nikel, persepuluhan, seperempat dolar, serta setengah dolar dan dolar yang jarang ditemui di pasaran.
3. Dampak ekonomi dan distribusi setelah penghentian produksi

Dilansir dari Politico, keputusan Trump untuk menghentikan produksi penny berdampak cepat terhadap ekonomi dan distribusi uang tunai di AS. Dalam waktu singkat, pedagang dan bank mengalami kelangkaan koin satu sen. Kondisi itu mulai terasa sejak Hari Buruh dan semakin memburuk dalam beberapa pekan terakhir.
Hingga pekan lalu, Bank Sentral AS (The Fed) telah menangguhkan pengiriman penny di 100 dari 181 pusat distribusi regionalnya. Penundaan ini diperkirakan akan meluas jika stok tidak segera stabil. Mark Weller, direktur eksekutif Americans for Common Cents, mengatakan penghapusan penny berlangsung sedikit kacau dan berdampak nyata di lapangan.
“Penghapusan penny oleh pemerintah berlangsung ‘sedikit kacau’,” kata Weller. Kelompoknya yang didanai Artazn, perusahaan penyedia bahan baku penny, menilai masalah akan semakin terasa saat musim liburan karena toko-toko kehabisan koin kecil. Beberapa pedagang bahkan mulai membulatkan harga ke nikel terdekat, biasanya satu hingga dua sen lebih tinggi.
Empat negara bagian, yakni Delaware, Connecticut, Michigan, dan Oregon, bersama beberapa kota besar seperti New York, Philadelphia, Miami, dan Washington, mewajibkan pedagang memberikan kembalian tepat. Asosiasi Nasional Toko Serba Ada (NACS) menjelaskan, kebijakan ini dibuat agar pelanggan tidak dirugikan oleh pembulatan harga. Selain itu, program bantuan pangan federal (SNAP) juga mewajibkan harga bagi penerimanya tetap sama dengan pelanggan umum tanpa tambahan biaya.

















