Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Kemustahilan dan Sebutir Harapan

ilustrasi pria duduk (pexels.com/Maria Varshavskaya)
Di malam yang dingin
Ku melihat dedaunan menari-nari
Ditemani lagu-lagu favoritku
Tiba-tiba, ia melintas dalam bayangku
Segera kuambil kopi hangat di mejaku
Mencium aroma kopi dan ku termangu
Mengapa ia acap kali hadir di pikiranku?
Bahkan, telah kubuang jauh dari ruang kalbuku
Hal yang sangat menyebalkan
Tetapi, terkadang menyenangkan
Apakah ia juga merasakan demikian?
Meski ia telah bersama dengan sematan?
Kini, ia datang dengan keadaan berbeda
Di saat waktu-waktu yang menentukan jua
Memang, tak ada yang tahu garis jalannya
Namun, bagiku adalah sesuatu yang tampaknya tak senada
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editor’s Picks
Editorial Team
EditorMerry Wulan
Follow Us