[PUISI] Miskinnya Empati

Apa aku terlalu perasa, atau mungkin mati rasa
Melihat sang penguasa bertindak semena-mena
Tragedi yang terjadi bukan hanya merenggut nyawa
Namun merampas hak orang memiliki keluarga
Setiap denyut nadi menjadi menusuk sukma,
Tatkala melihat gerbang yang masih dilanda duka
Tak ku sangka itu menjadi pintu ajal menuju alam baka
Yang akhirnya membuat semua pihak jadi bermain pura-pura
Salah siapa? Harus mengadu ke siapa?
Ingin kutarik dia yang mengaku penguasa
Di saat semua berjaya,
Tetapi cuci tangan saat perlombaan jadi bencana
Empatinya begitu miskin, hingga membuat orang merana
Tak ada harga yang pantas dibayar untuk sebuah nyawa
Teramat sakit jika yang harus bertanggung jawab malah bersandiwara
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.