Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi tangan ibu dan anak (pixabay.com/sabinevanerp)

Linang dari netranya adalah surat undangan
Selalu, alamatnya tertuju pada netraku
Tanpa pertimbangan, lalu hadir bercucuran
Disebab kulihat tulus tangisnya untukku

Peluh dari pelipisnya adalah surat tuntutan
Dan aku tahu, akulah seorang terdakwa
Tanpa persidangan, aku rela gerilya menyeka peluh
Disebab kulihat sengsaranya membuatku nyaman untuk tumbuh

Kecup dari bibirnya adalah surat kesepakatan
Dan keningku yang ada menjadi pihak kedua
Tanpa tawar aku berbaiat, akan kububuhkan cinta di setiap kecupnya
Disebab kulihat khawatirnya yang tak lekang oleh badanku yang mengembang

Dekap dari tubuhnya adalah payung nan teduh
Selalu, kujadikan tuju saat baskara menyengat angkuh
Tanpa kudengar kidung mereka tentang kasih dan galah, aku berseru: kasihku pun sepanjang masa!
Disebab telah kulihat kasihnya yang tak terhingga sepanjang masa

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team