Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Di Kala Mereka Melintas

pexels.com/@noellegracephotos

Puisi tidak akan lahir
Jika sebelum pena mampu berdansa
Kau sudah jemawa merasa penyair

Pada satu malam yang lebat
Air dan angin bagai pasukan Haman mengejar Musa
Tarik ulur selimutku bagai perisai menahan sabit kedinginan
Tubuh mengentak beranjak kala mendengar
Jeritan jendela diperkosa pasukan angin
Mata ini terpana kala di luar aku melihat jelas
Melintas seorang wanita baya merangkul buah hatinya

Dua tubuh kuyup bergetar itu tidak berhenti berjalan
Nuraniku yang semenjak tadi terkapar seketika beranjak perlahan
Menerka-nerka perihal nasib dua manusia
Dan mencoba mencerna segala makna yang kulihat
Hingga satu jawaban menyeruak dari palung batin paling dalam
Bahwa sebaik itulah Tuhan padaku
Atas segala kenyataan dan kenyamanan hidupku
Lalu gelar sajadah aku rangkai pujian dan kata maaf

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rivai Aay
EditorRivai Aay
Follow Us