Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bunga mawar (pexels.com/alex ohan)

Meski datang senangnya,
tetapi masih singgah pilunya.
Menyuruhku mendoakanmu bahagia
tentang persandingan akan diselenggara.
Bukan aku yang menyandingnya, padahal kitalah yang menyimpan rasa.

Alam tak merestui.
Memaksa saling merelakan.
Berusaha tak ingkar pada hati yang menyatu.
Jeritan hati
menguap membisu.
Aku hanya mampu tertawa dan menipu.

Jangankan penjaga kehormatanmu,
andai kata segenap jagat tak merestui kita,
apakah perasaan ini akan tetap sama?
atau justru perasaan inilah yang meregang luka?
atau perasaan ini yang akan menjadi alasan jatuhnya bening embun mata?

Semoga benar nyata bahagiamu.
Semoga terlupakan tentangku.
Kuharap tak ada lagi alasan untuk terluka.
cukup kini rapuh,
biarkan aku terlihat tangguh.

Genggam erat bungamu dan bahagia.
Izinkan aku menatap langit,
bercerita dan pilu sementara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editor’s Picks

Editorial Team