[PUISI] Gula Merah

Aku adalah gula merah di tengah-tengah tumpukan gula putih
Menyayat mata, kurang dipandang
Merusak keserasian dan keteraturan, kata mereka
Namun aku pandai, aku harum dan aku berbeda
Setidaknya aku membawa warna pada lingkungan yang monokrom
Jangan marah, mereka menegurku
Aku tidak marah, sangkalku
Ini hanyalah caraku berbicara
Sungguh, aku tidak ada maksud menyakiti hati
Mungkin memang aku selalu salah
Pendatang asing selalu salah
Aksenmu kental sekali, sekental tubuhmu yang biasa dilelehkan di atas api
Rupamu gelap, sama seperti namamu
Senyum kecil mengembang di bibirku, mau bagaimana lagi
Aku terlempar dari keranjang gula merah, tak sengaja masuk ke keranjang gula pasir yang putih bersih
Aku tidak secantik kalian yang butirannya tampak seperti kristal dan permata apik
Buat apa datang dan belajar jauh-jauh?
Nanti ketika selesai hanya akan jadi asisten rumah tangga
Aku menggeram, menahan emosi
Sadarkah mereka semua presiden kita orang berdarah Jawa?
Liburan datang, aku hendak pulang
Mereka bilang aku hendak pulang ke Jawa
Aku heran, pernyataan macam apa itu?
Padahal aku sudah ada di Jawa dan Bandung itu letaknya di Pulau Jawa
Namun gula merah ini bersyukur
Ia pernah tinggal di keranjang gula putih
Harapnya, ia ingin kembali berkelana
Mengunjungi keranjang-keranjang lain, walaupun ia tahu apa yang menantinya di sana
Sidoarjo, 11 Februari 2021