[PUISI] Hiruk Pikuk yang Memaksaku untuk Kembali Menyulam Isak

Pada peristiwa yang kosong
seperti biasa
kita mengambil langkah
sejauh mungkin
dari "rumah".
Tanah kelahiranku tercinta
sudah bersetubuh dengan para penguasa
kian lama kita berada
kian dekat dengan tiada.
Riuh rendah suara
saling beradu bagai gasing
di telingaku,
sosokmu pun timbul dan lenyap.
Petang telah berlalu
dan pagi sudah hilang nyawa
bersisa aku
menyalakan lentera.
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.