[PUISI] Hujan yang Tak Lagi Teduh

Dering telepon berbunyi nyaring
Seonggok burung yang bertengger menyimpan resah
Aku masih berusaha untuk menggali
Meskipun batu telah berbohong tentang emas
Keringat yang semakin menetes kutelan mentah
Asin darah bertandas di ujung lidahku
Aku menatap pada pohon yang kehilangan daun
Kering dan berdebu menempel di setiap retakan
Cuaca kini berubah asam
Bersembunyi di balik musim hujan
Melunturkan segala harapan yang bertunas
Ternyata cuaca pun berbohong tentang hujan
Tak selamanya hujan itu baik
Tak semua yang satu atap adalah rumah
Terkadang hanya langit,
yang meminjamkan tempat untuk luka,
agar berteduh dengan caranya sendiri.
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.


















