Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Kendali

pexels.com/@sebastian

Kala itu ufuk mentari tak kuacuhkan
Bagai roda sempurna, semua berjalan tanpa henti
Udara hanyalah udara, orang asing hanyalah orang asing
Aku saja yang penting, hanya aku

Namun dunia tidak ditakdirkan selalu sama
Manusia perlahan-lahan tumbang
Menyebar, tak pandang bulu
Ini semua salah siapa?

Aku burung dalam empat sisi tembok
Dihukum bila bebas, dihukum pula oleh sengsara bila terperangkap
Cermin dari air mata menjadi guruku
Rindukah engkau pada semua yang dulu kau anggap tak penting?

Ini bukan sebuah sentilan, pun bukan cubitan dan colekan
Ia yang di atas sadar, bahwa kami terlalu keras
Tindakan dalam diam mewakili jutaan kata teguran
Ya, ini adalah sebuah tamparan

Ia lelah permata hijaunya dirusak
Ia lelah karena kita terlalu lama lupa
Ia lelah dijadikan tameng untuk perbuatan-perbuatan keji
Ia ingin membuktikan diri-Nya berkuasa

Semua telah terjadi, atas izin-Nya
Teringat kami akan keberadaan-Nya
Ia duduk di langit tertinggi, memandang wajah kami
Dengan suara tegas ia berkata, "Semua dalam kendali-Ku."

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Eunike Angga
EditorEunike Angga
Follow Us