Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Kota Itu dan Kamu

Ilustrasi Siluet Kota di Malam Hari (pexels/Fidan Nazim qizi)

Kota itu
Entah bagaimana aku menyebutnya
Riuh pikuknya tak berhenti bernaung di telingaku
Orang-orang silih berganti bersaut
Silih berganti datang lalu meninggalkan
Abai pada hal kecil yang mungkin terlihat
Seandai mereka mau menyadari

Di segala keriuhan 
Mataku tak henti menyusuri 
Dan saat menemukanmu di antara mereka
Aku lengah
Begitu lengah hingga tak ada yang perlu kucari lagi
Tak ada yang perlu kutemukan lagi 
Atau suatu saat mungkin akan menemukanku dengan sendirinya

Jalan yang mereka tunjukkan
Itu selalu mengarah padamu
Karenanya aku harus cepat menyangkal
Sebelum kakiku menapaki tempat itu lagi
Sebelum kecanggungan menyelimuti lagi
Sebelum tawamu mengalihkanku lagi
Dan sebelum langkah yang enggan beranjak pergi
Tak akan kembali lagi

Rasa itu telah diabaikan
Namun sebaliknya
Rasa itu malah tumbuh dewasa
Begitu besar
Hingga tak mampu mengendalikkannya

Akhirnya di sinilah aku berdiri
Di kota lama yang pernah ku singgahi
Mulutku tak henti mengutuki diri
Setelah begitu banyak batas yang ku lewati

Seiring dirimu yang mulai memudar
Langkahmu yang selalu saja enggan beranjak 
Namun tak kunjung menghampiriku
Hanya enggan
Tapi tetap hilang

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anindita Sarah Firdausa
EditorAnindita Sarah Firdausa
Follow Us