Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Photo by Handy Wicaksono on Unsplash
Photo by Handy Wicaksono on Unsplash

Perjalanan panjangku kali ini terdiam

Terdiam entah sampai kapan, di kota bernama Jakarta

Ada nyali yang masih terpendam

Semua tersimpan rapi dengan masing-masing penyesalannya.

 

Aku takut ini hanyalah kebingungan berkat Jakarta

Aku bingung tentang rasa dan nafsu

Tidak pernah aku berpikir memisahkan keduanya

Tapi perasaan berbeda muncul di hari pertama aku melihat langit itu.

 

Langit yang pertama kali ku saksikan tidak begini

Tidak semurung ini

Langit yang aku ketahui setelahnya pun masih mampu menunjukkan banyak

Tapi kenapa hari ini langit terlihat tak layak?

 

Mungkin seperti inilah gambaran kita

Layaknya langit Jakarta

Kamu begitu berseri bagai langit seharusnya

Tapi aku bisa jadi penyebabnya

Sang pemberi dampak buruk karena keegoisannya

Aku yang tidak bisa memisahkan nafsu dengan rasa

 

Biarkan gambaran ini menjadi alasan menyimpan penasaranku

Aku tidak berhak atas kamu

Terima kasih Jakarta telah menyadarkanku

Teruslah cerah, kamu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editor’s Picks

Editorial Team