Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Penenun Sutra Hitam

ilustrasi ulat sutra (pixabay.com/ivabalk)

Suara tangisan sang malaikat kecil memercikkan haru

Sang malaikat penjaga suka cita menyongsong harapan baru

Mungil, lunglai, bergeliat, seolah tak seorang pun tahan melihat wajah lagu

Tak disangka saat tulang kian besar, 

Saat rambut kian lebat nan berbinar, 

Salah kian meluas di selasar 

Sutra itu tak lagi menjadi kebanggaan 

Orang tak lagi ingin menyandang kepunyaan 

Sama saja seperti kain di jalanan

Menghitam, penuh debu dan kotoran

Siapa yang sudi ingin memungutnya?

Ada... Sang penenun 

Rupanya ia selalu menunggu di rimbaNya

Entah angin yang menderunya 

Atau si sutra yang akan rindu dengan benangnya 

Entahlah, sang penenun masih berjuta sabar menantinya

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us