[PUISI] Penenun Sutra Hitam

Suara tangisan sang malaikat kecil memercikkan haru
Sang malaikat penjaga suka cita menyongsong harapan baru
Mungil, lunglai, bergeliat, seolah tak seorang pun tahan melihat wajah lagu
Tak disangka saat tulang kian besar,
Saat rambut kian lebat nan berbinar,
Salah kian meluas di selasar
Sutra itu tak lagi menjadi kebanggaan
Orang tak lagi ingin menyandang kepunyaan
Sama saja seperti kain di jalanan
Menghitam, penuh debu dan kotoran
Siapa yang sudi ingin memungutnya?
Ada... Sang penenun
Rupanya ia selalu menunggu di rimbaNya
Entah angin yang menderunya
Atau si sutra yang akan rindu dengan benangnya
Entahlah, sang penenun masih berjuta sabar menantinya
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.