Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Perihal Luka

unsplash.com/Davids Kokainis

Aku pernah percaya bahwa kelak kamulah Humaira
Aku pernah menutup segala celah untuknya 
Untuk mereka yang pernah singgah dan merebah di palung hatiku
Aku yakini bahwa kita akan melukis hari-hari dengan kanvas bercak cumbu
Kita adalah persimpangan aliran deras kasta yang bermuara pada lautan rindu
Keputusanmu adalah anak panah yang bertahun dipanasi lalu menghunus dada menembus bahu
Kepergianmu telah mengajarkanku 
Bahwa luka terbesar adalah istana sahutan jutaan kalimat mesra
Yang runtuh sekejap diterjang gempa beberapa kata dengan hempasan air mata
Aku telah merelakanmu semenjak malam itu
Izinkan aku melontar bayangmu jauh ke pusara cakrawala
Lupakan segala kecup yang mendarat di dahi sepulang bekerja
Lupakan low tea yang paling manis untuk segala senyum indahmu saban senja
Lupakan tentang saling merangkul di atas satu bukit memandang luas samudra
Kau adalah embun pada malam-malamku yang sendu
Kini aku harus berdamai dengan teriknya luka kehilangan tetesmu 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us