Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Rumah

ilustrasi rumah terbengkalai (pixabay.com/Schwoaze)

Rumahku lapuk, termakan waktu 

Dinding putihnya terkelupas, seirama dengan asa yang terkubur 

Kamar mandi yang berkerak, menjadi bayang saat aku melamun 

Rumput liar yang berkelana, mendobrak hati lara yang dipancung di seluk jantung 

Tempat yang dahulu kau sebut rumah 

Bukanlah lagi rumah yang sesungguhnya

Saat kau pijak tanahnya

Tampak hati yang mendamba, penuh kehampaan

Lantas apakah yang menjadi tujuan tempat ini layak dikata rumah?

Ke manakah perginya kenangan yang berharga dan tentu tak bisa diulang 

Ke manakah kisah asmara yang menyertai restu mereka menjadi keluarga 

Yang dari sanalah tumbuhlah sang jagat kecil yang melengkapi tatanannya 

Dan menggarap secercah senyuman di setiap detiknya

Apakah tempat ini kini layak dikata rumah?

Hanya caci maki yang kudengar dari gagak dan merpati yang berkicau di tengah hujan 

Berlarian ke sana kemari hingga petir menyambar salah satunya

Membiarkan telur yang dierami, busuk dalam kehampaan 

Menyisihkan penyesalan di antara kekakuan, hujan, dan cangkang telur yang mengelana dalam pikirnya

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us