[PUISI] Rumah Ibu Semakin Gelap

Bulan maret dua ribu dua puluh lima
Sepasang mata dari kita terbelalak
Lantaran lapar, seisi perut terkoyak
Hari ini kudengar ibu pertiwi sedang sekarat
Pilar-pilar emas hancur, asap kelabu pucat
mengepul dari dapur
Entah, kali ini penguasa memasak apa
Muak melihatnya sibuk berdrama
Merah darah lindang
Menyisakan putih tulang
Tak cukupkah mendengar jeritannya?
Adil tak adil, mematuhi wajib hukumnya
Bahkan busuk pun harus kita telan
Konon, surga di telapak kaki ibu
Dituntut mencintai ibu pertiwi
Sedang penguasa asyik tumpang kaki
Sialan, rumah ibu semakin gelap
Siapa yang bisa kita percaya?
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.