Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Sebelum Terbang

ilustrasi tangan kotor (Unsplash.com/Stormseeker)

Dalam gelap malam penuh keraguan,
Saat bintang-bintang berbisik lembut,
Aku berdiri di ambang waktu,
Menatap jurang yang belum pernah kulalui.

Aku, seorang pencari yang letih,
Yang mengumpulkan butir-butir ilmu,
Kini berdiri di tepi jurang,
Dengan hati penuh tanya.

Di antara cahaya bulan dan bayang-bayang,
Aku mendengar suara lembut dalam jiwaku,
“Apakah engkau takut menjadi apa?
Apakah engkau khawatir menjadi tidak ada?”

Tetapi oh, kekasih jiwa,
Apa arti ketakutan di hadapan cinta-Nya?
Kita hanyalah daun yang bergoyang di angin,
Ditelan bumi, tapi abadi dalam cinta.

Sarjana, sebuah nama, sebuah gelar,
Tak lebih dari sekeping cahaya
Yang bersinar sementara di langit,
Kemudian menyatu dengan lautan cinta-Nya.

Janganlah kau khawatir akan masa depan,
Karena di setiap langkah yang ragu,
Ada tangan-Nya yang lembut membimbing,
Ada suara-Nya yang menuntun.

Maka terimalah ketakutanmu,
Seperti seorang pecinta menerima kepedihan,
Karena dalam setiap ketakutan yang dalam,
Ada rahasia pencarian yang membimbingmu pulang.

Terbanglah, wahai jiwa yang gelisah,
Biarkan burung hatimu mengepak,
Sampai akhirnya engkau menemukan
Bahwa di dalam ketidakpastian itu,
Ada cinta yang abadi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nahlu Hasbi Heriyanto
EditorNahlu Hasbi Heriyanto
Follow Us