Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Takdir Semu

ilustrasi menyaksikan pemandangan (pexels.com/Pixabay)

Saat sang surya terpanggil dari kejauhan
Meninggalkan bekas yang tak kira memudar
Beratnya diramu hati yang menajam
Menandakan kehilangan jiwa yang mendalam

Masih saja kecupan rindu berkecamukan
Menginginkan pelukan yang samar menghilang
Tuannya terbawa pergi melintasi awan
Saat itu terasa dinginnya tanah berjejalan

Tampak menahan perih yang lukai batin
Padahal sakitnya dinanti penghujung relung
Akhirnya memaksakan kaki berjalan tegak
Meski tersayat tangan yang menahannya

Jika memang sudah tertulis tinta merah
Mengapa takdirnya melalang semu
Ratapi gundah yang terlilit kehampaan
Bisanya melolong 'tuk kuatkan raga

Katanya semua telah dijanjikan sang akhir
Sekiranya menawar apa yang dikuasakan
Namun apa yang diharapkan dari derita
Akhirnya tidak melulu dongeng bahagia

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Emma Kaes
EditorEmma Kaes
Follow Us