Sendirian sering diasosiasikan sebagai hal yang negatif, sangat bertolakbelakang dengan budaya kumpul-kumpul ala Indonesia. Tapi, kamu jangan berkecil hati. Gak ada yang salah, kok, dengan membutuhkan waktu sendiri. Nikmati me time kamu dengan tujuh buku berikut, deh.
Dengan karakter protagonis yang introver alias suka kesendirian, cerita mereka bakal beresonansi dengan ceritamu. Apa saja bukunya? Simak, yuk!
Buku pertama tentang kehidupan solitude ini bisa dibaca semua usia. Ia masuk kategori middle grade alias buku anak-anak dengan karakter protagonis seorang bocah bernama Sam yang mendambakan kebebasan.
Ia memberanikan diri menelusuri hutan dan menemukan sebuah kabin terbengkalai yang ia jadikan tempat tinggal. Namun, bisakah Sam melawan cuaca dan faktor lain yang tak tertebak di alam bebas?
Bicara kesendirian, tak lengkap rasanya jika tidak mencantumkan Frankenstein dalam daftar.
Frankenstein diceritakan sebagai monster buruk rupa yang dijauhi manusia karena tampilannya. Padahal ia punya hati yang baik dan sangat ingin berkawan.
Novel ini adalah penggambaran kehidupan solitude yang berimbang, ada duka dan suka. Bagian akhirnya bikin mewek, siapkan tisu, ya.
My Year of Rest and Relaxation adalah novel dengan protagonis perempuan tanpa nama. Muda, lulusan kampus ternama, tinggal di apartemen tengah kota New York dengan pekerjaan bagus.
Namun, hidupnya dikelilingi orang-orang yang 'salah', teman yang tak begitu peduli padanya, kekasih yang abusive, dan terapis yang hanya memberinya obat penenang tanpa banyak membantu.
Pesan di novel ini sebenarnya gak muluk-muluk yakni terkadang kita hanya butuh rehat dari semua hal duniawi, termasuk menjauh dari orang-orang yang toksik.
Andreas Egger, sang protagonis pindah ke sebuah desa di lereng gunung setelah sang ibu meninggal dunia dan ia jadi yatim piatu. Ia menghabiskan sisa masa kecilnya di rumah sang paman yang tak menyukainya. Di usia remaja, ia memutuskan untuk tinggal sendiri dan bekerja serabutan.
Sempat menikah, Egger kembali hidup sebatang kara setelah sang istri tewas dalam sebuah kecelakaan. Premis novel ini sangat sederhana, tetapi dinarasikan dengan indah dan penuh filosofi. Tak sampai 100 halaman, bisa dibaca sekali duduk.
Leonard dan Hungry Paul adalah dua saudara laki-laki yang menginjak usia pertengahan 30an. Dirinya hidup bersama saudara laki-laki untuk merawat orang tua mereka. Selain itu, hidup mereka sangat tenang dan cenderung membosankan.
Novel ini mencoba mengeksplorasi kehidupan orang-orang yang hidup biasa saja dan baik, serta introver di dunia yang penuh hingar bingar. Sama dengan A Whole Life, novel pendek ini sederhana, tetapi sangat reflektif dan menggugah.
Bernadette punya hidup yang sempurna dengan suami dan satu anak perempuan berprestasi. Namun, ia memilih pergi meninggalkan kehidupannya di tengah persiapan liburan keluarga. Lewat sang putri, Bee, yang berusaha menemukan sang ibu, pembaca akan diajak menelaah beberapa rahasia dan masa lalu Bernadette.
Novel tentang kesendirian lainnya adalah Never Let Me Go karya Kazuo Ishiguro. Novel ini adalah salah satu karya kontemporer terbaik yang pernah dirilis! Mungkin beberapa sudah membaca atau menonton filmnya.
Never Let Me Go mengulik kehidupan anak-anak yang hidup di sebuah panti khusus. Mereka disiapkan untuk menjadi donor organ saat dewasa nantinya. Lewat si protagonis, Kathy yang introver, novel ini menyinggung banyak dimensi termasuk apa yang normal dan tidak di mata masyarakat.
Novel-novel di atas pas untuk para introver atau ekstrover sekalipun yang ingin mencoba berteman dengan kesendirian. Istirahat sejenak dari rutinitas atau meeting yang menguras pikiran dengan buku-buku di atas, yuk.