[CERPEN] Tidak Semua Cowok Berengsek, Kak

Ada yang lepas dari jiwanya seiring nyeri yang menggigit

“Kamu  masih marah, Mima?” Kristo bertanya lirih sementara matanya yang kerap membuat Jemima terpesona di awal perkenalan mereka menatap gadis itu, sendu.

“Apa perlu kamu menanyakan hal itu, Kris? Sampai kapan aku harus selalu mengerti dan memaafkanmu? Kamu selalu saja membuat aku kecewa dan marah. Jangan-jangan, kamu sengaja melakukan semua ini karena kamu sudah enggak sayang aku lagi. Benar, kamu enggak sayang aku lagi, Kris?” cecar Jemima dengan suara tertahan dan getir. Raut wajahnya terlihat emosional.

“Kamu kok punya pikiran jelek begitu sih, Mima? Enggak pernah terlintas di pikiranku berpaling darimu, apalagi menyakitimu. Kamu tahu, aku sangat mencintaimu.”

“Kalau cinta, mengapa kamu lebih menjaga perasaan Kila daripada perasaanku?” tangkis Jemima, ketus.

“Aku enggak enak nolak permintaan dia. Lagi pula, dia adikmu. Masa dimintai tolong mengantar dia ke toko buku saja enggak mau.”

“Ke toko buku kok lama begitu sampai kamu lupa kalau kita punya janji ke ultahnya Mikha. Aku sampai malu dan harus bohong kalau kamu harus menjemput saudaramu di bandara.”

“Aku ....” Kemarahan Jemima membuat Kristo sulit berujar. Kristo sadar, sikapnya yang tidak tegaan dan sulit menolak kerap merugikan dirinya. Namun, mengapa Jemima begitu marah hanya karena ia mengantar Kila ke toko buku? Memang, ke toko bukunya cuma sebentar, tetapi Kila memohon padanya dengan memelas agar mau mengantarnya sampai ke rumah temannya.

Kristo tidak tega Kila pulang sendiri, apalagi rumah teman Kila tidak dilalui kendaraan umum. Seharusnya tidak ada yang harus diperdebatkan bila Kristo menunggu Kila menyelesaikan urusan dengan temannya. Lagi pula, Kila sudah minta maaf dan berjanji akan menjelaskan keterlambatanya pada Jemima.

“Kila sudah menjelaskan semuanya sama kamu, ‘kan, Mima ...?”

“Itu hanya akal-akalan kalian saja! Kalian mencoba menipuku?”

“Mima!” Kristo membeliak, tak percaya Jemima punya pikiran seburuk itu.

“Kenapa? Kamu mau menyangkal lagi? Kamu lebih sering jalan dengan dia daripada aku. Aku tahu dia lebih cantik, supel, dan periang. Aku enggak kaget kalau kamu pun tertarik dengan dia,” Jemima berujar dengan suara patah dan sedikit bergetar. Ia memalingkan mukanya tatkala Kristo menatapnya putus asa.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“Enggak seharusnya kamu punya pikiran seburuk itu pada adikmu,” sesal Kristo, lirih.

“Kalau bukan dia, berarti kamu sendiri yang bermasalah. Kamu suka dia, ‘kan? Karena itu kamu enggak pernah bisa menolak permintaannya. Kamu ... kamu mau bermain curang di belakangku, Kristo. Kamu sengaja melukai aku demi Kila. Kamu benar-benar jahat, Kristo. Kamu mempermainkan perasaanku dan menghancurkan kepercayaanku,” suara Jemima tersendat dan bergetar. Gadis itu berusaha menahan emosinya agar tidak lepas kontrol.

Kristo tergugu, kehilangan kata-kata. Ia hanya mampu menelan ludahnya yang tersekat di tenggorokan sehingga tak sepatah kata pun yang sanggup keluar dari sela-sela bibirnya. Dia tidak menyangka kalau Jemima akan semarah itu.

“Percayalah, Mima, aku sayang kamu. Aku tidak pernah tertarik dengan Kila. Aku berusaha bersikap baik karena dia adikmu. Aku janji enggak bakalan ngecewain kamu lagi,” Kristo berusaha meraih jemari Jemima. Namun, Jemima menepisnya dengan raut datar.

“Kamu bisa menjamin hubungan kita akan seperti dulu lagi, Kris?”

“Katakan apa yang harus aku lakukan agar kamu percaya?”

“Maaf, Kris, aku rasa hubungan kita enggak akan bisa seperti dulu lagi. Aku sudah enggak percaya kamu lagi. Aku lelah bertengkar terus gara-gara ini. Aku lebih memilih adikku daripada harus bersitegang terus,” tandas Jemima mengakhiri percakapan. Setengah berlari ia meninggalkan Kristo yang masih termangu karena keputusan sepihaknya yang mengejutkan cowok itu.

Kristo masih terpaku, kelu. Sesuatu terasa lepas dari jiwanya bersamaan dengan rasa nyeri yang menggigit di sudut hati. Ia masih belum percaya, semudah itu Jemima memutuskannya. Ia terlalu syok, cinta Jemima hanya sebatas itu? 

***

“Kakak enggak menyesal melepas cowok sebaik Kristo? Zaman sekarang, mencari cowok setia dan baik itu sulit loh, Kak. Aku saja merasa menyesal dan enggak enak hati sudah membantu Kakak merencanakan semua ini,” celoteh Kila tatkala menyambut kedatangan Jemima.

“Hai, sejak kapan kamu jadi lembek begitu?! Aku masih memegang komitmenku untuk tidak bepacaran serius dan paling lama hanya enam bulan. Untuk Kristo, aku bahkan telah memberinya toleransi satu bulan. Ingat, La, jangan biarkan diri kita terluka karena dipermainkan cowok. Karena itu, sebelum ia meninggalkan kita, kita dulu yang meninggalkannya,” suara Jemima sewot.

Namun, enggak semua cowok berengsek, Kak. Hanya karena Papa yang tidak setia dan meninggalkan Mama demi perempuan lain, serta Juan yang meninggalkan Kakak karena malu punya pacar dari keluarga tidak harmonis, bukan berarti semua cowok sama, sanggah suara hati Kila. Namun, ia cuma bisa menghela napas panjang.**

Baca Juga: [CERPEN] Sebuah Penyesalan 

Ana Lydia Photo Verified Writer Ana Lydia

God's plan is always more beautiful than our desire

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya