Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kota besar (unsplash.com/@mroz)

Lampu neon berkedip-kedip di sepanjang jalan, menciptakan refleksi warna-warni di aspal yang basah oleh gerimis sisa hujan. Malam di kota ini tak pernah benar-benar sepi selalu ada suara musik berdentum dari bar, tawa lepas dari orang-orang yang mabuk kebahagiaan sementara, dan deru kendaraan yang melintas tanpa henti. Tapi di antara semua itu, aku berjalan sendiri.

Hidup seorang diri di kota yang gemerlap seperti ini terasa seperti menjadi penonton dalam sebuah pertunjukan yang tak pernah usai. Aku melihat orang-orang larut dalam euforia, merayakan sesuatu yang entah apa, sementara aku hanya melangkah melewati mereka, seolah berada di dunia yang berbeda. Ada kebebasan dalam kesendirian ini, aku bisa pergi ke mana pun tanpa ada yang menunggu, bisa duduk di kafe sampai larut tanpa perlu berbagi cerita dengan siapa pun. Namun, ada juga kehampaan yang perlahan merayap di sudut-sudut hati, terutama saat malam semakin larut dan jalanan mulai kehilangan riuhnya.

Di apartemen kecilku di lantai sembilan, aku menatap keluar jendela. Gedung-gedung menjulang dengan lampu-lampunya yang berpendar seperti bintang-bintang buatan. Dari sini, aku melihat kehidupan kota yang terus berdenyut tanpa peduli pada siapa pun yang merasa kesepian. Aku menyalakan radio, membiarkan suara penyiar dan alunan musik menggantikan keheningan yang terlalu pekat.

Terkadang aku bertanya, apakah aku bagian dari kota ini, atau hanya seseorang yang kebetulan melewatinya?

Editorial Team

Tonton lebih seru di