Mirip kue semprong dari Indonesia, krumkake khas Norwegia merupakan kue Natal yang selalu ada setiap tahunnya di negara tersebut.
Memiliki tekstur tipis dan renyah, krumkake makin lezat saat diisi krim manis ditengahnya. Enak banget buat camilan, krumkake jadi favorit banyak orang di Norwegia.
Ternyata, camilan renyah ini juga ada di Swedia dan negara Skandinavia lainnya dengan nama yang berbeda-beda. Berikut 5 fakta seputar krumkake khas Norwegia yang renyah dan patut kamu coba.
Krumkake khas Norwegia identik dengan perayaan Natal. Kue tipis dan renyah ini selalu hadir menjadi suguhan istimewa di hari Natal.
Krumkake sudah ada sejak abad ke-19 dan menjadi tradisi di negara Skandinavia tersebut. Krumkake dihidangkan di meja dan dinikmati bersama keluarga, teman, dan saudara di hari spesial tersebut.
Krumkake dicetak khusus dengan cetakan besi dengan motif khas di dalamnya. Jenis cetakan krumkake ada dua, yaitu menggunakan api dan listrik.
Dengan menggunakan cetakan ini, krumkake menjadi renyah dan pipih. Setelah dicetak, krumkake akan dilipat bisa berbentuk segitiga maupun digulung.
Tak hanya dimakan tanpa topping apapun, krumkake juga bisa dinikmati dengan aneka krim di dalamnya. Krim dalam krumkake memiliki rasa ringan manis dan segar. Hal ini menambah citarasa krumkake menjadi lebih beragam saat dinikmati.
Krumkake sering juga disebut waffle kering Norwegia. Sebab dibuat dengan cetakan khusus dan memiliki bahan yang sama dengan waffle, krumkake lebih tipis dan renyah.
Krumkake dihidangkan dengan cara dilipat atau digulung. Untuk mendapatkan gulungan krumkake yang sempurna diperlukan cookie roller khusus yang terbuat dari kayu.
Krumkake tak hanya dibuat saat natal, kue waffle renyah Norwegia ini bisa ditemui kapan saja sebagai camilan. Krumkake menjadi favorit semua kalangan, baik dewasa maupun anak-anak.
Apalagi saat diisi krim manis dan dengan permen atau manisan didalamnya. Krumkake langsung habis diserbu anak-anak, deh!
Tak pernah absen dari stoples, masyarakat Norwegia sering menjadikan krumkake sebagai camilan sehari-hari jugam lho. Kira-kira, rasanya mirip dengan yang ada di Indonesia gak, ya?