Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Perbedaan Danish Pastry dan Croissant, Sama-sama Berlapis Renyah

ilustrasi danish pastry (pexels.com/Sergey Meshkov)
ilustrasi danish pastry (pexels.com/Sergey Meshkov)

Pernahkah kamu bingung membedakan danish pastry dan croissant? Keduanya sama-sama terkenal dengan tekstur berlapis dan renyah yang bikin nagih. Meski tampak mirip, sebenarnya ada banyak hal menarik yang membuat keduanya berbeda.

Kalau kamu penggemar pastry, wajib tahu perbedaan mendasar antara dua kudapan ini. Bukan hanya soal bentuk, tapi juga soal rasa, teknik pembuatan, dan jenis adonan yang digunakan. Yuk, simak penjelasannya supaya makin paham dan bisa lebih menikmati cita rasa di setiap gigitan danish pastry dan croissant berikut ini.

1. Bahan dasar adonan yang berbeda

ilustrasi croissant (pixabay.com/PublicDomainPictures)
ilustrasi croissant (pixabay.com/PublicDomainPictures)

Sekilas, danish pastry dan croissant sama-sama dibuat dari adonan berlapis yang disebut laminated dough. Namun, danish pastry biasanya menggunakan adonan dengan kandungan telur dan gula lebih banyak. Hal ini membuat danish pastry mempunyai rasa yang lebih manis dan warna lebih kuning keemasan.

Sebaliknya, croissant dibuat dari adonan yang lebih sederhana tanpa tambahan banyak gula dan telur. Ini membuat croissant terasa lebih gurih dengan aroma butter yang kuat. Teksturnya pun jadi lebih ringan dan flaky.

2. Teknik melipat adonan

ilustrasi danish pastry (pexels.com/Mick Victor)
ilustrasi danish pastry (pexels.com/Mick Victor)

Dalam proses pembuatan, keduanya sama-sama dilipat berkali-kali untuk menghasilkan lapisan tipis. Namun, lipatan danish pastry umumnya lebih sedikit dibanding croissant. Hal ini membuat teksturnya jadi sedikit lebih padat dan lembut di bagian dalam.

Croissant memiliki lebih banyak lipatan sehingga lapisannya lebih tipis dan rapat. Hasilnya adalah tekstur yang sangat flaky dan kering di luar, tapi tetap lembut di dalam. Perbedaan jumlah lipatan ini juga berpengaruh pada rasa dan sensasi saat digigit.

3. Bentuk dan kreasi yang lebih beragam

ilustrasi croissant salad (pexels.com/Shameel mukkath)
ilustrasi croissant salad (pexels.com/Shameel mukkath)

Croissant paling dikenal dengan bentuk bulan sabitnya yang ikonik. Meski kini ada juga croissant bentuk lurus, tapi bentuk klasik tetap jadi favorit. Isiannya pun biasanya sederhana seperti cokelat, keju, atau almond.

Danish pastry justru terkenal dengan kreasi bentuk yang sangat beragam. Mulai dari bentuk spiral, jaring, hingga persegi dengan isian di tengahnya. Variasi topping dan isian seperti buah, custard, atau kacang juga membuat danish pastry tampak lebih colorful dan menarik.

4. Rasa dan aroma yang dominan

ilustrasi danish pastry (pixaabay.com/skoddeheimen)
ilustrasi danish pastry (pixaabay.com/skoddeheimen)

Danish pastry mempunyai rasa manis yang lebih kuat berkat tambahan gula dan telur dalam adonan. Ditambah dengan topping seperti icing sugar atau glaze, rasanya jadi lebih kaya. Aroma yang dihasilkan pun cenderung lebih wangi dan creamy.

Sementara croissant lebih menonjolkan aroma butter yang gurih. Rasanya lebih netral, sehingga cocok dijadikan sandwich atau dinikmati polos. Perpaduan tekstur flaky dan aroma butter membuat croissant terasa elegan meski sederhana.

5. Disajikan untuk kesempatan berbeda

Ilustrasi croissant isi salad (pexels.com/Ludovic Delot)
Ilustrasi croissant isi salad (pexels.com/Ludovic Delot)

Karena rasanya manis dan bentuknya cantik, danish pastry lebih sering dihidangkan sebagai dessert atau camilan sore. Biasanya cocok ditemani teh atau kopi. Kehadirannya membuat meja hidangan terlihat lebih meriah.

Croissant lebih fleksibel, bisa jadi sarapan, brunch, atau bahkan diisi menjadi sandwich gurih. Teksturnya yang ringan dan gurih menjadikannya cocok dimakan kapan saja. Jadi, tak heran kalau croissant lebih sering dijadikan pilihan menu sarapan di banyak negara.

Ternyata, di balik bentuk berlapis yang mirip, danish pastry dan croissant mempunyai banyak perbedaan yang menarik, ya. Kamu pun bisa memilih sesuai selera atau malah menikmati keduanya untuk merasakan sensasi berbeda di setiap gigitan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us