5 Perbedaan Hot Pot China dan Shabu-shabu Jepang, Kuahnya Mencolok

- Kuah hot pot China lebih bervariasi, dari pedas hingga kaldu herbal, dengan rasa kuat dan tajam. Sementara shabu-shabu Jepang menggunakan kuah ringan kombu dashi agar rasa asli bahan menonjol.
- Dalam hot pot, bahan dimasak bersama-sama di dalam panci untuk menyatu, sementara shabu-shabu memasak daging tipis sebentar di kuah mendidih agar tekstur tetap lembut.
- Hot pot China memiliki beragam bahan pelengkap seperti seafood, tahu, bakso, jamur, dan mi. Sedangkan shabu-shabu Jepang fokus pada irisan daging sapi, sayuran segar, tofu, dan mi udon.
Kalau berbicara tentang kuliner Asia, hot pot dari China dan shabu-shabu dari Jepang pasti sudah tidak asing lagi di telinga. Keduanya sama-sama sajian rebusan yang menghangatkan tubuh dan cocok disantap bersama keluarga maupun teman. Namun, meski terlihat mirip, keduanya punya perbedaan mencolok yang bikin pengalaman makannya terasa unik.
Bagi pencinta makanan berkuah, mengenal perbedaan hot pot China dan shabu-shabu Jepang bisa bikin kamu makin menikmati kedua hidangan tersebut. Mulai dari kuah, cara memasak, hingga pilihan saus, semua punya ciri khas masing-masing. Yuk, simak lima perbedaan berikut agar kamu bisa membedakannya dengan mudah.
1. Kuah yang digunakan

Perbedaan paling mencolok antara hot pot China dan shabu-shabu Jepang terletak pada kuahnya. Hot pot biasanya menggunakan kuah yang lebih bervariasi, mulai dari pedas ala Sichuan hingga kaldu herbal yang wangi. Rasanya pun cenderung lebih kuat dan tajam.
Sebaliknya, shabu-shabu Jepang menggunakan kuah yang sangat ringan, umumnya hanya berupa kombu dashi. Tujuannya agar rasa asli daging dan sayuran bisa lebih menonjol. Jadi, kalau hot pot lebih kompleks, shabu-shabu terasa lebih sederhana dan segar.
2. Cara memasak bahan makanan

Dalam hot pot, bahan makanan sering kali dimasak sekaligus di dalam panci. Mulai dari daging, sayuran, hingga bakso dimasukkan bersama-sama, lalu dinikmati setelah matang. Hal ini membuat kuah hot pot semakin kaya rasa karena semua bahan menyatu.
Sedangkan pada shabu-shabu, daging diiris tipis lalu dicelupkan sebentar ke dalam kuah mendidih. Nama shabu-shabu sendiri berasal dari suara celupan daging yang diaduk ringan. Cara ini menjaga tekstur daging tetap lembut dan tidak overcooked.
3. Bahan pelengkap

Hot pot China terkenal dengan bahan pelengkap yang sangat beragam. Kamu bisa menemukan aneka seafood, tahu, bakso, jamur, dan mi dalam satu panci. Tidak jarang juga ada bahan unik seperti darah beku atau jamur khas Tiongkok.
Sementara itu, shabu-shabu Jepang lebih fokus pada kesederhanaan bahan. Biasanya hanya terdiri dari irisan daging sapi, sayuran segar, tofu, dan mi udon. Pilihan bahan yang lebih sedikit membuat hidangan ini terasa lebih ringan.
4. Saus pendamping

Saus menjadi bagian penting yang membedakan keduanya. Hot pot China biasanya punya saus cocolan yang kompleks, seperti saus wijen, saus kacang, bawang putih, cabai, dan aneka bumbu tambahan sesuai selera. Bahkan, ada restoran hot pot yang menyediakan bar khusus untuk meracik saus sendiri.
Di sisi lain, shabu-shabu Jepang hanya menggunakan dua saus utama, yaitu ponzu (saus jeruk dengan rasa asam segar) dan goma dare (saus wijen yang gurih). Pilihan yang lebih sedikit ini justru menonjolkan kesederhanaan rasa. Dengan begitu, rasa asli bahan tetap menjadi bintang utama.
5. Suasana dan cara menyantap

Hot pot identik dengan suasana makan yang ramai dan penuh semangat. Orang-orang berkumpul di sekitar panci besar, mencelupkan berbagai bahan sekaligus, dan saling berbagi makanan. Tidak heran, hot pot sering jadi simbol kebersamaan di Tiongkok.
Sedangkan shabu-shabu Jepang lebih menekankan kesan tenang dan rapi. Bahan dimasak sedikit demi sedikit, lalu disantap perlahan dengan tata cara yang lebih teratur. Makan shabu-shabu pun sering dianggap sebagai pengalaman yang lebih elegan.
Mau pilih hot pot yang seru atau shabu-shabu yang sederhana, semua tergantung suasana hatimu saat makan. Jadi, kapan kamu terakhir kali mencoba salah satunya?