Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Trivia Wingko Babat, Oleh-oleh Populer dari Lamongan dan Semarang

ilustrasi wingko babat (commons.wikimedia.org/Agunganantonugroho )

Wingko babat merupakan makanan yang berasal dari Banaran, Babat, Lamongan, Jawa Timur. Wingko babat berbentuk bulat, bertekstur legit, empuk, serta bercita rasa kelapa yang gurih dan manis. Selain di Lamongan, wingko babat juga terkenal di Semarang.

Resep asli dari wingko babat ini dibuat oleh seorang keturunan Tionghoa dari Lamongan, yang kemudian oleh anak-anaknya disebarluaskan ke Lamongan dan Semarang. Wingko babat dari Lamongan dan Semarang ini aslinya dari satu induk yang sama, lho. 

Ingin tahu serba-serbi dari wingko babat yang legit dan manis ini? Simak artikel berikut, ya.

1. Asal muasal wingko adalah dari Babat, Lamongan, Jawa Timur

ilustrasi kelapa, bahan baku dari wingko (unsplash.com/Irene Kredenets)

Produsen wingko babat pertama adalah Omah Wingko Loe Lan Ing di Banaran, Babat, Lamongan, Jawa Timur. Loe Lan Ing ini merupakan anak dari pencipta resep wingko babat, Loe Soe Siang. Wingko babat pertama kali dibuat oleh Loe Soe Siang dan istrinya, Djoa Kiet Nio, di tahun 1898. Suami-istri tersebut merupakan imigran dari Tiongkok ke Lamongan.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, Loe Soe Siang membuat jajanan wingko yang terbuat dari tepung ketan, parutan kelapa muda, santan, air, dan gula pasir.  Jajanan tersebut disukai oleh masyarakat dan karena asalnya dari Babat, Lamongan, maka terciptalah nama wingko babat.

2. Tak hanya disukai warga pribumi, Bangsa Belanda pun menyukai wingko

ilustrasi wingko babat (commons.wikimedia.org/Midori)

Wingko babat tidak hanya terkenal di kalangan masyarakat Lamongan saja, namun Bangsa Belanda pun menyukai kue kelapa satu ini. Di tahun 1932, Dr. Coert menuliskan perjalanannya di surat kabar Soerabaijasch Handelsblad tentang wingko.

Dalam surat tersebut wingko digambarkan suatu jajanan mempunyai rasa manis dan lezat yang disukai oleh para turis yang datang ke Babat, Lamongan. Hal tersebut menandakan bahwa wingko babat dijadikan buah tangan khas Babat, Lamongan.

3. Di tahun 1946, wingko babat mulai hadir di Semarang

ilustrasi Kota Semarang (unsplash.com/Denissa Devy)

Loe Soe Siang dan Djoa Kiet Nio memunyai dua anak yaitu Loe Lan Ing dan Loe Lan Hwa. Loe Lan Ing merupakan penerus generasi kedua usaha wingko babat sang ayah. Sementara itu, Loe Lan Hwa beserta suaminya, The Ek Tjong (D. Mulyadi) dan kedua anaknya bertransmigrasi dari Lamongan ke Semarang di tahun 1944 akibat adanya huru-hara Perang Dunia II yang ikut berdampak pada warga Babat. 

Di tahun 1946, setelah Indonesia Merdeka, Loe Lan Hwa dan suaminya berjualan wingko babat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga serta meneruskan usaha wingko babat keluarganya. 

Loe Lan Hwa menjual wingko babat dengan cara menitipkan jualannya ke kios makanan yang ada di stasiun Tawang, Semarang. Dari hanya berjualan dengan menitipkan di kios makanan, wingko babat Loe Lan Hwa ini digemari oleh masyarakat dan menjadikan wingko sebagai oleh-oleh dari Semarang. Hingga saat ini, wingko babat pun sering dianggap oleh-oleh khas Semarang.

4. Berdiri tahun 1898, usaha wingko babat Loe Lan Ing masih eksis hingga hari ini

ilustrasi wingko babat (commons.wikimedia.org/Danangtrihartanto)

Usaha wingko Loe Lan Ing dan suaminya juga masih bertahan dan diteruskan ke anak cucunya. Pewaris usaha wingko babat generasi ketiga adalah Go Kiok Nio dan Go Kiok Hien, kemudian dilanjutkan oleh generasi keempat yaitu Kristiana yang merupakan anak dari Go Kiok Nio.

Saat ini, usaha wingko babat Loe Lan Ing ini sudah mencapai generasi kelima. Olivia Gondo dan suaminya diamanahkan untuk meneruskan usaha wingko legendaris ini.

Awalnya, wingko babat Loe Lan Ing ini hanya dibungkus daun pisang. Oleh Kristina kemasan wingko babat diganti dengan kertas yang berdesain khusus. Dalam kemasan wingko babat Loe Lan Ing, terdapat nama LLI, yaitu singkatan dari Loe Lan Ing.

Namun ketika muncul Ketetapan MPR Sementara No. 32 tahun 1966 yang tidak memperbolehkan penggunaan huruf Cina pada media masa, toko, ataupun perusahaan, maka nama di bawah label LLI dituliskan Lunak Lezat Istimewa. Wingko babat LLi juga sudah mendapatkan izin perusahaan sejak tahun 1955.

Di generasi kelima ini, Wingko Babat LLI telah memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk mempromosikan dan memasarkan wingko babat LLI. Wingko Babat LLI ini juga sudah tersebar di berbagai toko oleh-oleh dan supermarket di beberapa kota di Inonesia, lho!

5. Wingko Cap Kereta Api, wingko legendaris di Semarang

ilustrasi wingko babat (instagram.com/nenynick)

Di Semarang, usaha wingko babat yang dirintis oleh Loe Lan Hwa sejak tahun 1946 juga berkembang dan menjadi Wingko Babat Cap Kereta Api karena mereka menjual-belikan wingko babat di stasiun.

Awalnya, wingko babat Loe Lan Hwa ini hanya dibungkus kertas biasa tanpa merek. Kemudiaan Loe Lan Hwa memberikan cap atau merek untuk wingko babat produksinya, Cap Spoor yang merupakan merek pertama kali yang dibuat oleh Loe Lan Hwa dan suaminya.

Spoor sendiri adalah Bahasa Belanda yang artinya jalur dengan dua rel yang harus dilintasi kendaraan rel dalam bahasa Jawa spoor dilafalkan sepur yang artinya kerta api.  Ide tersebut didapat dari sampul buku saran yang disediakan di kereta makan atau gerbong restorasi. D. Mulyono memilih ilustrasi kereta api dalam kemasan wingko babat karena D Mulyono bekerja di bagian gerbong restorasi kereta api.

Seiring perkembangan Bahasa Indonesia, Cap Spoor kemudian diganti dengan Cap Kereta Api. Hadirnya kompetitor yang juga membuat kue wingko dengan gambar kereta api ini membuat Loe Lan Hwa mencantumkan juga nama suaminya D Mulyono di kemasan depan wingko babat dan diberikan juga kata-kata “d/h Loe Soe Siang” di belakang kemasan.

Singkatan d/h ini adalah ejaan lama yang artinya dahulu. Hal tersebut memberikan maksud penegasan bahwa wingko babat buatan D. Mulyono ini adalah kelanjutan dari wingko babat buatan Loe Lan Siang.  Hal ini untuk membedakan wingko babat buatannya dan buatan kompetitornya

Sekarang ini, wingko babat dari dua perusahaan legendaris di Lamongan dan Semarang tersebut tak hanya menjual wingko babat dengan rasa kelapa saja tetapi juga menjual wingko babat dengan sentuhan kekinian.

Wingko babat LLI mempunyai variasi cokelat, nangka, dan keju. Sedangkan wingko babat Cap Kereta Api mempunyai varian cokelat, nangka, dan pisang. Berkat dua perusahaan wingko ini, wingko menjadi oleh-oleh kas dari Lamongan dan Semarang.

Dari kalian, ada yang pernah mencicip gurih manisnya wingko babat?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us