Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Perbedaan Utama antara Kopi Tubruk dan Kopi Seduh

ilustrasi proses pembuatan kopi (pexels.com/Aleksandar Pasaric)
ilustrasi proses pembuatan kopi (pexels.com/Aleksandar Pasaric)

Buat para pencinta kopi sejati, cara menyeduh kopi bisa jadi penentu utama kenikmatan secangkir kopi. Dua metode yang sering digunakan di Indonesia adalah kopi tubruk dan kopi seduh. Keduanya sama-sama nikmat, tapi ternyata punya perbedaan yang cukup mencolok!

Banyak orang menganggap kopi tubruk dan kopi seduh itu sama saja, padahal beda lho. Mulai dari cara pembuatannya, rasa, bahkan budaya di baliknya punya cerita masing-masing. Kalau kamu lagi cari metode ngopi yang cocok dengan gaya kamu, penting banget untuk tahu perbedaannya dulu.

Nah, di bawah ini kita bakal bahas enam perbedaan utama antara kopi tubruk dan kopi seduh.

1. Cara penyajian

ilustrasi segelas kopi (pexels.com/Samer Daboul)
ilustrasi segelas kopi (pexels.com/Samer Daboul)

Kopi tubruk dibuat dengan cara paling simpel: bubuk kopi langsung dimasukkan ke gelas, lalu disiram air panas mendidih. Biasanya tanpa penyaringan sama sekali sehingga ampasnya akan langsung tenggelam ke dasar gelas. Cara ini sangat populer di kalangan masyarakat tradisional karena cepat dan tidak ribet.

Sementara itu, kopi seduh mengandalkan alat bantu seperti French press, V60, atau Chemex. Bubuk kopi diseduh dengan air panas dan kemudian disaring, jadi hasil akhirnya adalah kopi tanpa ampas. Proses ini memang sedikit lebih ribet, tapi hasilnya lebih bersih dan halus saat diminum.

2. Tekstur dan rasa

ilustrasi segelas kopi (pexels.com/Rodolfo Quirós)
ilustrasi segelas kopi (pexels.com/Rodolfo Quirós)

Karena tidak disaring, kopi tubruk punya tekstur yang lebih kasar dan rasa yang lebih "berat". Ampas kopi yang tertinggal memberikan sensasi pekat saat diseruput, membuatnya terasa lebih “liar” dan otentik. Ini cocok buat kamu yang suka kopi dengan karakter kuat.

Di sisi lain, kopi seduh punya tekstur lebih ringan dan bersih. Karena disaring, rasa kopi lebih halus dan lebih terasa lapisan aromanya. Banyak pencinta speciality coffee lebih memilih metode seduh karena bisa menonjolkan rasa asli biji kopi tanpa gangguan ampas.

3. Alat yang digunakan

ilustrasi alat pembuat kopi (unsplash.com/Mahaztra Yedhi Syaelendra)
ilustrasi alat pembuat kopi (unsplash.com/Mahaztra Yedhi Syaelendra)

Untuk membuat kopi tubruk, kamu cuma butuh gelas, sendok, dan air panas. Bahkan ketika lagi camping pun, metode ini tetap bisa dilakukan. Inilah alasan kenapa kopi tubruk jadi cara favorit para penikmat kopi yang tidak mau ribet.

Kopi seduh butuh alat tambahan. Mau pakai manual brew seperti V60 atau alat otomatis seperti mesin drip, semuanya perlu perangkat khusus. Meskipun lebih mahal, alat-alat ini bisa memberikan hasil yang konsisten dan cocok buat yang suka eksplorasi rasa.

4. Waktu penyajian

ilustrasi kopi seduh (pexels.com/Jonathan Borba)
ilustrasi kopi seduh (pexels.com/Jonathan Borba)

Kopi tubruk sangat cepat disajikan, cukup dua menit, maka kopi sudah siap diminum. Tapi kamu tetap harus menunggu beberapa menit agar ampasnya turun ke bawah gelas. Meski cepat, butuh sedikit kesabaran sebelum bisa menikmati tegukan pertama.

Kopi seduh membutuhkan waktu lebih lama karena prosesnya melibatkan penggilingan, pemanasan air pada suhu ideal, dan proses penyaringan. Rata-rata, waktu penyeduhan manual bisa 3–5 menit. Tapi waktu ekstra itu sebanding dengan kualitas rasa yang didapat.

5. Budaya dan tradisi

ilustrasi menyeduh kopi (pexels.com/Leonid Demidov)
ilustrasi menyeduh kopi (pexels.com/Leonid Demidov)

Kopi tubruk adalah bagian dari budaya ngopi di Indonesia. Dari warung kopi pinggir jalan sampai rumah nenek di kampung, kopi tubruk jadi simbol keramahan dan kebersamaan. Cara minumnya pun khas, sering dinikmati sambil ngobrol santai dan makan gorengan.

Sementara itu, kopi seduh lebih populer di kalangan penikmat kopi modern. Metodenya sering dikaitkan dengan gaya hidup urban dan budaya third wave coffee. Biasanya dinikmati di kafe-kafe kekinian dengan presentasi estetik dan pilihan biji kopi dari berbagai daerah.

6. Tingkat keasaman dan kepahitan

ilustrasi segelas kopi (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi segelas kopi (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kopi tubruk cenderung lebih pahit karena tidak melalui penyaringan, dan banyak digunakan untuk jenis kopi robusta yang rasanya lebih kuat. Ini cocok untuk kamu yang suka sensasi kopi yang “nendang”.

Sebaliknya, metode seduh bisa mengontrol keasaman dan kepahitan kopi dengan lebih presisi. Kamu bisa mengatur rasio air dan kopi, suhu, dan waktu seduh untuk mendapatkan rasa yang lebih seimbang, bahkan bisa menonjolkan keasaman alami dari kopi arabika.

Pada akhirnya, memilih antara kopi tubruk dan kopi seduh tergantung pada selera dan kebutuhan kamu. Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk, keduanya punya kelebihan masing-masing. Yang satu mengandalkan kesederhanaan dan kecepatan, yang satu lagi mengutamakan kualitas dan eksplorasi rasa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us