Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bukan Hanya Hari Ibu, Ada Juga Perayaan Hari Onde di Akhir Tahun

tangyuan, onde khas Tiongkok Selatan (Unsplash/Zheng Juan)

Selain Hari Ibu, warga etnis Tionghoa di Indonesia juga merayakan Perayaan Hari Onde pada akhir tahun. Perayaan Hari Onde ini biasanya jatuh pada tanggal 21 atau 22 Desember. Pada hari spesial ini, seluruh anggota keluarga etnis Tionghoa berkumpul bersama untuk menyantap onde. 

1. Onde, makanan khas Tiongkok Selatan

onde berbahan tepung ketan (Unsplash/Shiyun)

Onde merupakan makanan yang terbuat dari tepung ketan berbentuk bulatan yang biasanya diberikan perwarna. Warna yang biasanya dipakai untuk onde adalah putih, hijau, dan merah muda. Onde diolah dengan cara direbus dan dihidangkan hangat-hangat dengan air gula. Onde untuk menyambut Perayaan Hari Onde ini biasanya tidak diberikan isian.

Onde merupakan makanan yang berasal dari Tiongkok Selatan untuk menyambut Festival Musim Dingin (Dōngzhì Festival). Di Indonesia sendiri, Dōngzhì Festival sering disebut sebagai Tang-cek (pelafalan yang disesuaikan dari logat Hokkien—Tang-chì).

2. Wedang ronde, asimilasi budaya Tiongkok dan Indonesia

ilustrasi pedagang pinggir jalan (Pixabay/Thomas G.)

Di Indonesia sendiri, onde sudah disesuaikan dengan budaya lokal dan sering disebut dengan wedang ronde. Berbeda dengan onde khas Tionghoa, wedang ronde disajikan dengan air jahe atau air gula kelapa dengan tambahan taburan kacang tanah goreng, potongan roti, dan kolang-kaling.

Sekarang ini, wedang ronde sudah menjadi kudapan sehari-hari. Sudah banyak warung atau pedagang pinggir jalan yang menjajakan wedang ronde.

3. Makan onde bermakna kumpul keluarga

ilustrasi makan bersama (Pexels/Angela Roma)

Di Tiongkok, onde sering disebut dengan Tāngyuán (tāng=sup, yuán=bulat). Kata tāngyuán memiliki bunyi pengucapan yang mirip dengan tuányuán yang berarti reuni atau kumpul keluarga sehingga onde indentik dengan makna kumpul keluarga.

Momen berkumpul bersama keluarga tidak hanya saat menyantap onde bersama, melainkan juga saat membuat onde bersama. Biasanya, satu hari sebelum Perayaan Hari Onde, seluruh keluarga berkumpul untuk membentuk onde sambil bercakap-cakap dan bersenda gurau. 

4. Memakan onde sejumlah tambah satu dari usia

ilustrasi meniup lilin (pixabay/Profivideos)

Saat pertama kali menyantap onde pada Perayaan Hari Onde, warga etnis Tionghoa percaya bahwa harus mengonsumsi onde sejumlah usia ditambah satu. Misalnya, seseorang berusia 24 tahun hanya boleh mengonsumsi 25 onde sebagai porsi pembuka. Setelah mengonsumsi 25 onde, orang tersebut baru bisa mengonsumsi onde sepuasnya.

Tradisi ini dipercaya dapat membawa umur panjang dan keberuntungan bagi orang yang memakan onde ataupun keluarga. Tradisi ini juga sebagai harapan agar orang tersebut dapat memakan onde lagi di tahun depan. 

5. Keluarga yang berkabung tidak boleh membuat onde

Ilustrasi keluarga berkabung (Pexels/Pavel Danilyuk)

Bagi keluarga yang sedang berkabung tidak diperbolehkan untuk membuat onde. Namun, mereka masih boleh menyantap onde, asalkan onde tersebut merupakan pemberian dari kerabat ataupun sanak saudara mereka.

Sebagai tanda terima kasih, keluarga tersebut dapat memberikan makanan balasan kepada kerabat atau sanak saudara yang telah memberikan onde. Makanan balasan tersebut adalah sekoteng, yakni pacar cina yang direbus dengan air gula. 

Demikianlah tradisi Perayaan Hari Onde etnis Tionghoa. Menarik, bukan? Apakah kamu jadi ingin memakan onde sekarang? 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kalyana Dhisty
EditorKalyana Dhisty
Follow Us