Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Kolak Identik dengan Bulan Ramadan? Ini Penjelasannya!

ilustrasi kolak (vecteezy.com/ikarahma)
ilustrasi kolak (vecteezy.com/ikarahma)
Intinya sih...
  • Kolak adalah bagian dari tradisi Ramadan di Indonesia, mulai populer sejak masuknya Islam ke Nusantara.
  • Kolak memiliki filosofi mendalam, berasal dari kata "khaliq" yang mengajarkan untuk selalu mengingat Tuhan dalam setiap aktivitas.
  • Kolak membantu mengembalikan energi setelah berpuasa dengan mudah dicerna dan kandungan serat yang membuat rasa kenyang bertahan lebih lama.

Bulan Ramadan selalu menghadirkan beragam hidangan khas yang menemani umat Islam saat berbuka puasa. Salah satu sajian yang tidak pernah absen adalah kolak, makanan manis berbahan dasar pisang, ubi, santan, dan gula merah. Kolak bukan sekadar takjil biasa, melainkan bagian dari tradisi yang terus bertahan setiap tahunnya.

Keberadaan kolak di meja makan saat buka puasa bukan tanpa alasan, karena ada berbagai faktor yang membuatnya begitu melekat dengan Ramadan. Penasaran kenapa kolak selalu identik dengan bulan Ramadan? Ini beberapa penjelasannya!

1. Warisan budaya yang sarat makna

ilustrasi kolak (vecteezy.com/ikarahma)
ilustrasi kolak (vecteezy.com/ikarahma)

Kolak bukan sekadar makananmanis, tetapi juga memiliki latar belakang historis yang menarik. Konon, makanan ini mulai populer seiring dengan masuknya Islam ke Nusantara dan digunakan sebagai sarana dakwah. Tradisi ini terus berkembang hingga sekarang, menjadikan kolak sebagai bagian dari identitas Ramadan di Indonesia.

Konon, nama "kolak" berasal dari kata "khaliq," yang berarti Sang Pencipta dalam bahasa Arab. Filosofi ini mengajarkan umat Islam untuk selalu mengingat Tuhan dalam setiap aktivitas, termasuk saat berbuka puasa. Oleh karena itu, kolak bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang penuh makna dan spiritualitas.

2. Sumber energi yang cepat diserap tubuh

ilustrasi kolak (vecteezy.com/ikarahma)
ilustrasi kolak (vecteezy.com/ikarahma)

Tubuh membutuhkan asupan energi setelah berpuasa seharian, dan kolak menjadi pilihan yang tepat. Kombinasi gula merah, santan, serta bahan alami lainnya membantu mengembalikan energi dengan cepat tanpa membebani sistem pencernaan. Kandungan karbohidrat dalam pisang dan ubi juga berperan penting dalam menstabilkan kadar gula darah setelah seharian berpuasa.

Gula alami dalam kolak lebih mudah dicerna, sementara kandungan serat dari pisang dan ubi membuat rasa kenyang bertahan lebih lama. Oleh sebab itu, kolak menjadi menu berbuka yang ideal untuk mengisi tenaga sebelum melanjutkan ibadah salat dan makan malam. Tak heran jika kolak selalu menjadi hidangan andalan yang dicari banyak orang saat Ramadan tiba.

3. Filosofi mendalam dalam setiap bahan

ilustrasi kolak (vecteezy.com/ikarahma)
ilustrasi kolak (vecteezy.com/ikarahma)

Setiap bahan dalam kolak memiliki makna tersendiri. Misalnya, pisang kepok sering dikaitkan dengan istilah "kapok," yang berarti seseorang diharapkan jera atas kesalahannya dan kembali ke jalan yang benar. Tak hanya itu, penggunaan santan juga memiliki simbol tersendiri dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Selain itu, ubi dalam bahasa Jawa disebut "pala kependhem," yang berarti sesuatu yang terkubur. Hal ini mengingatkan manusia akan kehidupan setelah mati, sehingga Ramadan menjadi momen refleksi untuk memperbaiki diri dan memperbanyak amal kebaikan. Dengan filosofi mendalam ini, kolak menjadi lebih dari sekadar makanan berbuka biasa.

4. Kemudahan dalam pembuatan dan variasi rasa

ilustrasi kolak (vecteezy.com/ikarahma)
ilustrasi kolak (vecteezy.com/ikarahma)

Salah satu alasan kolak tetap populer adalah proses pembuatannya yang sederhana. Bahan-bahan yang digunakan mudah ditemukan, baik di pasar tradisional maupun supermarket, sehingga siapa pun bisa membuatnya dengan cepat. Tidak hanya itu, teknik memasaknya pun tidak memerlukan keahlian khusus, sehingga semua orang dapat menikmatinya dengan mudah.

Selain itu, variasi kolak yang beragam juga membuatnya tidak membosankan. Ada kolak pisang, kolak ubi, kolak biji salak, hingga kolak labu, semuanya memiliki cita rasa khas yang bisa disesuaikan dengan selera masing-masing. Dengan begitu, kolak selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Indonesia selama bulan Ramadan.

5. Simbol kebersamaan di meja makan

ilustrasi kolak (vecteezy.com/ikarahma)
ilustrasi kolak (vecteezy.com/ikarahma)

Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mempererat tali silaturahmi. Menyantap kolak bersama keluarga atau teman menciptakan momen berbuka yang lebih hangat dan penuh kebersamaan. Tradisi berbagi kolak kepada tetangga juga menjadi wujud kepedulian sosial yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Banyak orang yang sengaja memasak kolak dalam jumlah besar untuk dibagikan kepada tetangga atau orang-orang di sekitar. Hal ini menunjukkan bahwa kolak bukan hanya makanan biasa, tetapi juga simbol berbagi dan kepedulian terhadap sesama. Melalui kolak, setiap orang dapat merasakan indahnya kebersamaan dalam suasana Ramadan yang penuh berkah.

Kolak lebih dari sekadar takjil berbuka, karena di dalamnya terkandung nilai-nilai budaya, filosofi, dan kebersamaan. Tradisi ini terus berlanjut dan menjadi bagian dari kebiasaan yang penuh makna bagi masyarakat Muslim di Indonesia. Ramadan akan selalu terasa lebih lengkap dengan kehadiran kolak di meja berbuka puasa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Annisa Nur Fitriani
EditorAnnisa Nur Fitriani
Follow Us