Kenapa Sapporo Terkenal dengan Birnya? Ini Alasannya!

Sapporo merupakan ibu kota Prefektur Hokkaido yang terkenal sebagai salah satu destinasi wisata musim dingin di Jepang. Kota ini menjadi tuan rumah Festival Salju Sapporo setiap tahunnya yang berlangsung pada bulan Februari. Selain itu, terkenal pula dengan kulinernya berupa ramen Sapporo rasa miso dan bir.
Suhu udara saat musim dingin di Sapporo kerap kali lebih rendah dan banyak salju dibanding wilayah lain di Jepang. Sebab, terletak di pulau besar paling utara di Jepang. Wajar saja kalau makanan dan minuman hangat sangat populer di sini.
Salah satu minuman populer yang dapat memberikan sensasi hangat pada tubuh adalah bir. Bir bukan sekadar minuman di Sapporo, tapi sudah menjadi bagian dari sejarah dan budaya masyarakat setempat.
Lantas, kenapa Sapporo terkenal dengan birnya? Yuk, cari tahu jawabannya berikut ini!
1. Sejarah panjang bir di Sapporo
Sapporo merupakan produsen bir terbaik di Jepang, sejak awal kemunculannya di negara tersebut. Kini, kota itu menjadi salah satu produsen alkohol terbesar di dunia. Sejumlah merek yang mereka produksi sudah dikenal secara global.
Dilansir The Japanese Bar, berdirinya Kaitakushi Brewery pada 1876 yang kemudian dibeli pihak swasta dan menjadi Sapporo Beer Company menandai dimulainya sejarah bir di Jepang. Bir Sapporo bukan gagasan seorang pengusaha, melainkan upaya Jepang untuk memodernisasi diri dengan mengembangkan dan memanfaatkan kekayaan alam Hokkaido. Bir yang baru diperkenalkan ini dipandang sebagai minuman era baru.
Kaisar Meiji mendukung proyek pembuatan bir tersebut pada 1875. Tidak lama kemudian, ahli pembuat bir asli yang dilatih di Jerman, Nakagawa Seibei, meluncurkan pabrik bir di Hokkaido. Meski sempat berencana dipindah ke Tokyo, tapi Sapporo lokasinya yang lebih unggul untuk pembuatan bir.
Pada 1889, Sapporo mendatangkan ahli pembuat bir asal Jerman bernama Max Pormann. Sapporo Brewery mampu meningkatkan keahliannya dengan penggabungan teknik dan peralatan pembuatan bir Jerman yang lebih canggih. Mereka melakukan ekspansi ke luar Hokkaido mapun seluruh Jepang dan mengakuisisi pesaung pada awal abad ke-20.
Inovasi teknologi pembuatan bir mampu membuat Sapporo Brewery di posisi teratas dalam industri ini. Bahkan, mampu menghadapi tantangan selama Perang Dunia II dan rekonstruksi pascaperang. Selain itu, Max Pormann juga berperan penting dalam mendirikan Osaka Beer Company, yang kemudian menjadi Asahi.
2. Berkolaborasi dengan petani lokal
Sebelum kedatangan Max Pormann, bir Sapporo diseduh dingin menggunakan teknik fermentasi German low temperature dan ageing mulai dijual di Tokyo pada 1877. Bir tersebut menampilkan logo Kaitakushi yang khas dengan gambar bintang. Logo tersebut dengan cepat menjadi simbol kualitas dan tradisi.
Dilansir Vine Pair, logo itu terinspirasi dari Bintang Utara, yang juga digunakan oleh Komisi Pembangunan Hokkaido. Logo bintang merah digunakan untuk melambangkan semangat kepeloporannya dan menghiasi banyak bangunan di Sapporo, termasuk Museum Bir Sapporo. Di sisi lain, juga melambangkan bahwa Sapporo ada bintang penuntun.
Saat Kuroda, Kepala Pemerintahan Administrasi Hokkaido berkuasa pada masa tersebut memerintahkan penggunaan barley dan hop yang ditanam secara lokal. Barley atau jelai merupakan salah satu jenis biji-bijian kaya serat yang sering digunakan sebagai bahan baku bir dan aneka minuman fermentasi. Sedangkan hop adalah bunga betina dari spesies Humulus lupulus yang digunakan sebagai perasa dan penstabil rasa bir.
Kedua bahan baku yang ditanam secara lokal membuat bir Sapporo berbeda dengan produk bir lainnya. Tidak dengan lahan sendiri, melainkan berkolaborasi dengan petani lokal untuk mendapatkan bahan baku tersebut. Kerja sama tersebut masih berlangsung hingga saat ini.
3. Perpaduan teknik tradisional Jerman dan seni Jepang
Sejarah panjang dan bahan lokal saja ternyata tidak cukup untuk membuat Sapporo terkenal dengan birnya. Keunikan lain yang dapat kamu jumpai yakni pada pembuatan Sapporo Premium Beer. Bir ini merupakan hasil dari teknik pembuatan tradisional dan seni Jepang yang menciptakan rasa seimbang dan lembut.
Sapporo Premium Beer mengejutkan dengan kesergarannya. Rasa malt yang khas dapat dirasa sejak tegukan pertama, menawarkan rasa pahit halus dan akhir yang lembut di lidah. Bukan sekadar minuman, tapi juga perwujudan hasrat Jepang akan pembuatan bir dan menjanjikan petualangan rasa yang unik.
4. Budaya minum bir yang kuat
Sudah menjadi rahasia umum kalau masyarakat Jepang memiliki budaya minuman beralkohol versi lokal yang disebut sake. Kemudian, kebiasaan minum agak sedikit bergeser pada era modern. Banyak masyarakat Jepang menjadikan bir sebagai pilihan pertama dalam kebiasaan minum mereka.
Perspektif masyarakat Jepang terhadap bir berbeda dengan orang Barat. Pasalnya, minum-minum dianggap sebagai kesempatan unik untuk mengeksplorasi hubungan di luar batasan formal. Mereka juga menganggap bahwa bir adalah minuman ringan yang lebih santai daripada minuman beralkohol.
Minat yang tinggi terhadap bir inilah yang menjadikan budaya minum cukup kuat di Jepang, termasuk Sapporo. Budaya kerja mereka yang berlebihan pun turut menjadikan bir sebagai sarana rekreasi paling mudah dan murah. Bahkan, Sapporo memiliki tradisi musim panas berupa Sapporo Odori Beer Garden yang digelar setiap tahunnya.
5. Wisata bir
Kepopuleran Sapporo sebagai penghasil bir terbaik dapat dinikmati dengan mengunjungi sejumlah destinasi wisata bertema bir. Selain tradisi musim panas yang sudah disebutkan sebelumnya, kamu dapat mengunjungi museum dan pabrik produsen bir tertua di Sapporo. Saat menyusuri jalanan Sapporo pun menjadi hal wajar kalau terdapat instalasi seni maupun landmark yang berkaitan dengan bir.
Museum Bir Sapporo bagian dari taman serbaguna Sapporo Garden yang dapat dikunjungi secara gratis. Tempat ini menampilkan pajangan hingga peralatan bersejarah yang mengungkap sejarah produksi bir di Jepang. Mulai dari awal perintisannya di Hokkaido hingga era modern.
Kamu juga dapat melakukan tur premium berpemandu dengan biaya tambahan. Tidak sekadar diajak menyelami sejarah bir, tapi juga mencicipi Sapporo Reproduction Beer dengan rasa autentik. Museum ini telah dilengkapi voice machine multibahasa dan pamflet informatif berbasa Inggris, Mandarin, dan Korea.
Sekitar 1,4 km dari museum, kamu dapat mengunjungi Sapporo Factory dan Sapporo Kaitakushi Beer Brewery. Parbik bir pertama di Jepang itu dapat kamu kunjungi untuk melihat berbagai peralatan dan foto informatif tentang bir. Sedangkan produksi bir Sapporo dipindah ke Eniwa, Hokkaido.
Sekarang kamu sudah tahu jawabannya, bukan? Sapporo terkenal dengan birnya yang berawal sebagai langkah memodernisasi diri. Bir asal Sapporo dibuat dari bahan lokal dengan teknik unik, sehingga menghasilkan produk berkualitas. Di sisi lain, budaya dan minat masyarakat setempat membuat bir Sapporo berkembang dan dikenal secara luas.