Kenapa Sate Lilit Dimasak Pakai Batang Serai? Ini Alasannya

Sate lilit adalah salah satu hidangan khas Bali yang sangat populer karena keunikannya. Sajian sate ini berbeda dengan jenis sate lainnya karena memanfaatkan penggunaan batang serai sebagai media pelilitannya. Tapi, pernah nggak sih kamu penasaran kenapa sate lilit bali selalu pakai batang serai, bukan tusuk bambu seperti sate pada umumnya?
Ternyata, pemilihan batang serai ini bukan hanya agar hidangan tersebut terlihat unik, tapi ada beberapa alasan penting di balik rasanya yang khas dan tampilannya yang menarik, lho. Bagi kamu yang penasaran apa saja alasannya, kamu bisa membaca penjelasannya di dalam artikel ini. Yuk, simak satu per satu alasannya kenapa batang serai menjadi pemeran utama di balik kelezatan sate lilit ya!
1. Memberikan aroma dan rasa secara langsung pada daging

Sate lilit adalah salah satu jenis sate Nusantara yang unik karena memanfaatkan batang serai. Saat batang serai dipanaskan di atas bara api atau grill pan, kandungan minyak aromatik yang terkandung di dalamnya akan mulai keluar. Minyak tersebut akan meresap langsung ke dalam adonan daging yang dililitkan pada batang serai sehingga menciptakan aroma segar khas citrus yang kompleks.
Teknik ini menjadikan sate lilit bukan sekadar hidangan sate biasa, tetapi juga merupakan bentuk seni kuliner yang memadukan rasa dan aroma alam secara harmonis. Tak hanya berfungsi sebagai penambah aroma, batang serai juga bisa dipakai sebagai tusukan alami yang lebih ramah lingkungan. Oleh karena itu, tak heran jika sate lilit terasa lebih ringan, segar, dan khas dibanding jenis sate tradisional lainnya.
2. Bentuk dan tekstur batang serai memudahkan proses pelilitan adonan daging

Tanaman serai umumnya memiliki batang yang berbetuk bulat memanjang dan sedikit berserat. Bentuk dan teksur ini membuatnya sempurna sebagai media atau tempat pelilitan adonan daging cincang pada sajian sate lilit. Selain itu, permukaan batang bawahnya yang lebih keras dan kokoh juga memberi daya lekat yang kuat sehingga adonan bisa menempel sempurna tanpa khawatir terlepas saat dibakar.
Struktur batang tersebut membantu adonan sate lilit mempertahankan bentuknya agar tetap padat dan rapi meski terpapar panas dari bara api. Oleh karena itu, masyarakat Bali memilih batang serai untuk digunakan sebagai penyangga yang memudahkan proses pemanggangan serta penyajian. Kombinasi ini membuat hidangan sate lilit memiliki kelezatan rasa yang khas dan bentuk yang indah.
3. Memiliki nilai budaya dan presentasi hidangan yang memukau

Dalam budaya Bali, sate lilit bukan hanya sekadar hidangan, tapi juga sebagai simbol keberagaman kuliner di Pulau Dewata. Penggunaan batang serai menambah kesan alami dan menghadirkan aroma yang menenangkan sekaligus tampilan yang elegan di setiap tusuknya. Selain itu, sate lilit juga sering dihidangkan dalam upacara adat dan perayaan keagamaan.
Hal tersebut tentunya menjadi bagian penting dari identitas kuliner masyarakat Bali itu sendiri. Tak hanya itu, sate lilit juga mencerminkan filosofi gotong royong dan keseimbangan antara manusia dengan alam. Jadi, tidak heran kalau sate lilit selalu berhasil memukau setiap orang yang mencicipinya.
4. Memiliki sifat antimikroba yang berfungsi menjaga kehigienisan sajian

Selain memberikan aroma khas dan media pelilitan adonan, batang serai juga memiliki sifat antimikroba alami yang membantu menjaga kehigienisan hidangan. Hal ini dikarenakan serai mengandung senyawa aktif seperti sitral dan limonena. Kedua senyawa ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri tertentu, sehingga hidangan lebih higienis saat dimasak atau disajikan di ruang terbuka.
Selain memiliki sifat antimikroba, serai juga memiliki kandungan minyak esensial dengan aktivitas antijamur yang tinggi. Hal ini membuat batang serai dipilih sebagai tusukan untuk sate lilit karena bisa menjaga kualitas adonan daging. Oleh karena itu, tak heran jika masyarakat Bali lebih memilih serai daripada bambu, karena selain harum, tanaman yang satu ini juga bisa memberi sentuhan kesehatan pada sajian.
Dengan beberapa alasan di atas, tak heran jika batang serai menjadi elemen penting dalam kelezatan dan keunikan hidangan sate lilit. Bahan ini tak hanya sebagai tusuk sate, melainkan simbol perpaduan antara cita rasa, aroma, tradisi, dan kearifan lokal Bali yang tak terlupakan.
Referensi:
Sate Lilit Recipe. Not Quite Nigella. Diakses pada 24 Oktober 2025.
Lemongrass 101: How to Cook With It and More. Hot Thai Kitchen. Diakses pada 24 Oktober 2025.
Sate Lilit. Indonesia Travel. Diakses pada 24 Oktober 2025.
Learning Bali’s true flavors. The Jakarta Post. Diakses pada 24 Oktober 2025.
Learning Bali’s true flavors. What To Cook Today. Diakses pada 24 Oktober 2025.
Grilled Minced Beef On Lemongrass/Sate Lilit. Sea Salt With Food. Diakses pada 24 Oktober 2025.
How to Cook with Lemongrass: Tips, Recipes, and Storage Guide. Greatist. Diakses pada 24 Oktober 2025.
Lemon grass (Cymbopogon citratus). DLIUM. Diakses pada 24 Oktober 2025.
Discovering Lemongrass: A Versatile and Beneficial Herb What is Lemongrass? An In-Depth Overview. Pekis. Diakses pada 24 Oktober 2025.
Lemongrass. The Lost Herbs. Diakses pada 24 Oktober 2025.
Sate Lilit – Minced Seafood Satay. Bali. Diakses pada 24 Oktober 2025.
Sharma, S., Habib, S., Sahu, D., & Gupta, J. (2021). Chemical properties and therapeutic potential of citral, a monoterpene isolated from lemongrass. Medicinal Chemistry, 17(1), 2-12. Diakses pada 24 Oktober 2025.
Nagata, T., Satou, T., Hayashi, S., Satyal, P., Watanabe, M., Riggs, B., & Saida, Y. (2024). Citral in lemon myrtle, lemongrass, litsea, and melissa essential oils suppress the growth and invasion of breast cancer cells. BMC complementary medicine and therapies, 24(1), 211. Diakses pada 24 Oktober 2025.


















