5 Etika Makan Omakase ala Jepang, Hindari Melakukan Ini!

Omakase tengah menjadi salah satu tren yang banyak diterapkan di restoran Jepang. Istilah yang mulai populer sejak awal 1990-an ini awalnya dilakukan pada restoran sushi saja.
Sebab, pada masa tersebut, masyarakat Jepang dari kalangan menengah ke bawah belum familier dengan restoran sushi. Alhasil, terciptalah konsep omakase, di mana pengunjung mempercayakan sepenuhnya pesanan mereka kepada chef.
Seiring perkembangan zaman, konsep omakase tidak hanya diterapkan di restoran sushi, tetapi di beberapa restoran Jepang lainnya, seperti restoran ramen, tepanyaki, dan lain-lain.
Dengan menerapkan konsep omakase, yang secara harfiah berarti percayakan kepada chef, menjadi pengalaman kuliner yang unik dan istimewa. Chef akan memilih hidangan buat pengunjung berdasarkan bahan-bahan segar yang tersedia, serta keahliannya dalam memasak.
Biasanya pengunjung akan duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan chef. Sesuai dengan konsep omakase yang memiliki dapur terbuka, sehingga kamu bisa melihat langsung sang chef saat membuat masakan.
Nah, sebelum kamu datang ke restoran omakase, ada beberapa etika khusus yang harus diterapkan. Berikut beberapa etika makan omakase ala Jepang.
1. Percaya kepada chef

Mengunjungi restoran omakase, artinya kamu memberikan kepercayaan penuh kepada chef untuk menyajikan hidangan terbaik mereka. Ini merupakan hal utama dari pengalaman omakase.
Chef biasanya sudah mempertimbangkan keseimbangan rasa, tekstur, dan kesegaran bahan saat menyusun menu. Oleh karena itu, jangan sampai meminta mengganti menu atau menambahkan hidangan yang tidak ada dalam daftar omakase. Percayalah bahwa chef akan menyajikan hidangan terbaik buat kamu.
2. Jangan pilih-pilih makanan

Dalam omakase, pengunjung akan disajikan berbagai hidangan yang mungkin belum pernah kamu coba sebelumnya. Salah satu etika yang harus dilakukan adalah tidak memilih-milih makanan.
Meskipun ada kemungkinan kamu menemukan hidangan yang tidak sesuai dengan selera, tetapi cobalah untuk tetap menghargai usaha dan kreativitas chef. Ingatlah bahwa setiap hidangan disajikan dengan maksud tertentu, bahkan sering mewakili keahlian dan filosofi memasak chef.
3. Berinteraksi dengan chef

Berinteraksi dengan chef menjadi bagian penting dari pengalaman omakase. Dengan begitu, kamu telah menunjukkan apresiasi dan ketertarikan terhadap hidangan yang disajikan.
Tanyakan tentang bahan-bahan yang digunakan, teknik memasak, atau cerita di balik hidangan tersebut. Interaksi ini tidak hanya membuat pengalaman makan kamu lebih kaya, tetapi juga menunjukkan rasa hormat kepada chef yang telah bekerja keras untuk menyajikan makanan terbaik.
4. Menikmati makanan dengan sopan

Menikmati makanan dengan sopan menjadi etika dasar dalam budaya makan Jepang, termasuk omakase. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti tidak mengobrol dengan suara keras, menghindari penggunaan ponsel saat makan, dan makan dengan tenang.
Misalnya saat kamu menyantap sushi, makanlah dalam satu gigitan. Hal ini menunjukkan kalau kamu menghargai sajian yang telah disusun chef. Hindari juga mencampur hidangan dengan saus atau bumbu tambahan tanpa persetujuan chef.
Lebih baik lagi jika kamu menghabiskan semua makanan yang telah disajikan. Secara tidak langsung, kamu mengakui keahlian dari chef dan cita rasa masakan yang ia sajikan.
5. Memberikan pujian

Memberikan pujian kepada chef merupakan bentuk apresiasi yang sangat baik. Kamu bisa berterima kasih atas hidangannya. Selain itu, kamu bisa memberikan pujian spesifik tentang hidangan yang paling kamu suka.
Pujian yang tulus akan membuat chef merasa dihargai. Tak jarang mereka akan berbagi lebih banyak cerita atau tips tentang hidangan yang disajikan.
Itulah beberapa etika makan omakase ala Jepang. Dengan mengikuti etika-etika ini, kamu akan mendapatkan pengalaman omakase yang autentik dan memuaskan. Semoga pengalaman makan kamu di omakase semakin berkesan.