5 Fakta 'Itiak Lado Mudo', Kuliner Klasik Minang yang Melegenda

Salah satu daerah di Sumatera Barat yang kerap disambangi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara adalah Bukittinggi. Selain areanya yang sejuk, kota wisata ini pun menyuguhkan ragam kuliner khas yang memanjakan lidah. Misalnya, Itiak Lado Mudo. Nah, mari simak informasi menarik seputar hidangan berat tersebut!
1. Sesuai namanya, Itiak Lado Mudo memang memadukan daging Itik/bebek dengan cabai hijau

Sesuai namanya, Itiak Lado Mudo, masakan ini memang memiliki bahan baku berupa daging itik/bebek (Itiak dalam bahasa Minang), yang lantas dipadukan bersama cabai hijau dalam jumlah banyak (lado hijau dalam bahasa Minang).
2. Itik/bebek yang digunakan untuk Itiak Lado Mudo harus berusia paling tua enam bulan

Usut punya usut, bebek atau itik yang digunakan pun harus yang berusia paling tua enam bulan. Tujuannya, supaya citarasa pedasnya lebih meresap dan tekstur dagingnya pun tak alot, bahkan akan lebih memudahkan saat proses pengolahan nanti.
3. Proses pengolahan Itiak Lado Mudo relatif mirip dengan olahan berbahan unggas lainnya

Proses pengolahan Itiak Lado Mudo diawali dari menyembelih, membersihkan, memanggang diatas bara api (3-5 menit) untuk menghilangkan bulu yang sekiranya masih melekat, lalu daging itik/bebek tersebut dipotong menjadi beberapa bagian.
Selanjutnya, potongan daging itik/bebek dilumuri dengan bumbu yang terdiri atas aneka rempah, serta cabe hijau yang sangat banyak. Semua bahan tersebut dimasak menggunakan kayu bakar, agar aroma yang dihasilkan menjadi lebih khas.
4. Ternyata, Itiak Lado Mudo sudah terhidang sejak zaman Belanda, sebagai makanan adat saat panen

Ditilik dari sejarahnya, ternyata Itiak Lado Mudo telah tersaji sejak zaman Belanda. Tepatnya, kuliner klasik ini selalu dihidangkan sebagai salah satu makanan adat (untuk varian gulai) saat acara panen sawah.
5. Itiak Lado Mudo berasal dari kawasan Ngarai Sianok, tepatnya Nagari Sianok dan Koto Gadang

Itiak Lado Mudo tak selalu tersedia di semua Rumah Makan Padang, sehingga memang terbilang agak susah menyantap kuliner ini walaupun tengah berpelesir ke ranah Minang. Berkunjung saja ke daerah asalnya, yakni di kawasan Ngarai Sianok di Bukittinggi. Tepatnya, Nagari Sianok dan Koto Gadang, untuk lebih leluasa mencicipi hidangan berbahan baku itik/bebek yang satu ini.
Jangan lupa disantap saat berlibur ke Bukittinggi, ya!