5 Ikan Sungai yang Ternyata Harus Mulai Dihindari

- Ikan sungai populer sebagai sumber protein di Indonesia, namun rentan terkontaminasi logam berat, parasit, dan mikroplastik dari lingkungan.
- Lele, sapu-sapu, gabus, bawal, dan nilem adalah ikan sungai yang rentan terkontaminasi dan berisiko bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi secara rutin.
- Konsumsi ikan sungai sebaiknya lebih selektif dan bijak untuk menghindari gangguan kesehatan jangka panjang akibat pencemaran lingkungan.
Ikan sungai telah lama menjadi sumber protein yang disukai masyarakat Indonesia. Selain rasanya yang lezat, ikan-ikan ini juga mudah ditemukan di pasar tradisional atau hasil tangkapan langsung dari sungai. Meskipun ada kekhawatiran dengan meningkatnya pencemaran air dan penurunan kualitas lingkungan sungai, tak semua ikan sungai aman untuk dikonsumsi secara rutin.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ikan sungai tertentu dapat menyimpan kandungan logam berat, parasit, atau mikroplastik yang berasal dari limbah rumah tangga, industri, hingga aktivitas pertambangan. Konsumsi ikan yang tercemar dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius seperti kerusakan hati, ginjal, hingga gangguan sistem saraf. Berikut ini lima jenis ikan sungai yang sebaiknya mulai kamu waspadai dan hindari untuk dikonsumsi terlalu sering dilansir dari Healthline.com:
1. Ikan lele sungai

Lele memang dikenal sebagai ikan konsumsi yang sangat populer di Indonesia. Namun, lele sungai yang hidup di alam bebas, terutama di sungai yang tercemar, rentan menyerap racun dan limbah kimia. Hal ini karena sifat lele sebagai hewan omnivora yang memakan apa saja, termasuk sisa-sisa organik yang tercemar bahan kimia.
Kandungan logam berat seperti merkuri, kadmium, dan timbal sering ditemukan pada jaringan tubuh lele sungai, terutama yang hidup di sungai perkotaan. Jika dikonsumsi terus-menerus, logam berat tersebut bisa menumpuk dalam tubuh manusia dan menyebabkan gangguan kesehatan jangka panjang, termasuk penurunan fungsi otak dan risiko kanker. Untuk keamanan, pilih lele dari budidaya yang terpercaya atau hindari konsumsi lele sungai liar.
2. Ikan sapu-sapu

Ikan sapu-sapu sering dianggap sebagai pembersih akuarium karena kemampuannya memakan alga dan sisa makanan. Karena mudah ditemukan, di beberapa daerah, ikan ini juga dikonsumsi sebagai lauk karena keberadaannya yang melimpah di sungai. Sayangnya, sapu-sapu justru tergolong ikan yang berisiko tinggi karena cenderung mengonsumsi endapan lumpur dan kotoran di dasar sungai.
Kebiasaan makan tersebut membuat tubuh sapu-sapu menyerap banyak zat berbahaya dari lingkungan, termasuk racun dan bakteri patogen. Meski ikan yang bisa dimakan, tekstur dagingnya yang alot dan kandungan nutrisinya yang rendah juga menjadikan ikan ini tidak ideal sebagai sumber pangan. Konsumsi sapu-sapu sebaiknya dihindari, apalagi jika berasal dari sungai yang kualitas airnya buruk.
3. Ikan gabus dari sungai tercemar

Ikan gabus terkenal karena kandungan albuminnya yang tinggi dan diyakini baik untuk penyembuhan luka. Yang harus kamu perhatikan adalah, jika ikan gabus ditangkap dari sungai yang tercemar, manfaat tersebut justru bisa berubah menjadi risiko. Gabus termasuk ikan predator yang berada di puncak rantai makanan, sehingga lebih mudah mengakumulasi racun dari ikan-ikan kecil yang dimakannya.
Racun seperti logam berat atau pestisida yang telah mengkontaminasi rantai makanan sungai bisa berpindah ke tubuh ikan gabus. Bila manusia mengonsumsinya, risiko keracunan logam berat menjadi nyata. Sebelum mengkonsumsi, sangat penting memastikan bahwa ikan gabus yang dikonsumsi berasal dari habitat bersih atau dari peternakan dengan kualitas air yang terjaga.
4. Ikan bawal sungai

Bawal sungai merupakan ikan air tawar yang sering dikonsumsi karena teksturnya lembut dan rasanya gurih. Meski di balik kelezatan tersebut, bawal sungai bisa menjadi media akumulasi bahan kimia berbahaya bila hidup di ekosistem sungai yang tercemar. Apalagi jika ikan tersebut tumbuh besar dengan cepat karena aliran limbah industri atau rumah tangga.
Penelitian menunjukkan bahwa bawal yang berasal dari perairan tercemar dapat mengandung senyawa-senyawa berbahaya yang bisa memengaruhi metabolisme tubuh manusia, termasuk gangguan hormon. Sebaiknya konsumen lebih selektif dan menghindari membeli bawal dari penjual yang tidak jelas asal-usul tangkapannya. Lebih aman memilih bawal hasil budidaya bersih.
5. Ikan nilem

Ikan nilem atau dikenal juga sebagai ikan putihan sering dipilih karena harganya murah dan mudah didapat di sungai. Sayangnya, ikan ini juga sering hidup di perairan yang dangkal dan tenang, di mana endapan lumpur dan limbah rumah tangga kerap mengendap. Nilem cenderung mengonsumsi organisme mikroskopis yang tumbuh dari limbah, sehingga berisiko mengandung zat beracun.
Beberapa kasus menunjukkan bahwa konsumsi ikan nilem dari sungai yang tercemar bisa menyebabkan gejala gangguan pencernaan, alergi kulit, dan infeksi parasit. Karena habitat hidupnya rentan terhadap pencemaran, sebaiknya konsumsi ikan nilem dibatasi atau dihindari jika tidak diketahui sumber air tempat ikan tersebut ditangkap. Jangan hanya tergiur harga murah tanpa memperhatikan risiko kesehatan.
Meskipun ikan sungai dikenal alami dan bebas bahan kimia seperti pakan buatan, kenyataannya kondisi lingkungan yang semakin tercemar membuat kualitas ikan-ikan tersebut menurun drastis. Mengonsumsi ikan yang terkontaminasi dalam jangka panjang bisa membahayakan kesehatan tanpa disadari. Karena itu, penting bagi kita untuk lebih selektif dan bijak dalam memilih sumber protein hewani, khususnya dari air tawar.