Menikmati Olahan Daging Domba Australia, Kreasi Chef Lambassador

Meat & Livestock Australia (MLA) Indonesia, organisasi yang berfokus pada riset, pengembangan, dan pemasaran untuk industri daging merah Australia, kembali menggelar acara yang mengenalkan daging domba Australia.
Didukung Victorian Government Trade and Investment, MLA menggelar acara makan malam Lambassador di Jakarta. Acara ini dalam rangka menyambut kehadiran Her Excellency Professor the Honourable Margaret Gardner AC, Gubernur Victoria. Selain itu, acara ini juga merayakan hubungan erat antara Victoria dan Indonesia melalui kuliner yang berkualitas.
Dalam acara ini, para tamu diajak menikmati perjalanan kuliner yang menghadirkan lima chef Lambassador terkemuka. Mereka mengolah daging domba terbaik dari Victoria, negara bagian di Australia, menjadi hidangan istimewa.
Kali ini, mereka menghadirkan kolaborasi chef Indonesia dan Singapura yang menyajikan kreasi khas mereka menggunakan beberapa bagian daging domba. Mulai dari potongan Australian lamb leg, lamb rack, dan lamb shoulder.
Lantas, makanan apa saja yang disajikan, serta bagaimana rasanya? Yuk, simak informasi selengkapnya di bawah ini!
1. Menggunakan daging domba Australia berkualitas

Melalui program Lambassador, MLA berkolaborasi dengan para chef dan profesional kuliner untuk berbagi informasi tentang daging domba Australia kepada para mitra. Hal ini juga sekaligus membangun kepercayaan, serta meningkatkan permintaan terhadap produk premium.
Mengusung tema The Art of Victorian Lamb, Crafted by Lambassador Chefs, acara ini menjadi wadah bagi Gubernur Victoria untuk berinteraksi langsung dengan pemangku kepentingan pemerintah Indonesia, serta pelaku industri. Dengan begitu, mempererat hubungan dan membuka peluang kolaborasi yang saling menguntungkan.
Dalam acara ini, kami juga menikmati beragam olahan daging domba Australia yang dikenal akan kualitasnya. “Daging domba Australia dikenal secara global karena kualitasnya yang tinggi, rasa yang lezat, dan jaminan halalnya, menjadi pilihan sempurna bagi konsumen Indonesia,” ujar Chief Representative MLA Indonesia, Christian Haryanto, saat acara makan malam Lambassador di Raffles Jakarta, pada 25 November 2025.
Dengan menampilkan kreasi daging domba premium asal Victoria, acara ini sekaligus memfasilitasi dialog antara chef, pemangku kepentingan, dan pelaku industri. Inisiatif tersebut menjadi platform untuk memperkuat kolaborasi, serta mendorong pertumbuhan sektor layanan makanan di masa mendatang.
2. Sajian chef Singapura

Setiap chef menyajikan hidangan unik yang mengubah potongan daging domba menjadi karya seni kuliner. Salah satu yang menarik perhatian adalah sajian dari Chef Alysia Chan asal Singapura. Ia membuat menu Slow Roasted Lamb Shoulder with Potato Puree, Apricot Salsa Verde, and Crispy Quinoa.
Hidangan ini menggunakan bagian boneless lamb shoulder yang dipadukan dengan parsley, buncis, coriander, chili flakes, dan siraman minyak aromatik. Tekstur mashed potato-nya terasa super lembut dengan rasa gurih yang seimbang, meski sedikit asin.
Daging dombanya empuk dan juicy dengan tingkat kematangan medium well. Meskipun masih menyisakan sedikit aftertaste prengus khas domba yang cukup terasa, tetapi tetap nikmat.
3. Sajian chef Indonesia

Beberapa chef Indonesia pun tak kalah menarik lewat eksplorasi rasa yang memadukan unsur lokal dan internasional. Chef A.S Windoe menyajikan Crusted Lamb Rack and Walnut Over Tahini. Sajian yang memadukan cita rasa Indonesia dan Timur Tengah.
Lamb rack dimarinasi dengan whole grain mustard dan kacang mete, kemudian dipanggang hingga tingkat kematangan medium menuju medium well. Disajikan dengan bayam, keju yang dipanggang semalaman, serta saus tahini yang creamy. Tekstur dagingnya terasa sedikit lebih firm, tetapi diperkaya sensasi crunchy dari walnut yang memberikan kontras rasa menarik.
Sementara itu, Chef Rizqi Pradana menyuguhkan Slow Roasted Lamb Shoulder with Komoh Spices, Dirty Rice, and Trancam Vegetables. Dirty rice terdiri dari nasi putih, nasi jagung, nasi merah, bawang goreng, dan serundeng. Lengkap dengan sambal kecap dan acar.
Menariknya lagi, dilengkapi dengan trancam khas Jawa Timur yang menggunakan daun bluntas, kemangi, pete China, serta tempe suwir. Sajikan Chef Rizqi ini menggunakan lamb shoulder boneless yang dimasak dengan teknik cold smoked selama 4 jam, lalu didiamkan semalaman sebelum disajikan. Teksturnya lebih matang, sedikit alot, tetapi tetap menyisakan aroma khas domba yang kuat. Tingkat kematangannya medium to medium well.
Sedangkan, Chef Victor Taborda menyajikan Slow Braised Lamb Leg with Sweet Potatoes. Menggunakan lamb leg yang dimarinasi dengan bawang putih dan rosemary. Dimasak selama 12 jam menggunakan suhu rendah hingga menghasilkan tekstur yang sangat lembut dan juicy. Memiliki sensasi fatty yang nyaman di mulut.
Mashed sweet potato-nya lembut dengan rasa sedikit asin dari minyak alami. Hidangan ini dilengkapi beef juice, chimichurri, salad pickled, dan bawang putih goreng. Tingkat kematangannya medium yang mempertahankan warna pink alami pada daging.
Terakhir, Chef Bayu Timur menyajikan Lamb Ragu Ravioli, Cheese Fondue, Rosemary Lamb Sauce. Sajian ini mirip dumpling yang dilapisi keju fondue. Menghasilkan rasa gurih dengan sentuhan asin yang seimbang.
Berisi daging domba suwir, dimasak dengan teknik braising selama 4 jam, kemudian dibungkus dalam kulit ravioli. Cheese fondue dibuat dari kombinasi parmesan dan mascarpone. Sausnya berasal dari lamb juice dan tomat cherry untuk memberi sentuhan asam segar. Ditambah taburan parsley crumb yang melengkapi rasanya.
Beragam sajian dari para chef ini membuktikan bahwa daging domba Australia cocok diolah menjadi hidangan berkelas. Setiap menu menghadirkan pengalaman kuliner yang bukan cuma memanjakan lidah, tetapi juga memperlihatkan kolaborasi antara kualitas bahan premium dan kreativitas para chef.


















