Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Langkah Penanganan Tepat pada Anak Alergi yang Susu Sapi

ilustrasi anak meminum susu sapi (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi anak meminum susu sapi (pexels.com/Alex Green)

Alergi susu sapi merupakan reaksi tubuh yang berlebihan terhadap kandungan protein dalam susu sapi. Menurut laporan dalam jurnal Sari Pediatri tahun 2015, diperkirakan 1 dari 10 anak di Jakarta mengidap alergi makanan, yang mana penyebab terseringnya adalah konsumsi susu sapi.

Alergi susu sapi pada anak bukanlah kejadian yang langka. Namun, tetap saja kamu perlu tahu cara untuk mengatasi masalah tersebut. Tidak perlu bingung, kamu bisa mengikuti langkah-langkah berikut ini.

1. Bila masih ragu, periksakan anak ke dokter

ilustrasi pemeriksaan anak oleh dokter (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi pemeriksaan anak oleh dokter (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Gejala alergi susu sapi dapat melibatkan berbagai organ, di antaranya:

  • Gejala saluran cerna: Seperti diare, nyeri perut, dan muntah.
  • Gejala saluran napas: Seperti napas bengek dan sesak napas.
  • Gejala kulit: Seperti bibir bengkak, biduran, dan kulit gatal.

Menurut Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Alergi Susu Sapi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gejala tersebut bisa timbul lebih dari 1 jam setelah mengonsumsi susu sapi. Hal ini bisa jadi membingungkan, karena sulit dipastikan apakah gejala tersebut disebabkan susu sapi atau penyakit lain dengan gejala serupa.

Oleh sebab itu, pastikan anak sudah diperiksa oleh dokter yang berpengalaman. Bila diperlukan, dokter bisa melakukan tes tusuk kulit (skin prick test) atau pengukuran kadar antibodi penanda alergi (tes imunoglobulin E atau IgE).

2. Hentikan konsumsi susu sapi

ilustrasi susu (freepik.com/Racool_studio)
ilustrasi susu (freepik.com/Racool_studio)

Setelah terbukti memiliki alergi, hal pertama yang harus dilakukan adalah menghentikan konsumsi susu sapi. Sesuai Pedoman Pelayanan Medis IDAI, anak tidak disarankan mengonsumsi susu sapi kembali dalam waktu minimal 6 minggu, terhitung sejak reaksi alergi muncul.

Tidak hanya susu sapi, konsumsi produk turunan susu pun harus dihentikan sementara. Contoh produk turunan dari susu sapi antara lain keju, mentega, yoghurt, mayones, dan es krim.

3. Mencari alternatif lain pengganti susu sapi

ilustrasi produk susu di pasaran (pexels.com/Nothing Ahead)
ilustrasi produk susu di pasaran (pexels.com/Nothing Ahead)

Selama menjalani pantangan susu sapi, si Kecil dapat diberikan jenis susu lain untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Salah satu pilihannya adalah susu kedelai. Kedelai tidak mengandung protein susu sapi, sehingga dinilai lebih aman pada anak yang memiliki bakat alergi susu sapi.

Sayangnya, kedelai masih belum menyaingi susu sapi dari segi kalori dan nutrisinya. Menurut laporan berjudul "Use of Soy-Based Formulas and Cow's Milk Allergy: Lights and Shadows" dalam jurnal Frontiers in Pediatrics tahun 2020, susu kedelai memiliki total kalori, lemak, protein, kalsium, dan zat besi yang lebih rendah dibanding susu sapi.

Pilihan lain adalah susu sapi terhidrolisa. Susu ini dibuat dengan cara memecah protein susu sapi sampai hancur menggunakan proses kimiawi. Dengan begitu, reaksi alergi bisa dihindari. Sayangnya, susu jenis ini lebih mahal dan belum banyak tersedia di pasaran.

4. Memantau kondisi anak secara berkala

ilustrasi menjaga kesehatan anak (unsplash.com/NeONBRAND)
ilustrasi menjaga kesehatan anak (unsplash.com/NeONBRAND)

Kabar baiknya, tidak semua alergi susu sapi bersifat menetap. Menurut Pedoman Pelayanan Medis IDAI, lebih dari 50 persen anak dengan alergi susu sapi bisa membaik pada usia 1–3 tahun.

Setelah reaksi alergi mereda (biasanya dalam waktu 6 minggu), anak dapat kembali dicoba untuk mengonsumsi susu sapi kembali, tetapi dalam jumlah yang sedikit terlebih dahulu. Proses ini dinamakan uji provokasi.

Yang perlu diperhatikan, kamu tidak boleh melakukan uji provokasi tanpa pengawasan dokter. Uji provokasi ini bisa saja menimbulkan reaksi alergi kembali, sehingga harus mengikuti prosedur yang benar.

5. Tidak membaik? Rujuk segera ke spesialis anak

diperiksa oleh dokter anak (unsplash.com/National Cancer Institute)
diperiksa oleh dokter anak (unsplash.com/National Cancer Institute)

Sebagian anak yang mengalami alergi susu sapi akan mengalami perbaikan setelah 6 minggu menjalani pantangan. Bila reaksi alergi tidak membaik atau bahkan memburuk, jangan ragu untuk melakukan rujukan ke dokter spesialis anak.

Selain itu, perhatikan bila muncul gejala alergi yang berat selama pemantauan. Gejala tersebut meliputi tidak mau makan, gagal tumbuh, sesak disertai napas mengorok, gejala kurang darah, dan hilang kesadaran. Bila didapati gejala-gejala tersebut, anak juga sebaiknya diperiksa lebih lanjut oleh dokter spesialis anak.

Menangani anak dengan alergi susu sapi tidaklah rumit, tetapi membutuhkan kesabaran dan kedisiplinan. Jangan patah semangat, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leonaldo Lukito Nagaria
EditorLeonaldo Lukito Nagaria
Follow Us