TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ubah 5 Kebiasaan Ini karena Bikin Kadar Asam Urat Tinggi 

Di antaranya kurang minum air putih

ilustrasi tes kadar asam urat (pixabay.com/stanias)

Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh karena setiap metabolisme normal akan menghasilkan asam urat. Dalam kadar normal, asam urat tidak mengganggu kesehatan kita karena nantinya akan dibuang bersama urine.

Kadar normal asam urat untuk laki-laki adalah 3,4–7 mg/dl, sementara untuk perempuan adalah 2,4–6 mg/dl. Kadar asam urat ini diharapkan stabil pada sekitar 5 mg/dl. Namun, karena beberapa hal, misalnya kebiasaan tertentu, kadar asam urat bisa meningkat dan melebihi batas normal (hiperurisemia).

Seperti dijelaskan dalam Journal of Nutrition College, hiperurisemia memiliki hubungan dengan beberapa penyakit, semisal displidemia, hipertensi, resistansi insulin, hingga penyakit jantung.

Telah diketahui secara luas bahwa terlalu sering mengonsumsi makanan tinggi purin menjadi penyebab kadar asam urat yang tinggi, misalnya jeroan, makanan yang diawetkan seperti sarden, kornet, kaldu, juga daging bebek dan angsa, makanan yang diolah dengan ragi atau yeast, seperti tape, berapa jenis sayuran (bayam, daun melinjo, asparagus, buncis, kembang kol, daun jambu mete), dan kacang-kacangan. Konsumsi alkohol secara berlebih juga erat kaitannya dengan penumpukan asam urat.

Di samping itu, ada pula beberapa kebiasaan yang menyebabkan kadar asam urat tinggi. Apa saja? Simak sampai habis, ya!

1. Konsumsi karbohidrat sederhana berlebih 

ilustrasi sirop (pixabay.com/danfador)

Asupan karbohidrat sederhana yang tinggi, terutama fruktosa, mempunyai efek langsung terhadap metabolisme asam urat. Peningkatan kadar fruktosa dalam darah dapat meningkatkan sintesis de novo purin dan meningkatkan produksi asam urat.

Fruktosa merupakan pemanis yang biasa digunakan untuk produk minuman seperti sirop dan softdrink, serta untuk pembuatan jajanan manis seperti arum manis, gulali, permen, dan sebagainya.

Konsumsi jenis karbohidrat yang dianjurkan agar pembuangan asam urat lancar adalah karbohidrat kompleks, seperti pada umbi-umbian dan biji-bijian, serta membatasi konsumsi karbohidrat sederhana.

Baca Juga: Bayam Sebabkan Asam Urat, Mitos atau Fakta?

2. Terlalu sering menyantap daging dan seafood

ilustrasi makan daging (pixabay.com/TapisRouge)

Seperti dimuat dalam Journal of Nutrition College tahun 2015, sebuah studi kohort selama 12 tahun pada pria menunjukkan bahwa asupan daging dalam pola makan setiap hari dapat meningkatkan risiko gout sebesar 21 persen, sedangkan asupan seafood bisa mempertinggi risiko hingga 7 persen. Daging dan seafood memiliki kandungan purin antara 100–400 mg per 100 gram bahan makanan.

Daging dan seafood merupakan sumber protein dan mineral yang baik, tetapi jika terlalu sering dikonsumsi dapat mempercepat produksi purin endogenous yang akan memicu pemecahan purin dalam tubuh dan meningkatkan kadar asam urat darah.

Asupan protein sangat penting bagi tubuh, tetapi bukan berarti asupan totalnya setiap hari harus bersumber dari daging. Kamu bisa memvariasikannya dengan sumber protein lainnya seperti telur, ikan, susu, maupun dari sumber protein nabati.

Rekomendasi asupan protein harian per orang antara 0,8–1,2 gram per kilogram berat badan sudah cukup dalam memelihara kesehatan tubuh.

3. Sering makan gorengan dan tinggi lemak 

ilustrasi gorengan (pixabay.com/Ashish_Choudhary)

Makan gorengan lekat sebagai makanan pendamping maupun kudapan. Makanan ini identik dengan kandungan minyak atau lemaknya yang cukup banyak.

Lemak memang termasuk zat gizi makro yang penting dan diperlukan oleh tubuh. Bahkan, anjuran kebutuhan total energi setiap hari sebanyak 20–25 persennya dari asupan lemak. Namun, harus diketahui juga bahwa banyak bahan makanan yang pada dasarnya sudah mengandung lemak bahkan sebelum diolah dengan minyak.

Laporan dalam Jurnal Gizi Indonesia menjelaskan bahwa konsumsi lemak yang berlebihan akan menghambat ekskresi atau pembuangan asam urat melalui ginjal. Lemak juga dapat meningkatkan resistansi insulin yang dapat mengakibatkan reabsorpsi asam urat di ginjal. Akibatnya, asam urat yang seharusnya dikeluarkan bersama urine menjadi terhambat dan menumpuk dalam tubuh.

4. Kurang aktivitas fisik 

ilustrasi malas gerak (pixabay.com/tookapic)

Rendahnya aktivitas fisik membuat kalori yang didapat dari makanan menjadi tidak tersalurkan dan menumpuk menjadi lemak tubuh. Ditambah kebiasaan sering makan gorengan atau makanan tinggi lemak lainnya, maka ini dapat meningkatkan risiko kegemukan atau obesitas.

Obesitas bisa memicu perkembangan beberapa penyakit metabolik yang juga dapat memicu hiperurisemia dan perkembangan penyakit gout.

Laporan dalam jurnal Ilmu Gizi Indonesia tahun 2018 menjelaskan bahwa obesitas dapat meningkatkan kadar leptin dalam darah. Leptin berperan pada perangsangan saraf simpatis, meningkatkan sensitivitas insulin, hingga mencegah resistansi leptin dalam ginjal.

Apabila terjadi resistansi leptin dalam ginjal, maka akan menyebabkan gangguan pengeluaran asam urat melalui urine sehingga kadar asam urat dalam darah menjadi tinggi.

Seseorang yang mengalami obesitas berisiko dua kali lebih tinggi mengalami hiperurisemia dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas.

Baca Juga: Artritis Gout: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Verified Writer

ilham bintoro

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya