Pernahkah kamu tertarik mencoba diet keto? Diet populer ini diklaim mampu menurunkan berat badan dengan cepat. Namun, apakah diet keto aman untuk kesehatan?
Sebelum kamu memutuskan untuk mencobanya, penting untuk memahami efek diet keto pada tubuhmu. Tak hanya manfaat, diet ini pun memiliki efek samping yang tak boleh diabaikan.
Penasaran mengenai keamanannya? Yuk, scroll ke bawah untuk mengetahui 5 efek diet keto yang harus kamu tahu sebelum mencobanya!
Diet keto dapat menyebabkan individu mengalami kehilangan air sebelum kehilangan lemak. Hal ini terjadi karena tubuh membakar lemak untuk energi, dan menghasilkan produk sampingan yang disebut keton.
Keton ini bersifat diuretik, yang berarti meningkatkan produksi urin dan dapat menyebabkan dehidrasi. Sehingga, dehidrasi jadi salah satu efek samping awal yang mungkin terjadi pada diet keto.
Gejalanya bisa berupa kelelahan, sakit kepala, mulut kering, dan pusing. Meskipun dehidrasi pada diet keto umumnya ringan dan dapat diatasi dengan mudah, penting untuk tetap waspada.
Pastikan kamu minum cukup air putih dan elektrolit, terutama saat awal-awal diet keto. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi jika kamu memiliki masalah kesehatan atau kekhawatiran tentang dehidrasi.
Efek samping yang umum dialami adalah masalah saluran pencernaan seperti sembelit, diare, mual, atau muntah. Hal ini terjadi karena tubuh membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan perubahan pola makan yang tinggi lemak dan rendah karbohidrat.
Diare lebih sering terjadi pada awal diet keto karena tubuh kesulitan dalam menyerap kandungan lemak tinggi dari makanan yang menjadi bagian dari diet. Hal ini dapat menyebabkan tinja menjadi cair dan berair.
Diet keto berpotensi menyebabkan batu ginjal, yaitu zat yang terbentuk dari mineral di ginjal. Hal ini dikhawatirkan ketoasidosis, efek samping diet keto, dapat meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal.
Ketoasidosis menyebabkan penurunan kadar sitrat dan pH serta peningkatan kadar kalsium dalam urin. Sehingga, terjadi peningkatan risiko pembentukan batu ginjal pada individu yang menjalani diet keto.
Jika kamu memiliki riwayat batu ginjal atau berisiko tinggi terkena batu ginjal, konsultasikan dengan dokter sebelum mencoba diet keto. Dokter dapat membantu kamu menentukan apakah diet keto aman untukmu dan memberikan saran untuk mencegah batu ginjal.
Diet keto memang terkenal ampuh untuk menurunkan berat badan, tapi kamu perlu berhati-hati. Pasalnya, diet ini membatasi atau bahkan menghilangkan konsumsi buah dan sayur untuk menjaga asupan karbohidrat rendah.
Akibatnya, kamu berisiko kekurangan beberapa nutrisi penting. Seseorang yang menjalani diet keto berisiko kekurangan folat, magnesium, zat besi, kalium, tiamin, serta vitamin A, B6, B12, C, E, dan K.
Nutrisi-nutrisi tersebut berperan penting dalam berbagai fungsi tubuh, seperti kesehatan otak, saraf, dan darah. Kekurangan vitamin-vitamin dan zat-zat penting tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang mungkin menghampirimu.
Meskipun diet keto diklaim memiliki banyak manfaat, kamu perlu berhati-hati. Pasalnya, diet ini berpotensi menimbulkan beberapa efek samping serius, salah satunya adalah atrial fibrillation (AFib).
Kondisi tersebut terjadi karena jantung berdetak tidak teratur dan cepat. Akibatnya kamu memiliki risiko mengalami gumpalan darah (blood clots), stroke, dan gagal jantung dalam jangka panjang.
Simpulannya, diet keto memang bisa menjadi pilihan untuk menurunkan berat badan. Namun, penting untuk memahami bahwa diet ini memiliki beberapa efek samping yang perlu diwaspadai.
Sebelum mencoba diet keto, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk memastikan bahwa diet ini aman dan cocok untuk kamu. Ingat jaga kesehatan karena tanpa kesehatan prima, kita tak bisa menikmati hidup sepenuhnya. Jangan terburu-buru mengikuti tren diet tanpa mempertimbangkan efek sampingnya. Dengarkan tubuhmu dan pilihlah diet yang tepat sesuai dengan anjuran yang berwenang.
Referensi :
Masood, W., Annamaraju, P., Suheb, M. Z. K., & Uppaluri, K. R. (2023, June 16). Ketogenic Diet. StatPearls - NCBI Bookshelf.
Muscogiuri, G., Barrea, L., Laudisio, D., Pugliese, G., Salzano, C., Savastano, S., & Colao, A. (2019, October 29). The management of very low-calorie ketogenic diet in obesity outpatient clinic: a practical guide. Journal of Translational Medicine, 17(1).
Choi, J. N., Song, J. E., Shin, J. I., Kim, H. D., Kim, M. J., & Lee, J. S. (2010). Renal Stone Associated with the Ketogenic Diet in a 5-Year Old Girl with Intractable Epilepsy. Yonsei Medical Journal, 51(3), 457.
Crosby, L., Davis, B., Joshi, S., Jardine, M., Paul, J., Neola, M., & Barnard, N. D. (2021, July 16). Ketogenic Diets and Chronic Disease: Weighing the Benefits Against the Risks. Frontiers in Nutrition, 8.
Zhuang, X., Zhang, S., Zhou, H., Du, Z., & Liao, X. (2019, March). U-SHAPED RELATIONSHIP BETWEEN CARBOHYDRATE INTAKE PROPORTION AND INCIDENT ATRIAL FIBRILLATION. Journal of the American College of Cardiology, 73(9), 4.
American Heart Association. Diakses pada 30 April 2024. What is Atrial Fibrillation?.