Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pusing setelah latihan berat di gym (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi pusing setelah latihan berat di gym (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Latihan fisik di gym sering dianggap sebagai cara efektif untuk menjaga kebugaran dan meningkatkan kualitas hidup, tetapi tidak sedikit orang yang justru merasakan pusing setelah menyelesaikan sesi olahraga berat. Kondisi ini membuat banyak orang bertanya-tanya apakah hal tersebut normal atau menandakan adanya masalah kesehatan tertentu. Fenomena ini tentu tidak bisa diabaikan, sebab bisa memengaruhi kenyamanan dan bahkan keamanan seseorang ketika berolahraga.

Beberapa faktor dapat menjelaskan mengapa tubuh merespons dengan rasa pusing setelah aktivitas intensif. Untuk memahami lebih jelas, berikut beberapa penyebab yang sering memicu pusing setelah latihan berat di gym.

1. Tubuh kehilangan cairan saat berolahraga

ilustrasi pusing setelah latihan berat di gym (pexels.com/Julia Larson)

Ketika kamu berolahraga dengan intensitas tinggi, tubuh mengeluarkan banyak keringat sebagai mekanisme alami untuk menjaga suhu tetap stabil. Jika cairan yang hilang tidak digantikan dengan cukup, aliran darah akan menjadi lebih kental dan kerja jantung menjadi lebih berat. Kondisi ini dapat membuat pasokan oksigen ke otak berkurang sehingga menimbulkan rasa pusing. Dehidrasi ringan saja sudah cukup untuk memicu gejala tidak nyaman setelah latihan berat.

Selain itu, kehilangan cairan juga sering diikuti dengan berkurangnya elektrolit penting seperti natrium dan kalium yang berperan dalam menjaga fungsi saraf. Ketidakseimbangan elektrolit bisa menyebabkan sakit kepala, kelelahan, dan rasa limbung. Oleh karena itu, hidrasi yang baik tidak hanya berarti minum air, tetapi juga memperhatikan kebutuhan elektrolit terutama jika latihan berlangsung lama.

2. Pernapasan tidak teratur mengganggu asupan oksigen

ilustrasi pusing setelah latihan berat di gym (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Selama latihan intensif, pola pernapasan sering kali tidak terkontrol karena tubuh fokus pada beban yang diangkat atau gerakan yang dilakukan. Jika pernapasan terlalu dangkal, kadar oksigen dalam darah menurun dan memicu hiperventilasi yang membuat kepala terasa ringan. Hal ini dapat terjadi meskipun otot sebenarnya masih mampu bekerja, sehingga pusing menjadi sinyal bahwa otak tidak menerima suplai oksigen yang cukup.

Selain itu, menahan napas terlalu lama saat mengangkat beban berat juga bisa meningkatkan tekanan di dalam rongga dada. Tekanan tersebut dapat menghambat aliran darah ke jantung dan berujung pada rasa pusing atau bahkan hampir pingsan. Latihan pernapasan teratur sebelum dan selama olahraga dapat membantu menjaga kestabilan oksigen dalam tubuh.

3. Tekanan darah turun secara mendadak setelah latihan

ilustrasi capek (pexels.com/Ivan Samkov)

Aktivitas fisik membuat pembuluh darah melebar untuk memperlancar aliran darah menuju otot. Namun, ketika latihan berhenti mendadak, pembuluh darah tidak langsung kembali ke kondisi semula. Akibatnya, darah menumpuk di otot bagian bawah tubuh sementara aliran ke otak berkurang. Hal ini dapat memunculkan rasa pusing hingga pandangan berkunang-kunang.

Kondisi ini biasanya terjadi jika seseorang langsung berhenti total tanpa melakukan pendinginan. Pendinginan membantu mengembalikan denyut jantung dan tekanan darah secara bertahap. Dengan begitu, sirkulasi kembali stabil dan risiko pusing bisa dikurangi.

4. Asupan energi tidak cukup menopang aktivitas berat

ilustrasi latihan di gym (unsplash.com/Danielle Cerullo)

Latihan di gym membutuhkan energi besar yang bersumber dari glukosa darah maupun cadangan glikogen otot. Jika sebelum berolahraga tubuh tidak mendapat asupan nutrisi memadai, kadar gula darah bisa turun drastis setelah aktivitas fisik. Hipoglikemia inilah yang sering menimbulkan rasa pusing, lemas, hingga keringat dingin.

Selain faktor sebelum latihan, pola makan setelahnya juga berpengaruh pada pemulihan energi. Tubuh yang tidak segera mendapat nutrisi pengganti bisa mengalami kelelahan berkepanjangan. Oleh sebab itu, menjaga pola makan seimbang dengan karbohidrat kompleks, protein, dan cairan sangat penting agar tubuh tidak mudah limbung setelah olahraga intensif.

5. Kondisi medis tertentu memperburuk respons tubuh

ilustrasi latihan di gym (pexels.com/Furkan Elveren)

Tidak semua pusing setelah latihan di gym hanya terkait faktor teknis olahraga. Beberapa kondisi medis seperti anemia, gangguan jantung, atau masalah tekanan darah bisa memperburuk reaksi tubuh terhadap aktivitas fisik berat. Seseorang dengan anemia misalnya cenderung kekurangan hemoglobin sehingga distribusi oksigen ke otak tidak optimal. Hal ini bisa memicu rasa pusing lebih cepat dibandingkan orang dengan kondisi sehat.

Selain itu, gangguan irama jantung atau tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga bisa meningkatkan risiko pusing setelah latihan. Oleh karena itu, penting untuk mengenali riwayat kesehatan sebelum menyusun program olahraga. Konsultasi dengan tenaga medis bisa membantu menentukan intensitas latihan yang sesuai dengan kondisi tubuh.

Pusing setelah latihan berat di gym tidak bisa dipandang sebagai hal sepele karena dapat mengganggu kenyamanan sekaligus memberi sinyal adanya masalah pada tubuh. Penyebabnya bisa beragam mulai dari dehidrasi hingga kondisi medis tertentu. Menjaga hidrasi, mengatur napas, melakukan pendinginan, serta memperhatikan asupan makanan menjadi langkah penting agar tubuh tetap bugar dan terhindar dari risiko tersebut.

Referensi

"What Can Cause Dizziness After A Workout?" Healthline. Diakses pada Oktober 2025

"What causes dizziness after a workout?" Medical News Today. Diakses pada Oktober 2025

"Why Do I Have Dizzy Spells While Working Out?". Mass General Bringham. Diakses pada Oktober 2025

"Why You Get Dizzy When You Stand Up Quickly or Exercise". Cleveland Clinic. Diakses pada Oktober 2025

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team