9 Mitos dan Kesalahpahaman seputar Narkolepsi

Apakah orang dengan narkolepsi butuh lebih banyak tidur?

Narkolepsi cenderung tidak mendapat perhatian karena kurang populer dibanding gangguan tidur lainnya seperti insomnia dan sleep apnea.

Narkolepsi adalah gangguan neurologis yang memengaruhi cara otak mengontrol siklus tidur-bangun. Ini menyebabkan gejala seperti kantuk pada siang hari yang berlebihan, kelemahan otot tiba-tiba, dan halusinasi yang jelas serta kelumpuhan tidur saat bangun atau tertidur.

Narkolepsi diperkirakan sangat kurang terdiagnosis dan biasanya tidak terdeteksi selama bertahun-tahun setelah gejala berkembang.

Berikut adalah beberapa mitos dan kesalahpahaman paling umum tentang narkolepsi. Yuk, ketahui agar kita memiliki pemahaman yang baik!

Mitos 1: Narkolepsi sangat langka

Narkolepsi diperkirakan mempengaruhi sekitar 1 dari 2.000 orang. Namun, karena sering salah didiagnosis atau diabaikan, menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) angka sebenarnya cenderung lebih tinggi.

Terlebih lagi, banyak orang tidak tahu mereka memiliki narkolepsi sehingga tidak mendapat perawatan. Sementara itu, Narcolepsy Network memperkirakan hanya 25 persen penderita narkolepsi yang telah didiagnosis dan menerima pengobatan.

Mitos 2: Narkolepsi hanya dialami orang dewasa

9 Mitos dan Kesalahpahaman seputar Narkolepsiilustrasi narkolepsi (freepik.com/may_chanikran)

Menurut Sleep Foundation, gejala narkolepsi sering dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja, dan kadang-kadang muncul pada anak-anak usia 5 atau 6 tahun. Namun, narkolepsi bisa sulit dideteksi pada anak-anak karena sebagian karena gejalanya dapat berbeda dari gejala narkolepsi seorang dewasa.

Alih-alih tertidur seperti orang dewasa ketika mereka mengantuk, katanya, seorang anak yang kelelahan mungkin gelisah dan aktif. Anak-anak yang mengantuk terkadang menjadi hiperaktif untuk tetap terjaga, dan mereka akan gelisah, melompat-lompat, dan terlihat seperti tidak memperhatikan, dilansir Everyday Health.

Mitos 3: Orang dengan narkolepsi malas atau tidak punya motivasi

Sebetulnya bukan malas, melainkan tidak punya kendali atas tingkat energi atau kantuk yang dirasakan. Orang dengan narkolepsi mungkin selalu terlihat mengantuk dan tampak tidak tertarik atau tidak antusias. Namun, kenyataannya mereka hanya berjuang untuk tetap terjaga.

Orang-orang dengan narkolepsi sangat ingin terjaga, produktif, dan interaktif, tetapi mereka memiliki kelainan medis yang membuat mereka mengantuk. Saat mereka mendapat pengobatan, gejala pun akan membaik.

Mitos 4: Memiliki narkolepsi artinya butuh lebih banyak tidur untuk bisa sembuh

9 Mitos dan Kesalahpahaman seputar Narkolepsiilustrasi serangan kantuk pada penderita narkolepsi (neatoday.org)

Narkolepsi tidak ada hubungannya dengan berapa lama seseorang tidur. Narkolepsi adalah kelainan saraf yang memengaruhi cara otak mengontrol periode tidur dan terjaga, yang berarti sinyal untuk tidur atau bangun bisa datang pada waktu yang salah.

Tidak ada obat untuk narkolepsi. Namun, dengan perawatan yang tepat, yang sering kali melibatkan kombinasi pengobatan dan strategi manajemen gaya hidup, banyak orang dengan narkolepsi mampu mengelola gejala dan berfungsi dengan baik pada siang hari.

Baca Juga: Narkolepsi: Jenis, Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Mitos 5: Orang dengan narkolepsi bisa tiba-tiba tertidur saat sedang melakukan sesuatu, seperti saat tertawa atau berbicara

Ini biasanya merupakan dramatisasi penggambaran narkolepsi yang kita lihat di film atau serial TV. Namun, ini biasanya tidak terjadi dalam kehidupan nyata. Kenyataannya, mereka cenderung tertidur saat melakukan aktivitas pasif, seperti duduk di meja atau menonton film yang membosankan.

Seseorang yang tiba-tiba merosot dari kursinya misalnya, kemungkinan besar ia mengalami gejala yang disebut katapleksi, yaitu hilangnya kekencangan atau kekuatan otot secara tiba-tiba yang biasanya dipicu oleh emosi yang kuat, seperti ketakutan, kemarahan, atau kegembiraan. Katapleksi juga merupakan gejala narkolepsi, tetapi keduanya bukan hal yang sama.

Orang dengan narkolepsi dapat memasuki tidur REM (tidur gerakan mata cepat, saat mimpi kemungkinan besar terjadi) dalam beberapa menit setelah tertidur. Menurut NINDS, karena otak secara alami membuat otot lemas selama tahap tidur REM—untuk mencegah kita mewujudkan mimpi—seseorang dengan narkolepsi mungkin mengalami kehilangan kekuatan motorik secara tiba-tiba saat mereka bangun.

Namun, tidak semua orang dengan narkolepsi akan mengalami katapleksi. Ada dua jenis narkolepsi, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Hanya orang dengan narkolepsi tipe 1 yang bisa mengalami katapleksi. Beberapa orang mungkin mengalami katapleksi hanya satu atau dua kali sepanjang hidup, sementara yang lain mungkin mengalami beberapa episode dalam sehari, dan gejalanya bisa ringan hingga berat. Katapleksi bisa berkisar dari sedikit mengendurnya rahang hingga kehilangan tonus (kekuatan) pada tungkai. 

Meskipun tiba-tiba kehilangan tonus otot yang terjadi dengan katapleksi, tetapi orang yang mengalaminya sadar. Mereka tidak mengalami kejang, pingsan, atau stroke, hanya saja otot mereka tidak akan bekerja.

Mitos 6: Orang dengan narkolepsi tidak kesulitan untuk tidur pada malam hari

9 Mitos dan Kesalahpahaman seputar Narkolepsiilustrasi sulit tidur (freepik.com/jcomp)

Sebenarnya banyak orang dengan narkolepsi juga mengalami kesulitan tidur. Bahkan, tak jarang mereka juga mengalami gangguan tidur lainnya, seperti sleep apnea dan insomnia.

Narkolepsi tidak hanya menyebabkan kantuk pada siang hari, tetapi juga mengganggu kemampuan untuk tidur nyenyak pada malam hari. Gangguan tidur atau fragmentasi tidur, yang mana tidur tidak melewati tahap tidur normal yang dialami orang tanpa narkolepsi, dapat menyebabkan penderita narkolepsi merasa tidak tidur nyenyak pada malam hari. Mereka akan bangun berkali-kali dan merasa seperti tidak bisa tidur pada malam hari, mengutip dari Everyday Health.

Mitos 7: Narkolepsi tidak memengaruhi kesehatan selain kantuk

Narkolepsi telah dikaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya. Ini termasuk:

  • Gangguan tidur lainnya: Memiliki narkolepsi juga menempatkan kamu pada risiko yang lebih tinggi untuk sleep apnea, sindrom kaki gelisah, dan perilaku yang tidak biasa selama tidur seperti berlakunya mimpi atau berjalan dalam tidur. Sama seperti katapleksi yang bisa terjadi saat orang dengan narkolepsi terjaga, kelemahan otot ini juga bisa hilang saat tidur.
  • Obesitas: Orang dengan narkolepsi tipe 1 kekurangan peptida yang membantu mengatur pola makan dan rasa lapar, yang dapat meningkatkan risiko obesitas (Ageing Research Reviews, 2015). Obesitas sangat menonjol pada anak-anak dengan narkolepsi. Kenaikan berat badan yang tiba-tiba bisa menjadi gejala narkolepsi pada anak-anak dan umumnya terlihat pada awal kondisinya. Dilansir Cleveland Clinic, diperkirakan setidaknya 25 persen anak penderita narkolepsi mengalami obesitas.
  • Depresi: Penelitian telah menemukan cukup banyak bukti hubungan antara narkolepsi, kesehatan mental yang buruk, dan penurunan kualitas hidup. Penyakit kejiwaan seperti depresi dan kecemasan umum terjadi pada orang dengan narkolepsi dan kondisi tidur dapat meningkatkan risiko kualitas hidup yang buruk dan memiliki dampak ekonomi yang negatif (Medical Sciences, 2018).
  • Tekanan darah tinggi: Narkolepsi dikaitkan dengan berbagai faktor risiko termasuk tekanan darah tinggi (Sleep Medicine Reviews, 2021). Selain itu, menurut American Heart Association, penelitian telah menemukan risiko gagal jantung, stroke, dan serangan jantung lebih tinggi pada orang dengan narkolepsi.

Mitos 8: Orang dengan narkolepsi tidak bisa mengemudi

9 Mitos dan Kesalahpahaman seputar Narkolepsiilustrasi mengemudi (pexels.com/JESHOOTS.com)

Selama mendapatkan perawatan, gejala narkolepsi bisa dikendalikan, dan dokter telah menentukan aman untuk mengemudi, aktivitas ini seharusnya bukan masalah.

Dokter harus melakukan skrining mengemudi yang tidak aman dengan praktik seperti tes terjaga, yang mengukur seberapa seseorang dapat menahan diri untuk tidak tertidur di tempat yang sunyi dan gelap (Therapeutics, 2020).

Bicarakan dengan dokter tentang cara mengemudi dengan aman, serta kebiasaan apa yang dapat membantu tetap aman. Misalnya, kamu mungkin ingin tidur siang sebelum mengemudi dan menghindari perjalanan panjang atau monoton.

Dengan perawatan yang tepat dan praktik mengemudi yang aman, banyak orang dengan narkolepsi bisa mengemudi dengan aman.

Namun, jika mengalami kantuk pada siang hari, sebaiknya tidak mengemudi. Melakukannya bisa membahayakan untuk diri sendiri dan orang lain.

Mitos 9: Kehidupan pengidap narkolepsi akan menjadi terbatas dan sulit melakukan aktivitas normal

Narkolepsi yang parah bisa melemahkan, tetapi memiliki akomodasi di tempat kerja, seperti waktu mulai kerja yang fleksibel jika sulit untuk bangun pagi atau tidur selama selama hari kerja, dapat membuat perbedaan luar biasa dalam seberapa besar narkolepsi memengaruhi seseorang di tempat kerja.

Narkolepsi adalah kondisi kronis dan harus dikelola dengan tepat. Pada kebanyakan orang, narkolepsi dapat diobati dan dikendalikan sehingga pengidapnya dapat menjalani kehidupan yang memuaskan dan produktif.

Menurut Stanford Center for Narcolepsy, sebagian besar pasien dapat memperoleh kembali sebanyak 80 persen fungsi dalam hidup mereka dengan perawatan yang tepat. Para peneliti pun terus mencoba menemukan perawatan yang lebih baik.

Sayangnya, ada beberapa orang yang meski dengan perawatan tidak bisa berfungsi dengan baik, tetapi ini biasanya pengecualian. Banyak pasien mampu menyelesaikan sekolah, bekerja penuh waktu, membesarkan anak, dan menjalani kehidupan normal.

Penting untuk memeriksa gejala narkolepsi dengan dokter. Jangan mudah percaya mitos. Tangani kondisi serius ini dengan serius dan dapatkan perawatan agar kualitas hidup tetap terjaga.

Baca Juga: Bukan Kantuk Biasa, Ini 5 Gejala Narkolepsi yang Perlu Kamu Tahu

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya