Penyebab Diare setelah Makan Santan dan Cara Mengatasinya
- Santan tinggi lemak dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti diare atau kram perut.
- Penyebab utama diare berlemak adalah gangguan pencernaan lemak dan gangguan penyerapan lemak akibat penyakit usus kecil.
- Kamu bisa mengatasi diare dengan istirahat, minum cairan bening, hindari makanan tertentu, dan beli larutan rehidrasi oral jika diperlukan.
Jika kamu merasa mengalami gangguan pencernaan, seperti diare, setelah makan makanan bersantan, mungkin itu karena lemak yang terkandung di dalamnya.
Santan dapat menimbulkan efek negatif pada tubuh jika digunakan dengan cara yang salah atau dikonsumsi lebih dari jumlah yang disarankan.
Kenali apa saja kemungkinan penyebab diare setelah makan santan dan cara mengatasinya.
Penyebab diare setelah makan santan

Kandungan lemak yang tinggi dalam santan, daging kelapa, dan minyak kelapa dapat menyebabkan gejala pencernaan seperti diare atau kram perut, terutama jika kamu memiliki sindrom iritasi usus besar.
Ada dua penyebab utama diare berlemak (kadang disebut diare malabsorptif), yaitu gangguan pencernaan lemak karena rendahnya kadar enzim pankreas dan gangguan penyerapan lemak akibat penyakit usus kecil.
Kedua masalah itu menyulitkan tubuh memproses lemak makanan, dan pencernaan kelapa melibatkan pemecahan banyak lemak.
Makanan tinggi lemak juga dapat menyebabkan batu empedu atau menyebabkan diare jika kantong empedu kamu telah diangkat. Hampir setengah dari seluruh pasien yang kantong empedu telah diangkat akan mengalami masalah dalam mencerna lemak.
Orang-orang yang tidak memiliki kantong empedu disarankan untuk tidak mengonsumsi lebih dari 30 persen kalori harian mereka dari lemak, dengan fokus pada makanan yang mengandung kurang dari 3 gram lemak per porsi.
Jika kamu sedang menjalani diet rendah lemak, ganti santan penuh lemak dengan salah satu pilihan "ringan" yang tersedia.
Penyebab diare lainnya setelah makan kelapa atau produk olahannya adalah intoleransi fruktosa. Ini adalah kondisi saat tubuh tidak menguraikan fruktosa (gula alami dalam buah-buahan, beberapa sayuran, dan madu) dengan baik.
Gejala intoleransi fruktosa meliputi diare, gas, dan sakit perut.
Untuk kondisi ini, dokter biasanya merekomendasikan untuk membatasi fruktosa untuk mengelola gejala.
Cara mengatasi diare

Pada orang sehat, diare sederhana biasanya akan hilang sendiri. Dalam banyak kasus, ini bisa diatasi dengan perawatan rumahan. Jika tidak berhasil, ada obat-obatan dan perawatan lain yang tersedia.
Untuk perawatan mandiri di rumah, kamu bisa melakukan ini:
- Istirahat.
- Jangan bekerja atau sekolah sampai kamu tidak buang air besar selama 24 jam.
- Minum cairan bening atau larutan rehidrasi oral untuk menggantikan cairan yang hilang—minumlah sedikit jika merasa mual.
- Hindari makanan dan minuman dengan pemanis buatan karena dapat memperpanjang diare.
- Hindari alkohol dan kafein.
- Atur pola makan sampai kamu pulih—makanlah makanan hambar, seperti nasi, pasta, dan biskuit, dan hindari makanan berlemak atau makanan tinggi serat tidak larut.
Kamu bisa membeli larutan rehidrasi oral tanpa resep, seperti oralit, di apotek.
Untuk lansia dan anak-anak, larutan rehidrasi oral lebih baik dibandingkan dengan air biasa. Larutan ini mengandung konsentrasi garam yang tepat untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang dibutuhkan tubuh.
Minuman rehidrasi olahraga tidak dianjurkan.
Obat-obatan untuk diare
Tanyakan kepada apoteker atau dokter jika kamu mempertimbangkan untuk mengonsumsi obat diare yang dijual bebas. Ini tidak cocok untuk digunakan pada semua kasus diare. Jangan meminumnya jika ada gejala demam atau darah dalam tinja.
Ingat, diare bisa menjadi cara tubuh dalam menghilangkan infeksi. Obat diare sebaiknya tidak dikonsumsi dalam jangka panjang karena dapat memperlambat kerja usus dan dapat memperpanjang penyakit.
Obat diare sebaiknya tidak digunakan untuk mengobati diare pada anak. Konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Pilihan pengobatan lainnya
Pengobatan diare lainnya tergantung pada penyebabnya, seperti:
- Cairan infus: Jika tidak bisa mendapatkan cukup cairan melalui mulut, kamu mungkin memerlukan cairan melalui infus.
- Antibiotik: Apabila sampel tinja menunjukkan bahwa diare disebabkan oleh infeksi bakteri, antibiotik umumnya diperlukan.
- Perubahan pola makan: Jika kamu mengalami diare karena alasan pola makan atau karena sindrom iritasi usus besar, dokter atau ahli gizi dapat membantu.
Kapan harus menemui dokter?

Meskipun serangan diare sesekali sering terjadi dan tidak menimbulkan kekhawatiran, tetapi diare bisa menjadi berbahaya jika menyebabkan dehidrasi parah. Ini juga bisa menandakan infeksi atau masalah kesehatan yang lebih serius.
Segera temui dokter jika kamu mengalami salah satu gejala berikut:
- Diare yang berlangsung lebih dari dua hari.
- Diare disertai demam 38,8 derajat Celcius atau lebih tinggi.
- Enam kali atau lebih diare dalam 24 jam.
- Rasa sakit yang parah dan tak tertahankan di perut atau rektum.
- Kotoran berdarah atau tinja yang berwarna hitam dan lengket atau mengandung nanah.
- Diare disertai sering muntah.
- Ada tanda-tanda dehidrasi.
Bayi, balita, dan anak kecil harus dibawa ke dokter jika mengalami gejala-gejala tersebut atau diare yang berlangsung lebih dari 24 jam.
Lansia dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah juga sangat disarankan untuk mencari perawatan medis jika mengalami diare.
Referensi
"Diarrheal Diseases – Acute and Chronic." American College of Gastroenterology. Diakses April 2024.
"What to Eat After You Have Your Gallbladder Removed." Cleveland Clinic. Diakses April 2024.
"Diarrhoea." Healthdirect. Diakses April 2024.
"Symptoms & Causes of Diarrhea." National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diakses April 2024.