Studi: Kelebihan Garam dan Kekurangan Kalium Turunkan Kognitif

Pentingnya membatasi konsumsi garam

Apa pun yang berlebihan tidaklah baik, terutama natrium atau garam. Bisa meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya, rekomendasi batasan asupan garam dari Kemenkes adalah 50 mg/orang/hari atau setara dengan 1 sendok teh.

Kalium diketahui bisa menyeimbangkan efek natrium dalam tubuh. Namun, apa yang terjadi bila efeknya timpang? Studi terbaru memperingatkan bahwa jika konsumsi kalium tak sepadan dengan garam, maka kesehatan kognitif yang jadi taruhannya!

Melibatkan ribuan lansia di China

Studi: Kelebihan Garam dan Kekurangan Kalium Turunkan KognitifIlustrasi garam (pixabay.com/onefox)

Sejauh ini, penelitian mengenai hubungan asupan natrium dan kalium masih tidak konklusif. Dimuat dalam jurnal Global Transitions pada awal November 2022, para peneliti China ingin meneliti hubungan ketiga variabel tersebut.

Penelitian bertajuk "Association of dietary sodium, potassium, sodium/potassium, and salt with objective and subjective cognitive function among the elderly in China" ini menggunakan data dari China Health and Nutrition Survey (CHNS) periode 1997–2006. Sebanyak 4.213 partisipan berusia minimal 50 tahun terlibat dalam penelitian ini.

Selama 3 hari, para partisipan melaporkan asupan mereka secara mandiri. Lalu, para partisipan menelaah status kognitif para partisipan melalui tes mengingat dan matematika. Selain itu, para peneliti juga mengetes daya ingat dan perubahan dalam daya ingat para partisipan selama penelitian.

Hasil: Asupan garam berlebihan mengurangi fungsi kognitif lansia

Dalam penelitian tersebut, para partisipan terbagi menjadi empat kelompok menurut asupan sodium (dari hampir 3.000 mg/hari sampai lebih dari 8.000 mg/hari) dan kalium (dari hampir 1.300 mg/hari sampai lebih dari 1.700 mg/hari).

Para peneliti menemukan bahwa makin tinggi asupan kalium, making tinggi pula nilai tes kognitif. Di sisi lain, asupan natrium tinggi terkait dengan daya ingat yang menurun. Saat asupan garam diseimbangkan dengan kalium, nilai tes kognitif pun membaik. Oleh karena itu, menambah kalium dan mengurangi natrium ditemukan memiliki khasiat untuk otak.

Salah satu peneliti dari Tsinghua University, Ai Zhao, PhD., mengatakan bahwa memperbanyak kalium dan menekan kadar natrium dalam tubuh bisa bermanfaat untuk kesehatan kognitif lansia. Meski begitu, Ai menekankan bahwa asupan garam tidak memiliki dampak langsung terhadap kesehatan kognitif.

"Selain itu, efek asupan natrium dan kalium terhadap fungsi kognitif kemungkinan besar dipengaruhi oleh status penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular," tutur Ai dilansir Medical News Today.

Baca Juga: Mengganti Garam Lebih Sehat untuk Jantung? Ini Faktanya!

Berlebihan? Salah. Kekurangan? Lebih salah!

Studi: Kelebihan Garam dan Kekurangan Kalium Turunkan Kognitifilustrasi menaburkan garam di hidangan (unsplash.com/Fedor)

Penelitian ini menjelaskan bahwa terlalu banyak konsumsi natrium tidaklah baik untuk kesehatan kognitif. Natrium berlebih memicu retensi air dalam tubuh dan memicu tekanan darah tinggi yang meningkatkan penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular, terkait dengan penurunan kognitif, dan penyusutan otak.

Apakah berarti tidak boleh makan garam? Tidak juga. Kekurangan natrium bisa berdampak terhadap regulasi insulin hingga menyebabkan hiponatremia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hiponatremia berpotensi menyebabkan penurunan kognitif pada kelompok lansia. Jadi, konsumsi garam secukupnya!

Kekurangan studi tersebut

Para peneliti mengklaim ini adalah studi pertama yang mencari hubungan antara kalium, natrium, dan penurunan kognitif. Meski begitu, para peneliti mencatat beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki pada penelitian berikutnya, seperti:

  • Mengumpulkan data makan selama 3 hari saja (tidak mencerminkan pola makan partisipan dalam jangka panjang, dan tidak diketahui asupan natrium lainnya, seperti dari makanan olahan atau luar rumah).
  • Terlepas dari natrium, penelitian ini berpotensi melewatkan komponen lainnya yang bisa menyebabkan penurunan fungsi kognitif.
  • Dengan wawancara via telepon, sulit untuk memeriksa penurunan kognitif.
  • Pelaporan mandiri meningkatkan risiko galat dalam pengumpulan dan pengolahan data.
  • Penelitian ini dilakukan terhadap populasi spesifik, sehingga hasilnya belum tentu bisa diterapkan ke populasi lain yang lebih beragam.

Ai menjelaskan bahwa penelitian ini bukan berarti menyalahkan natrium sebagai penyebab penurunan kognitif. Meski begitu, karena sekitar 53,5 persen rakyat Indonesia mengonsumsi garam lebih dari 2.000 mg/hari, hasil studi ini bisa menjadi peringatan agar bisa mengendalikan diri.

"Penelitian lebih lanjut yang bersifat acak terhadap kelompok lansia diperlukan untuk mengonfirmasi temuan kami. Penelitian serupa juga bisa dilakukan di negara dan populasi lainnya," kata Ai.

Lebih mengutamakan kalium daripada natrium

Studi: Kelebihan Garam dan Kekurangan Kalium Turunkan Kognitifilustrasi rutin makan pisang (freepik.com/azerbaijan_stockers)

Dengan menekan asupan garam, ada baiknya kita mulai memperhatikan asupan kalium kita demi kesehatan kognitif. Permenkes No. 29/2019 tentang AKG yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia mencatatkan bahwa laki-laki dan perempuan dewasa (19–29 tahun) memerlukan 4.700 mg/orang/hari.

Ragu bisa menghitungnya? Jangan ragu untuk konsultasi dengan dokter spesialis atau ahli gizi. Kemenkes dan BPOM RI juga terus menganjurkan rakyat Indonesia untuk lebih awas mengecek informasi gizi dalam label makanan kemasan agar pola makan jadi lebih sehat.

Ai mengatakan bahwa masyarakat juga bisa mulai memilih makanan kaya akan kalium dan rendah natrium. Makanan-makanan tersebut adalah:

  • Pisang.
  • Alpukat.
  • Buah-buahan kering.
  • Sayur-mayur berdaun hijau.
  • Kentang.

Baca Juga: Gak Nyangka! 9 Hal Ini Ternyata Bikin Cepat Pikun

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya