Obat COVID-19 Buatan Merck Picu Mutasi Virus? Ini Faktanya!

Disebut-sebut mengakibatkan mutasi SARS-CoV-2

Manusia makin mengerti SARS-CoV-2 dan COVID-19. Selain vaksin, berbagai terapi antivirus juga telah diramu untuk memerangi sang virus yang muncul pada akhir 2019 tersebut. Salah satunya adalah molnupiravir (Lagevrio) buatan Merck & Co.

Diberi izin penggunaan pada akhir 2021 lalu, Merck malah harus menghadapi prasangka baru. Dalam sebuah studi terbaru, obat molnupiravir buatan Merck disebut-sebut mengakibatkan mutasi SARS-CoV-2. Apakah betul? Mari simak fakta selengkapnya!

Cara kerja molnupiravir mencengangkan

Obat COVID-19 Buatan Merck Picu Mutasi Virus? Ini Faktanya!ilustrasi obat molnupiravir (japantimes.co.jp/AFP-JIJI)

Dalam sebuah studi pracetak di Inggris dan Amerika Serikat (AS) yang dimuat dalam jurnal medRxiv pada 27 Januari 2023, para peneliti mencari tahu apakah molnupiravir yang sempat jadi "obat COVID-19 pertama" memang membantu mengobati pasien.

Bagaimana cara kerja molnupiravir? Obat ini bekerja dengan cara memicu mutasi berlebihan di genome SARS-CoV-2 saat bereplikasi. Pada Oktober 2021, sebuah studi yang dipampang oleh Merck menyatakan bahwa produknya ini ampuh mencegah kematian akibat COVID-19 hingga 50 persen.

Dalam studi hewan, memang molnupiravir menurunkan beban virus. Meski mutasi tersebut sebagian besar membunuh SARS-CoV-2, beberapa mutasi justru menolong mutasi virus. Hasilnya pun mengejutkan.

Hasil: kebanyakan varian baru ditemukan pada pasien yang mengonsumsi molnupiravir

Penelitian ini bermula dari salah satu peneliti dari AS, Ryan Hisner, yang sempat mengunggah katalog varian SARS-CoV-2 pada Agustus 2022 di Twitter. Hisner akhirnya bekerja sama dengan Thomas Peacock (Imperial College London), Theo Sanderson (Francis Crick Institute), dan peneliti asal Inggris lainnya.

Mereka lalu mengulas lebih dari 13 juta sekuens SARS-CoV-2 yang terdaftar dalam laman web GISAID dan menganalisis virus dengan lebih dari 20 mutasi. Dalam laporan tersebut, mereka memaparkan bahwa sebagian besar mutasi virus berasal dari periode 2022, setelah molnupiravir digunakan secara luas.

Para peneliti menemukan bahwa molnupiravir tidak sepenuhnya membasmi infeksi SARS-CoV-2. Malah, para peneliti memperingatkan bahwa pasien berisiko menyebarkan virus yang sudah bermutasi dengan molnupiravir!

Klaster virus ditemukan 100 kali lebih umum di negara-negara yang menggunakan molnupiravir besar-besaran, termasuk AS, Australia, hingga Inggris. 

Baca Juga: 27 Perusahaan Farmasi akan Produksi Obat COVID-19 Merck, Molnupiravir

Didukung oleh studi terdahulu

Faktanya, ini bukanlah studi pertama yang mengungkapkan hal tersebut. Dalam sebuah studi pracetak di Australia yang dimuat dalam medRxiv pada 22 Desember 2022, pemberian molnupiravir untuk pasien COVID-19 dengan masalah imun bisa memicu varian SARS-CoV-2 baru.

"Studi kami menunjukkan bahwa antivirus yang sering digunakan ini bisa memicu ledakan evolusi virus pada pasien dengan masalah imun dan berisiko memicu varian baru dan memperpanjang pandemi," ujar para peneliti di Hobart, Australia.

Dalam kasus ini, sistem imun pasien kesulitan memerangi SARS-CoV-2 sehingga memicu mutasi. Setelah menguji 9 pasien (5 pasien menerima molnupiravir), para peneliti Australia menemukan bahwa pasien yang diberikan molnupiravir menjadi "rumah" dari 30 varian baru dalam 10 hari pertama.

Obat COVID-19 Buatan Merck Picu Mutasi Virus? Ini Faktanya!proses produksi Molnupiravir, kanidat obat COVID-19 dari Merck-Ridgeback (ici.radio-canada.ca)

Selain studi tersebut, sebuah studi pada Desember 2022 di The Lancet yang dilaksanakan oleh para peneliti Inggris yang terlibat dalam uji klinis PANORAMIC juga menguji keampuhan molnupiravir. Hasilnya, di kalangan pasien breakthrough infection COVID-19, molnupiravir memperlihatkan efektivitas minim.

Studi ini meneliti 26.411 pasien breakthrough infection COVID-19. Sekitar setengah partisipan menerima molnupiravir. Hasilnya, para peneliti mengiyakan kalau molnupiravir memang mengurangi keparahan dan mempercepat pemulihan pasien, tetapi obat ini tidak menurunkan angka kematian atau rawat inap di kalangan pasien berisiko tinggi.

Merck masih membantah

Bisa dibilang, molnupiravir adalah salah satu obat COVID-19 pertama yang diizinkan. Namun, dilansir Science, berbagai peneliti meragukan mekanisme molnupiravir dan berpotensi memicu varian baru yang lebih mudah menular dan kebal obat. Kekhawatiran ini tidak diindahkan oleh dunia, terutama Merck.

"Tak ada bukti bahwa agen antivirus mana pun berkontribusi memicu varian [COVID-19] dominan," tutur juru bicara Merck, Robert Josephson, seperti dilansir Mint.

Menurut Josephson, data yang ada menegaskan kalau molnupiravir tidak berkontribusi terhadap munculnya varian COVID-19 baru. Data yang dimaksud adalah hasil dari sebuah studi hewan. Ia menjelaskan kemunculan varian baru adalah karena penyebaran virus yang tak terkontrol, dan Lagevrio bisa jadi solusi.

NIH sudah melarang pemberian molnupiravir bila ada opsi lain

Obat COVID-19 Buatan Merck Picu Mutasi Virus? Ini Faktanya!Paxlovid, terapi oral COVID-19 produksi Pfizer. (medpagetoday.com)

Studi pracetak terbaru di Inggris dan AS tersebut sebenarnya belum bisa menjadi bukti kuat karena masih pracetak dan perlu diulas sejawat (peer review). Namun, beberapa ahli menekankan bahwa memakai molnupiravir ibarat memelihara singa yang "mungkin hari ini tidak menerkam sekarang, tetapi bisa saja nantinya berbahaya."

Masalahnya, mutasi SARS-CoV-2 juga membawa masalah untuk perawatan COVID-19. Hal ini disebabkan oleh mutasi SARS-CoV-2 membuat virus andal mengelak terapi antibodi. Untuk saat ini, AS hanya memiliki beberapa alternatif, seperti Paxlovid dan Remdesivir. Akan tetapi, Paxlovid mengandung komponen ritonavir yang bisa memicu komplikasi pada pasien COVID-19 dengan kondisi jantung.

Meski begitu, studi pracetak tersebut menambah kekhawatiran terhadap molnupiravir. Sementara dilarang untuk ibu hamil, National Institutes of Health (NIH) tidak merekomendasikan molnupiravir bila Paxlovid dan Remdesivir bisa digunakan.

Baca Juga: Jelaskan Alasan Gunakan Molnupiravir, Menkes Debat dengan Anggota DPR

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya