Disebut sebagai Penyakit Kuno, Ketahui 6 Fakta seputar Kusta Ini

Ternyata, masih menjadi masalah di Tanah Air

Beberapa kepercayaan, terutama kepercayaan Abrahamik, merekam penyakit kusta dalam kitabnya, menjadikannya salah satu penyakit tertua di dunia. Bagi beberapa kepercayaan, penyakit kusta adalah sebuah "hukuman ilahi", "azab", dan "tanda kenajisan".

Secara medis, kusta atau lepra adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. Walaupun disebut sebagai penyakit kuno, tapi kusta masih menghantui Indonesia. Yuk, kenali lebih jauh tentang penyakit ini!

1. Sudah jarang ditemukan

Disebut sebagai Penyakit Kuno, Ketahui 6 Fakta seputar Kusta Iniflickr.com/National Museum of Health and Medicine

Kusta adalah penyakit kulit progresif yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Sebagai penyakit tertua di dunia, bukti munculnya penyakit lepra sudah ada sekitar 1400 Sebelum Masehi (SM). Akibat kondisi medisnya, pasien kusta sering dikucilkan masyarakat.

Ilmuwan asal Norwegia, Gerhard Armauer Hansen, baru menemukan bakteri penyebab kusta, Mycobacterium leprae, pada tahun 1873. Inilah kenapa kusta juga disebut sebagai penyakit Hansen (Morbus Hansen). Temuan ini menghapuskan anggapan bahwa kusta adalah "hukuman Tuhan". Hingga saat ini, kusta belum memiliki vaksin.

Pada tahun 2019, Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekam sebanyak 208.619 kasus kusta di 159 negara pada 2018. Walaupun belum ada vaksin, tapi kusta bisa disembuhkan.

Dilansir Healthline, terdapat lima jenis penyakit kusta menurut Ridley-Jopling:

  • Tuberkuloid: kusta dengan lesi datar berwarna pucat, ditandai dengan mati rasa. Ringan dan penularannya tidak pesat. Dapat sembuh sendiri, membandel, atau berkembang ke tahap selanjutnya.
  • Borderline tuberkuloid: bercak datar lebih banyak dengan sensasi mati rasa. Bisa membandel, melemah, atau berkembang ke tahap selanjutnya.
  • Mid-borderline: Muncul plak kemerahan disertai dengan benjolan dan sensasi mati rasa. Bisa membandel, melemah, atau berkembang ke tahap selanjutnya.
  • Borderline lepromatosa: lebih dari lima lesi dengan benjolan, plak merah, dan sensasi mati rasa. Bisa membandel, melemah, atau berkembang ke tahap selanjutnya.
  • Lepromatosa: kusta dengan lebih dari lima lesi dengan benjolan dan ruam, ditandai dengan mati rasa, rambut rontok, gagal organ dan saraf, serta kecacatan tubuh. Kusta jenis ini penularannya paling pesat.

2. Penyebab kusta, penyakit yang lebih sering menyerang negara tropis dan subtropis

Disebut sebagai Penyakit Kuno, Ketahui 6 Fakta seputar Kusta Inilabroots.com

Penyebab kusta adalah infeksi bakteri Mycobacterium leprae akibat kontak fisik dengan hewan pembawa bakteri atau penderita kusta dalam waktu yang lama.

Meski tergolong penyakit menular, tapi kusta tidak semenular itu. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), kontak fisik berikut ini tidak akan membuatmu tertular kusta:

  • Duduk bersebelahan saat makan atau naik kendaraan umum; 
  • Berjabat tangan

Penyakit kusta tidak bersifat turunan dan tidak dapat ditularkan melalui seks. Mengutip Healthline, penyakit kusta lebih sering terjadi di negara-negara dengan iklim tropis atau subtropis. Indonesia adalah salah satunya. 

Pada tahun 2016, WHO mengumumkan bahwa Indonesia, Brasil, dan India sebagai tiga negara dengan penderita kusta terbanyak di dunia.

Menurut keterangan dari Kementerian Kesehatan RI, Indonesia telah mencapai status eliminasi kusta, yaitu prevalensi kusta kurang dari 1 per 10.000 penduduk pada tahun 2000. Setelah itu, Indonesia masih bisa menurunkan angka kejadian kusta, meskipun relatif lambat.

Angka prevalensi kusta di Indonesia tahun 2017 sebesar 0,70 kasus per 10.000 penduduk dan angka penemuan kasus baru sebesar 6,08 kasus per 100.000 penduduk. Selain itu, ada beberapa provinsi yang prevalensinya masih di atas 1 per 10.000 penduduk. Angka tersebut belum bisa dinyatakan bebas kusta dan terjadi di 10 provinsi di Indonesia.

Baca Juga: 5 Penyakit Kulit Ini Bisa Bikin Stres Lahir Batin, Apa Saja?

3. Gejala-gejala dan diagnosis penyakit kusta

Disebut sebagai Penyakit Kuno, Ketahui 6 Fakta seputar Kusta Inihealthline.com

Gejala kusta relatif ringan atau malah tidak terasa sama sekali hingga bakteri telah berkembang 20-30 tahun kemudian. Gejala yang bisa muncul adalah:

  • Kehilangan sensitivitas karena serangan pada sistem saraf;
  • Muncul lesi pada kulit (bisa lebih tebal, lebih terang, atau lebih pucat dari kulit);
  • Penebalan saraf pada lutut dan siku;
  • Kelemahan otot;
  • Mata kering;
  • Mimisan atau kehilangan tulang hidung.

Mengapa penderita kusta bisa kehilangan anggota tubuh tetapi tidak kesakitan? Hal tersebut dikarenakan gejala pertama. Mereka tidak dapat merasakan sentuhan, suhu, hingga rasa sakit. Jadi, meskipun jari mereka tidak sengaja terluka atau terpotong, rasa sakitnya tidak bisa dirasakan.

Disebut sebagai Penyakit Kuno, Ketahui 6 Fakta seputar Kusta IniThe Leprosy Mission International

Untuk diagnosis, biasanya dokter spesialis kulit akan mewawancarai pasien mengenai status dan gejalanya. Selanjutnya, dokter akan memeriksa adanya lesi yang disertai dengan sensasi mati rasa pada pasien, yang biasanya berwarna pucat atau kemerahan (hipopigmentasi).

Jika ditemukan lesi, untuk memastikan apakah itu kusta atau bukan, maka akan dikerok (smear). Sampel akan dianalisis untuk mendeteksi keberadaan bakteri Mycobacterium leprae. Jika di daerah endemik kusta, diagnosis WHO memastikan dua kategori kusta (meskipun hasilnya ada yang negatif):

  • Pausibasiler (PB): 1-5 lesi kulit dengan hasil kerok negatif bakteri.
  • Multibasiler (MB): > 5 lesi kulit dengan hasil kerok positif bakteri.

Jika kusta sudah menjalar ke bagian tubuh lain, dokter akan menjalankan beberapa tes seperti hitung darah, tes fungsi lever dan kreatinin, serta biopsi saraf.

4. Komplikasi yang bisa dialami penderitanya

Disebut sebagai Penyakit Kuno, Ketahui 6 Fakta seputar Kusta Iniwellcomecollection.org

Walaupun tidak selalu menyebabkan kematian, tapi kusta menyerang jaringan kulit, saraf tepi, hingga saluran pernapasan. Dengan masa inkubasi yang relatif lama, yaitu 5 tahun menurut WHO, infeksi Mycobacterium leprae menyebabkan radang borok, kerusakan saraf, dan melemahkan otot.

Komplikasi yang bisa terjadi mencakup:

  • Kebutaan karena glukoma atau iritis (inflamasi pada daerah iris mata);
  • Gagal ginjal;
  • Impotensi dan kemandulan;
  • Kerontokan rambut, terutama alis dan bulu mata;
  • Kecacatan tubuh karena kerusakan permanen pada wajah atau kehilangan organ seperti jari tangan dan kaki;
  • Penyumbatan hidung kronis, mimisan, atau hilangnya pada tulang hidung.

Sayangnya, tak hanya akibat penyakit, penderita kusta juga umumnya mengalami tekanan sosial dan diskriminasi yang bisa menyebabkan depresi. Depresi inilah yang dapat memicu keinginan dan tindakan bunuh diri pada pasien.

5. Pengobatan untuk penyakit kusta

Disebut sebagai Penyakit Kuno, Ketahui 6 Fakta seputar Kusta IniThe Leprosy Mission International

Ada alasan mengapa dunia jarang mendengar penyakit kusta. Hal tersebut karena penyakit ini bisa disembuhkan!

Tahun1995, WHO membagikan multi-drug therapy (MDT) secara gratis untuk pasien kusta. Indonesia, sebagai negara endemik kusta, menerapkann MDT. Untuk pasien MB, MDT mencakup obat rifampicin, dapsone, dan clofazimine; untuk pasien PB, rifampicin dan dapsone saja. WHO tidak menyarankan terapi satu obat saja karena bakteri Mycobacterium leprae dapat menjadi resisten.

Selain MDT, pasien kusta juga diberi resep obat antibiotik untuk membunuh bakteri Mycobacterium leprae, yaitu minocycline dan ofloxacin. Terkadang, obat antiinflamasi seperti thalidomide juga bisa diberikan. Akan tetapi, thalidomide tidak dianjurkan untuk ibu hamil karena menyebabkan kecacatan janin.

Setelah pulih, ada pula opsi operasi sebagai penanganan lanjutan bagi penyintas kusta yang ingin mengembalikan fungsi saraf dan anggota tubuhnya yang rusak.

6. Pencegahan kusta dan upaya memberikan kasih bagi penderitanya

Disebut sebagai Penyakit Kuno, Ketahui 6 Fakta seputar Kusta Inionenewsnow.com

Karena tidak ada vaksin, pencegahan satu-satunya untuk kusta adalah hidup sehat dan bersih dengan tidak berkontak fisik dengan pembawa bakteri kusta atau penderita kusta. Selain itu, edukasi masyarakat mengenai penyakit kusta masih harus digalakkan, khususnya untuk menghilangkan diskriminasi yang dialami oleh pasien.

Itulah fakta medis dan solusi untuk penyakit kusta, penyakit tropis kuno yang termakan zaman dan perkembangan teknologi medis. Tanggalkan stigmatisasi terhadap pasien kusta! Jika salah satunya pasien itu adalah kamu, percayalah, kamu bisa sembuh!

Baca Juga: Bikin Merinding! 10 Penyakit Kulit Langka Ini Jarang Ada yang Tahu 

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya