Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kena Bronkitis saat Hamil, Apakah Berbahaya?

Ibu hamil mengalami batuk.
ilustrasi batuk (freepik.com/Benzoix)
Intinya sih...
  • Gejala bronkitis biasanya dimulai dengan infeksi virus, seperti batuk, lendir, sakit tenggorokan, dada sesak, demam, dan nyeri badan.
  • Infeksi virus yang menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan biasanya menjadi penyebab bronkitis.
  • Bronkitis saat hamil dapat menimbulkan komplikasi seperti pneumonia, keguguran, persalinan prematur, ARDS, dan infeksi kongenital.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sakit bronkitis saat hamil bisa membuat ibu hamil cemas, apalagi jika mengalami batuk tak kunjung reda dan napas terasa lebih berat dari biasanya.

Perubahan tubuh selama kehamilan sudah cukup membuat ibu harus beradaptasi, sehingga ketika muncul infeksi pada saluran pernapasan tentu jadi bikin ekstra khawatir. Banyak yang bertanya-tanya apakah sakit bronkitis saat hamil bisa membahayakan ibu dan janin?

Bronkitis adalah peradangan pada bronkus, saluran yang membawa udara ke paru-paru. Pada ibu hamil, daya tahan tubuh memang cenderung melemah, membuat infeksi virus lebih mudah terjadi. Gejalanya pun bisa terasa lebih mengganggu dibanding saat tidak hamil.

Walaupun sebagian kasus bronkitis bersifat ringan, tetapi kehamilan termasuk kondisi khusus yang perlu perhatian ekstra. Faktor seperti durasi batuk, demam, dan gangguan napas perlu dipantau, karena semuanya dapat memengaruhi kenyamanan dan kesehatan perempuan selama mengandung.

Di sisi lain, penggunaan obat saat hamil juga tidak bisa sembarangan, sehingga memahami kapan bronkitis dianggap berbahaya sangat penting agar ibu hamil bisa mengambil langkah yang tepat untuk melindungi dirinya dan bayinya.

1. Gejala

Bronkitis biasanya dimulai dengan infeksi virus. Gejalanya meliputi:

  • Batuk.
  • Lendir (dahak) yang bisa jernih, kuning, atau hijau.
  • Sakit tenggorokan.
  • Dada terasa sesak atau penuh.
  • Demam dan menggigil.
  • Nyeri badan.

Hubungi tenaga kesehatan jika kamu mengalami salah satu dari berikut:

  • Mengi (napas berbunyi).
  • Sesak napas.
  • Batuk darah (meskipun jumlahnya sangat sedikit, ini adalah keadaan darurat medis).
  • Gejala yang berlangsung lebih dari tiga minggu atau berulang kembali.

2. Penyebab

Infeksi virus yang menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan biasanya menjadi penyebab bronkitis. Virus yang umum menimbulkan bronkitis antara lain:

  • SARS-CoV-2, penyebab COVID-19.
  • Virus influenza.
  • Respiratory syncytial virus (RSV).

Faktor risiko bronkitis meliputi:

  • Merokok.
  • Paparan jenis debu atau polusi tertentu.
  • Usia lanjut.
  • Penyakit refluks gastroesofagus (GERD).
  • Riwayat keluarga dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
  • Riwayat penyakit pernapasan lain, seperti asma atau emfisema.

3. Risiko komplikasi

Seorang perempuan hamil mengalami gejala batuk pilek.
ilustrasi ibu hamil sakit (freepik.com/lookstudio)

Bronkitis biasanya sembuh sendiri, tetapi pada perempuan hamil dapat menimbulkan komplikasi seperti pneumonia, keguguran, atau persalinan prematur.

Waktu bronkitis selama kehamilan memengaruhi dampaknya:

  • Bronkitis pada trimester pertama memiliki risiko terbesar terhadap infeksi kongenital.
  • Bronkitis pada trimester ketiga memiliki risiko terbesar terhadap ibu.
  1. Pneumonia

Perubahan sistem imun selama kehamilan membuat ibu hamil lebih rentan mengalami kondisi ini atau penyakit pernapasan lainnya.

Ibu hamil yang baru saja mengalami infeksi saluran pernapasan atau memiliki penyakit penyerta seperti PPOK atau asma memiliki risiko lebih tinggi terkena pneumonia.

Meskipun dokter biasanya dapat mengobati pneumonia secara efektif jika terdeteksi lebih awal, tetapi kondisi ini berpotensi menimbulkan komplikasi kesehatan pada ibu hamil. Komplikasi tersebut dapat berupa gagal napas dan masalah pada janin, seperti kelahiran prematur.

  1. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)

Influenza dan COVID-19 dapat menyebabkan bronkitis dan, pada ibu hamil, dapat menimbulkan acute respiratory distress syndrome/sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS).

ARDS pada kehamilan jarang terjadi tetapi bisa serius, terutama pada akhir kehamilan.

Pada musim influenza berat, risiko ARDS dua kali lebih tinggi pada orang hamil dibandingkan perempuan lain. Studi menunjukkan risiko lebih tinggi terutama pada mereka yang memiliki masalah kesehatan lain.

  1. Persalinan prematur atau kehilangan kehamilan

Infeksi virus dapat meningkatkan risiko persalinan prematur atau kehilangan kehamilan, sering kali akibat infeksi sekunder. Infeksi virus dan infeksi bakteri sekunder bisa bermasalah karena:

  • Penurunan oksigen pada ibu (hipoksia) dapat menyebabkan berkurangnya oksigen untuk janin.
  • Infeksi bakteri sekunder dapat meningkatkan risiko persalinan prematur.
  • Hipoksia atau efek bakteri juga dapat meningkatkan risiko keguguran, meskipun hal ini jarang diteliti secara terpisah.

Meskipun kelahiran prematur jarang terjadi akibat bronkitis, tetapi penting untuk mengetahui tanda-tanda persalinan prematur, baik dengan atau tanpa bronkitis.

  1. Infeksi kongenital

Virus yang menyebabkan bronkitis jarang menimbulkan infeksi kongenital atau cacat lahir, tetapi beberapa virus seperti herpes simpleks dapat melakukannya.

4. Pengobatan

Pengobatan bronkitis saat hamil, seperti pada kelompok lainnya, biasanya melibatkan perawatan di rumah dan istirahat. Namun, usahakan tetap terhubung dengan dokter untuk memantau kondisi diri dan janin. Obat cuma boleh dikonsumsi jika dinyatakan aman oleh dokter.

Pengobatan dapat meliputi:

  • Minum teh hangat atau air panas dengan madu.
  • Menggunakan pelembap udara (humidifier) untuk melembapkan udara. Pastikan alat dibersihkan dengan benar sebelum digunakan.
  • Mengisap permen pelega tenggorokan.
  • Mengonsumsi obat bebas seperti parasetamol dengan dosis serendah mungkin dan waktu sesingkat mungkin.

Meskipun beberapa penelitian mengaitkan parasetamol dengan komplikasi kehamilan dalam kasus yang jarang, tetapi para ahli tetap menganggapnya sebagai obat pereda nyeri paling aman untuk ibu hamil.

Apakah perlu antibiotik?

Dokter tidak akan meresepkan antibiotik untuk bronkitis kecuali ada infeksi bakteri. Ini karena penelitian menemukan adanya kaitan antara penggunaan antibiotik tertentu selama kehamilan dengan peningkatan risiko kelahiran prematur dan bayi dengan berat lahir rendah.

Dokter dapat mempertimbangkan pemberian antibiotik jika dianggap aman, tetapi umumnya dihindari kecuali manfaatnya lebih besar daripada risikonya.

5. Kapan harus menemui dokter?

Hubungi dokter jika kamu khawatir tentang kesehatan kamu. Namun, jika mengalami gejala-gejala di bawah ini, segeralah berkonsultasi dengan dokter:

  • Gejala yang menetap: Jika gejala berlangsung lebih dari dua minggu, terutama setelah tiga minggu.
  • Gejala yang sempat membaik lalu memburuk kembali: Ini bisa menandakan infeksi bakteri sekunder.
  • Demam tinggi: Demam ringan umum terjadi pada bronkitis, tetapi suhu tubuh lebih dari 38,3 derajat Celcius bisa menjadi tanda infeksi sekunder.
  • Mengi: Mengi ringan sering terjadi pada bronkitis, tetapi mengi yang keras atau menetap dapat menunjukkan sumbatan saluran napas.
  • Sesak napas: Sesak ringan bisa normal pada kehamilan, tetapi jika muncul mendadak atau makin parah, segera hubungi dokter.
  • Laju napas cepat: Walau sesak napas ringan bisa normal saat hamil, laju napas seharusnya tetap sama. Jika kamu bernapas lebih cepat dari biasanya (takipnea) atau napas terasa dangkal, segera konsultasi.
  • Batuk darah: Batuk darah, meskipun hanya sedikit, adalah alasan untuk segera menghubungi dokter.
  • Nyeri atau rasa sesak di dada: Rasa sesak dada umum pada pneumonia. Batuk bisa menimbulkan ketidaknyamanan, tetapi sebaiknya tetap diperiksakan.
  • Pusing atau merasa akan pingsan: Bisa menjadi tanda tubuh tidak mendapat cukup oksigen.
  • Gerakan janin berkurang: Jika bayi terasa bergerak lebih jarang dari biasanya, segera hubungi dokter.

6. Pencegahan

Seorang ibu hamil sedang bersantai membaca buku di kasur.
ilustrasi kehamilan (pexels.com/@cottonbro/)

Ibu hamil dapat mencegah bronkitis dengan beberapa langkah.

Cara paling efektif adalah vaksinasi terhadap penyebab umum bronkitis, seperti influenza dan COVID-19.

Vaksinasi selama kehamilan merupakan langkah pencegahan yang efektif terhadap berbagai infeksi. Vaksinasi juga dapat melindungi ibu hamil dan janin dari komplikasi penyakit yang dapat dicegah serta menurunkan angka kematian.

Selain itu, langkah pencegahan bronkitis lainnya bisa dengan:

  • Menjaga kebersihan tangan dengan baik.
  • Berhenti merokok, tidak mulai merokok, dan menghindari asap rokok.
  • Menghindari area dengan debu, bahan kimia, dan polusi udara tinggi, jika memungkinkan.
  • Jauhi orang yang sedang sakit, jika memungkinkan.

Tak hanya itu, apabila kamu memiliki kondisi medis lain, seperti asma, yang dapat menimbulkan komplikasi akibat infeksi virus, pastikan kondisi tersebut terkontrol sebaik mungkin selama kehamilan, karena dapat meningkatkan risiko komplikasi dari infeksi virus.

Referensi

"Acute Bronchitis." American Academy of Family Physicians. Diakses November 2025.

"Chest cold (acute bronchitis) basics." Centers for Disease Control and Prevention. Diakses November 2025.

"Is it dangerous to get bronchitis while pregnant?" Medical New Today. Diakses November 2025.

"Is Bronchitis Dangerous During Pregnancy?" Verywell Health. Diakses November 2025.

“Acute Bronchitis,” PubMed, October 1, 2016, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27929206/.

Anne M Hause et al., “A Cross-sectional Surveillance Study of the Frequency and Etiology of Acute Respiratory Illness Among Pregnant Women,” The Journal of Infectious Diseases 218, no. 4 (March 24, 2018): 528–35, https://doi.org/10.1093/infdis/jiy167.

Michelle Silasi et al., “Viral Infections During Pregnancy,” American Journal of Reproductive Immunology 73, no. 3 (January 13, 2015): 199–213, https://doi.org/10.1111/aji.12355.

Sunil T Pandya and Sai J Krishna, “Acute Respiratory Distress Syndrome in Pregnancy,” Indian Journal of Critical Care Medicine 25, no. S3 (January 12, 2022): S241–47, https://doi.org/10.5005/jp-journals-10071-24036.

Mercy PrabhuDas et al., “Immune Regulation, Maternal Infection, Vaccination, and Pregnancy Outcome,” Journal of Women S Health 30, no. 2 (November 24, 2020): 199–206, https://doi.org/10.1089/jwh.2020.8854.

Anna Cantarutti et al., “Use of Antibiotic Treatment in Pregnancy and the Risk of Several Neonatal Outcomes: A Population-Based Study,” International Journal of Environmental Research and Public Health 18, no. 23 (November 30, 2021): 12621, https://doi.org/10.3390/ijerph182312621.

Sonali Kochhar et al., “Introduction of New Vaccines for Immunization in Pregnancy – Programmatic, Regulatory, Safety and Ethical Considerations,” Vaccine 37, no. 25 (May 1, 2019): 3267–77, https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2019.04.075.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Kena Bronkitis saat Hamil, Apakah Berbahaya?

25 Nov 2025, 13:33 WIBHealth