Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Waspada! Ini Gejala Diabetes pada Perempuan yang Unik

Ilustrasi pasien diabetes suntik insulin.
ilustrasi pasien diabetes suntik insulin (IDN Times/Novaya Siantita)
Intinya sih...
  • Perempuan dan laki-laki dengan diabetes dapat mengalami banyak gejala yang sama. Namun, ada beberapa gejala yang khusus dialami perempuan.
  • Risiko infeksi saluran kemih lebih tinggi pada perempuan dengan diabetes, karena kadar gula darah yang tinggi dapat melemahkan sistem imun sehingga tubuh lebih rentan terhadap infeksi.
  • Pada perempuan dengan diabetes, risiko vaginosis bakterialis lebih tinggi karena kadar gula darah yang tinggi dapat memengaruhi keseimbangan alami tersebut.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mengenali diabetes tidak selalu mudah. Penyakit kronis ini sering kali berkembang tanpa gejala jelas, terutama pada tahap awal. Bagi perempuan, tanda-tanda diabetes bisa terlihat berbeda dibanding pada laki-laki, dan sering kali disalahartikan sebagai masalah hormonal atau cuma kelelahan biasa.

Diabetes dapat memengaruhi tubuh perempuan dengan cara yang tidak selalu disadari sejak dini. Padahal, mengenali gejalanya lebih awal bisa membantu mendapat diagnosis cepat, segera memulai pengobatan, dan mencegah komplikasi serius di kemudian hari.

Pengalaman perempuan dengan diabetes berbeda dalam banyak aspek. Faktor risiko diabetes seperti hipertensi, kolesterol tinggi, dan berat badan berlebih memang berlaku untuk semua orang. Namun, perempuan memiliki beberapa risiko tambahan. Begitu pula dengan risiko komplikasi.

Perempuan dan laki-laki dengan diabetes dapat mengalami banyak gejala yang sama. Namun, ada beberapa gejala yang khusus dialami perempuan. Memahami gejala-gejala ini dapat membantu mengenali diabetes lebih dini dan mendapatkan penanganan yang tepat sebelum terjadi komplikasi serius.

1. Vagina kering

Kadar gula darah yang tinggi dapat memengaruhi kesehatan saraf dan pembuluh darah, termasuk di area intim perempuan. Dampaknya, produksi pelumas alami berkurang sehingga menimbulkan rasa kering dan tidak nyaman, terutama saat berhubungan seksual.

2. Infeksi genitourinaria

Kadar gula darah yang tinggi, kerusakan saraf, serta sistem imun yang melemah dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi.

Bagi perempuan dengan diabetes, risiko ini bahkan lebih besar, diperkirakan sekitar empat kali lipat dibandingkan mereka yang tidak memiliki diabetes. Faktor anatomi tubuh perempuan dan perubahan hormonal membuat kerentanan terhadap infeksi di area genital maupun saluran kemih makin tinggi.

3. Infeksi saluran kemih berulang

Seorang perempuan sedang buang air kecil di toilet.
ilustrasi perempuan buang air kecil (IDN Times/Novaya Siantita)

Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi ketika bakteri masuk ke dalam saluran kemih. Risiko kondisi ini lebih tinggi pada perempuan dengan diabetes, karena kadar gula darah yang tinggi dapat melemahkan sistem imun sehingga tubuh lebih rentan terhadap infeksi.

Pada kelompok ini, ISK cukup sering terjadi dan bisa menimbulkan keluhan seperti:

  • Rasa nyeri saat buang air kecil.
  • Sensasi perih atau terbakar ketika berkemih.
  • Urine yang tampak keruh atau bercampur darah.

Jika tidak ditangani, infeksi dapat menyebar hingga ke ginjal dan menimbulkan masalah yang lebih serius.

4. Infeksi jamur vagina

Kadar gula darah yang tinggi dapat menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan jamur (ragi). Selain itu, perubahan hormon, penggunaan antibiotik yang sering, serta lingkungan alami vagina juga bisa meningkatkan risiko.

Tanda-tanda infeksi biasanya meliputi:

  • Rasa nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seksual.
  • Keputihan kental berwarna putih, menyerupai gumpalan susu.
  • Gatal, perih, kemerahan, atau bengkak pada area vagina.

Infeksi ini umum terjadi. Dengan mengenali gejalanya lebih awal, perempuan dapat segera mencari penanganan yang tepat sehingga rasa tidak nyaman tidak berlarut-larut.

5. Vaginosis bakterialis

Vaginosis bakterialis terjadi ketika keseimbangan pH di vagina terganggu. Pada perempuan dengan diabetes, risiko vaginosis bakterialis lebih tinggi karena kadar gula darah yang tinggi dapat memengaruhi keseimbangan alami tersebut.

Gejalanya biasanya berupa keputihan yang encer berwarna abu-abu atau putih, disertai bau amis yang lebih terasa setelah berhubungan seksual.

6. Siklus menstruasi tidak teratur

Ilustrasi siklus menstruasi di kalender.
ilustrasi siklus menstruasi (freepik.com/freepik)

Kadar gula darah yang tinggi, rendahnya insulin, perubahan berat badan, atau penggunaan suntikan insulin dapat memengaruhi kadar estrogen. Hal ini bisa menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Gangguan menstruasi lebih sering terjadi pada perempuan dengan diabetes tipe 1, tetapi juga dapat dialami oleh mereka yang memiliki diabetes tipe 2.

Beberapa bentuk gangguan menstruasi yang umum antara lain:

  • Amenore (tidak mengalami menstruasi sama sekali).
  • Menopause dini (berakhirnya menstruasi lebih cepat dari biasanya).
  • Perdarahan berlebihan.
  • Menarke lebih lambat (haid pertama datang lebih terlambat).
  • Jarak antar menstruasi yang lebih pendek atau lebih panjang dari normal.

7. Sindrom ovarium polikistik

Para ahli belum mengetahui secara pasti apa penyebab sindrom ovarium polikistik (PCOS). Kondisi ini dapat muncul ketika tubuh perempuan menghasilkan hormon androgen (hormon laki-laki) dalam jumlah tinggi, ditambah adanya faktor risiko tertentu seperti riwayat keluarga dengan PCOS. Dalam sebuah penelitian, ditemukan bahwa hormon androgen utama yang berperan pada PCOS adalah testosteron dan androstenedion.

Gejala PCOS bisa beragam, antara lain:

  • Siklus menstruasi tidak teratur.
  • Kenaikan berat badan.
  • Jerawat.
  • Depresi.
  • Kesulitan memiliki anak (infertilitas).

PCOS juga berkaitan dengan resistansi insulin, yaitu kondisi ketika tubuh tidak merespons insulin dengan baik. Hal ini dapat meningkatkan kadar gula darah dan risiko diabetes. Menariknya, resistansi insulin bisa menjadi gejala sekaligus penyebab PCOS.

8. Infertilitas

Diabetes dapat memengaruhi hormon yang mengatur proses ovulasi, sehingga membuat perempuan lebih sulit untuk hamil. Selain itu, kadar gula darah yang tidak terkontrol juga bisa menurunkan kualitas sel telur, yang pada akhirnya mengurangi peluang kehamilan.

Bagi anak perempuan yang mengalami diabetes tipe 1 sebelum menstruasi pertama, tantangan reproduksi yang dihadapi biasanya lebih besar dan kompleks.

Faktor risiko diabetes pada perempuan

Ilustrasi orang dengan diabetes.
ilustrasi orang dengan diabetes (IDN Times/Novaya Siantita)

Baik laki-laki maupun perempuan memiliki faktor risiko yang sama dalam mengembangkan diabetes tipe 2, seperti tekanan darah tinggi, riwayat keluarga, kolesterol tinggi, obesitas, dan kurang aktivitas fisik.

Namun, perempuan juga memiliki faktor risiko khusus. Dua di antaranya adalah diabetes gestasional (diabetes saat hamil) dan PCOS. Keduanya dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 di kemudian hari. Diperkirakan, lebih dari separuh perempuan dengan PCOS akan didiagnosis diabetes tipe 2 sebelum usia 40 tahun.

Setelah terdiagnosis diabetes, perempuan menghadapi risiko lebih tinggi mengalami berbagai masalah kesehatan serius, termasuk:

  • Gangguan penglihatan hingga kebutaan.
  • Depresi.
  • Serangan jantung yang berakibat fatal.
  • Penyakit jantung.

Gejala umum diabetes

Perlu diingat, memiliki beberapa gejala diabetes tidak otomatis berarti kamu pasti mengidap kondisi ini. Namun, sebaiknya tetap berkonsultasi dengan dokter umum untuk memastikan.

Gejala diabetes yang bisa muncul:

  • Sering buang air kecil, terutama pada malam hari.
  • Rasa haus berlebihan.
  • Mudah lelah.
  • Penurunan berat badan tanpa alasan jelas.
  • Gatal di area genital atau infeksi jamur.
  • Luka yang sulit sembuh.
  • Penglihatan kabur.
  • Nafsu makan meningkat.

Gejala-gejala ini bisa dialami siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-anak. Namun, beberapa di antaranya lebih sering muncul pada orang diabetes tipe 1 dan bisa datang dengan cepat.

Gejala yang paling umum

Tidak semua orang mengalami gejala yang sama persis, dan mungkin ada tanda-tanda lain di luar daftar ini. Meski begitu, gejala yang paling sering dialami banyak orang dengan diabetes adalah:

  • Rasa haus berlebihan.
  • Sering buang air kecil.
  • Mudah lelah.
  • Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

Dampak dari diabetes sering kali lebih berat bagi perempuan

Diabetes bisa memengaruhi siapa saja, tanpa memandang gaya hidup, usia, ras, etnis, maupun jenis kelamin. Namun, dampaknya sering kali lebih berat bagi perempuan.

Sebuah tinjauan literatur tahun 2019 yang melibatkan lebih dari 5,1 juta orang dari 49 studi menemukan bahwa, dibandingkan laki-laki dengan diabetes, perempuan dengan diabetes memiliki risiko lebih tinggi terhadap berbagai masalah kesehatan serius:

  • 13 persen lebih tinggi risiko kematian dari semua penyebab.
  • 30 persen lebih tinggi risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular.
  • 58 persen lebih tinggi risiko kematian akibat penyakit jantung koroner.

Temuan ini menegaskan bahwa diabetes pada perempuan bukan hanya soal kadar gula darah, tetapi juga berkaitan erat dengan kesehatan jantung, kualitas hidup, dan risiko komplikasi jangka panjang.

Referensi

"Could You Spot the Signs of Diabetes in Women?" Beaufort Memorial Hospital. Diakses November 2025.

Maren E. H. Buskoven et al., “Sexual Dysfunction in Women With Type 1 Diabetes in Norway: A Qualitative Study of Women’s Experiences,” Diabetic Medicine 39, no. 7 (April 23, 2022): e14856, https://doi.org/10.1111/dme.14856.

"Understanding the Signs and Symptoms of Diabetes in Women." Health. Diakses November 2025.

Sandro La Vignera et al., “Urogenital Infections in Patients With Diabetes Mellitus: Beyond the Conventional Aspects,” International Journal of Immunopathology and Pharmacology 33 (January 1, 2019): 2058738419866582, https://doi.org/10.1177/2058738419866582.

"How Diabetes Affects Women." Healthline. Diakses November 2025.

Saru Toor, Jane E. Yardley, and Zeinab Momeni, “Type 1 Diabetes and the Menstrual Cycle: Where/How Does Exercise Fit In?,” International Journal of Environmental Research and Public Health 20, no. 4 (February 4, 2023): 2772, https://doi.org/10.3390/ijerph20042772.

"Diabetes and Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)." Centers for Disease Control and Prevention. Diakses November 2025.

"Diabetes signs and symptoms." Diabetes UK. Diakses November 2025.

Yafeng Wang et al., “Sex Differences in the Association Between Diabetes and Risk of Cardiovascular Disease, Cancer, and All-cause and Cause-specific Mortality: A Systematic Review and Meta-analysis of 5,162,654 Participants,” BMC Medicine 17, no. 1 (July 12, 2019): 136, https://doi.org/10.1186/s12916-019-1355-0.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Studi Ini Menunjukkan Dua Suplemen Ini Bantu Lawan Kanker Otak

18 Nov 2025, 06:36 WIBHealth